DAMIANUS BRAM |
"Ini adalah bentuk perayaan atas kemenangan iman yang ditunjukan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya demi menjalankan perintah Allah,” ujar Wakil Pengageng Sasana Wilapa K.P Winarno Kusumo.
Meskipun digelar setiap tahun, antusiasme masyarakat menyaksikan dan berebut isi gunungan pada Grebeg Besar tidak menyusut. Mereka dengan sabar menunggu seluruh prosesi hingga rampung.
Sebelum jadi rebutan, Gunungan Jaler (laki-laki) dan Setri (perempuan) diarak dari pelataran Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta untuk didoakan. Rampung didoakan, Gunungan Setri ditinggal dan warga dipersilakan berebut isi gunungan. Sedangkan Gunungan Jaler dibawa kembali menuju keraton Solo untuk dibagikan warga yang telah menunggu.
"Ini tradisi turun-temurun. Sesuai adat, satu gunungan (setri) dibagikan di Masjid Agung Surakarta, sedangkan gunungan lainnya (jaler) dibagikan di keraton," jelas Winarno.
Salah seorang anggota paguyuban abdi dalem Keraton Surakarta (Pakasa) dari Klaten KRT. Sarjonodipuro mengaku rutin mengikuti setiap kegiatan di keraton. Dia menyakini ada berkah dalam gunungan tersebut. "Ya ikut memeriahkan saja, biar dapat kaberkahan," terangnya.
Terpisah, kerabat keraton Eddy Wirabhumi mengatakan, revitalisasi bangunan keraton terus berlanjut. Diharapkan, ketika fisik keraton lebih bagus dari sebelumnya, jadi tarik terhadap wisatawan ikut meningkat.
"Kalau tampilannya bagus, acara dikemas dengan baik, pasti lebih diminati wisatawan," jelasnya. (ves/wa)