Meski memiliki keterbatasan penglihatan, Sri Diah Listiawati (51), Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Cabang Kebumen bertekad tidak ingin menjadi beban bagi orang lain.
Sri Diah Listiawati menginginkan anggota Pertuni Cabang Kebumen lebih mandiri dengan membuka berbagai macam usaha. Menurutnya, hal ini perlu dilakukakn untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Menurutnya, salah satu usaha yang dapat ditekuni oleh penyandang tuna netra adalah jasa pijat. Melihat mulai banyaknya warga yang memanfaatkan jasa pijat, ia beberapa kali memberikan pembekalan pijat massage bagi penyandang cacat tuna netra di Kabupaten Kebumen.
"Saya kira pelatihan sangat dibutuhkan agar mereka dapat bersaing. Karena pijat massage makin banyak diminati masyarakat untuk penyembuhan penyakit," tuturnya.
Sri Diah berharap, anggota Pertuni semakin semangat dan mandiri. Diharapkan, setelah beberapa kali mengikuti latihan, anggota Pertuni membuka panti pijat sendiri.
Pertuni Cabang Kebumen sendiri memiliki anggota produktif sebanyak 374 orang. Namun, kebanyakan mereka membuka usaha panti pijat di luar Kabupaten Kebumen. Seperti di Jogjakarta, Semarang, Purworejo dan Jakarta.
"Untuk yang membuka di Kebumen hanya sekitar 30 orang," imbuhnya seraya berharap, setelah mereka bisa mandiri mampu meningkatkan kesejahteraan dibidang ekonomi, pendidikan dan ketenagakerjaan. (ori)
Sri Diah Listiawati menginginkan anggota Pertuni Cabang Kebumen lebih mandiri dengan membuka berbagai macam usaha. Menurutnya, hal ini perlu dilakukakn untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Menurutnya, salah satu usaha yang dapat ditekuni oleh penyandang tuna netra adalah jasa pijat. Melihat mulai banyaknya warga yang memanfaatkan jasa pijat, ia beberapa kali memberikan pembekalan pijat massage bagi penyandang cacat tuna netra di Kabupaten Kebumen.
"Saya kira pelatihan sangat dibutuhkan agar mereka dapat bersaing. Karena pijat massage makin banyak diminati masyarakat untuk penyembuhan penyakit," tuturnya.
Sri Diah berharap, anggota Pertuni semakin semangat dan mandiri. Diharapkan, setelah beberapa kali mengikuti latihan, anggota Pertuni membuka panti pijat sendiri.
Pertuni Cabang Kebumen sendiri memiliki anggota produktif sebanyak 374 orang. Namun, kebanyakan mereka membuka usaha panti pijat di luar Kabupaten Kebumen. Seperti di Jogjakarta, Semarang, Purworejo dan Jakarta.
"Untuk yang membuka di Kebumen hanya sekitar 30 orang," imbuhnya seraya berharap, setelah mereka bisa mandiri mampu meningkatkan kesejahteraan dibidang ekonomi, pendidikan dan ketenagakerjaan. (ori)