saefur/ekspres |
Amad Faozi (8) salah satu anak mengakui, jarak yang harus mereka tempuh untuk ke sekolah cukup jauh. Apalagi bagi kaki-kaki kecil mereka. Namun karena sudah terbiasa, mereka sudah tak mengeluh lagi. "Sebenarnya ada jalan yang tidak naik turun gunung. Tapi jauh sekali. Jadi mending lewat gunung agar cepat sampai," kata siswa kelas 1 SD N 3 Pandansari itu ditemui, kemarin.
Ada sekitar 30 anak yang seperti Ahmad Faozi ini. Sebuah bukit dengan ketinggian tak kurang dari 100 meter memisahkan rumah mereka dengan sekolah. Selain cukup jauh, medan pegunungan juga cukup terjal bahkan licin bila musim penghujan seperti saat ini. Biasanya, anak-anak itu akan mencopot sepatu mereka dan menentengnya agar tidak takut jatuh.
Nita Umi Datul Fatimah (7), siswa lain mengatakan, mereka sudah harus berangkat dari rumah pada pukul 06.00 WIB atau 5.30 WIB. Sebab, jarak rumah mereka dari sekolah sekitar 3 km. Bila berangkat lebih dari jam tersebut, bisa-bisa mereka terlambat masuk sekolah pada pukul 07.00 WIB. "Biasanya ramai-ramai sama teman-teman. Kami juga membawa bekal makanan dari rumah," ujarnya, ditemui Rabu (21/9/2016).
Wasotaruno (73), salah satu warga mengatakan, pemandangan anak-anak bertelanjang kaki pulang dan pergi sekolah sudah biasa baginya. Terkadang, anak-anak yang lelah itu bahkan mampir ke rumahnya untuk sekedar beristirahat. Menurutnya, jalan melintasi bukit menjadi jalan pintas bagi anak-anak Gunungtugel untuk ke sekolah. "Sebenarnya ada jalan memutar untuk perg ke sekolah dari Gunungtugel. Tapi jaraknya puluhan kilometer. Sedangkan kalau lewat gunung (bukit) paling 3 km sekali jalan," ujarnya.
Kepala sekolah SD N 3 Pandansari Widarti Spd (47) membenarkan sejumlah siswanya harus menempuh perjalanan berkilo-kilometer untuk ke sekolah dengan berjalan kaki. Lantaran memahami jauhnya jarak rumah dan sekolah, pihak sekolah memberi toleransi 15 menit bagi siswa yang rumahnya jauh itu.
Yang membuatnya bangga, semangat mereka dalam belajar luar biasa. Tak hanya pada jam sekolah, anak-anak itupun rajin berangkat ketika ada kegiatan ekstra kurikuler yang mengharuskan mereka pulang hingga sore. "Tak hanya jam pembelajaran biasa mereka bengakat. Kadang sampe sore ikut ekstra kulikuler robana dan qiroah yang bisa sampai jam 15.00 WIB. Namun siswa-siswa kami tetap semangat," kata Widarti yang kemarin didampingi Guru kelas Suprintis (30).(saefur/cah)