dok/sudarnoahmad |
Arkeolog Sugeng Riyanto, menjelaskan Situs Pendeman Jaran terletak pada koordinat S 07° 40' 27.9" E 109° 41' 33.1", elevasi 28.5 mdpl. Situs ini berupa reruntuhan bangunan batu bata dan bebatuan yang diperkirakan merupakan peninggalan Jaman Hindhu (Resi Candratirta) pada era pra-Islam di Desa Candimulyo.
Namun, sayangnya kondisi obyek sudah sulit dikenali, rusak tak berbentuk. Pada setiap sisi berukuran sekitar 270 cm, menghadap ke arah selatan dengan tinggi tembok yang tersisa sekitar 120 cm. Sementara ketebalan batu bata yang ada sekitar 30 cm, lebar pintu 75 cm, terdiri dari lima undakan/trap. Situs ini terletak di selatan jalan desa, berada diatas tanah warga milik Muhni bin Haji Nur Khasan dan istrinya Romidah.
Selain itu, tim arkeolog juga meneliti rumah milik Muhni bin Haji Nur Khasan yang berusia 90 tahun. Rumah yang dibangun pada tahun 1926. Rumah tersebut berada pada koordinat S 07° 40' 27.9" E 109° 41' 33.1", elevasi 28.5 mdpl. Bangunan tersebut berupa rumah bandung pada masa kolonial.
Posisi rumah menghadap ke arah utara, saat diteliti kondisi yang sangat memprihatinkan. Nampak semua bangunan dari kayu yang masih asli belum ada renovasi sebelumnya semenjak dibuat tahun 1926. Lokasinya hanya sepuluh meter selatan situs Pendeman Jaran. Rumah tersebut saat ini masih ditinggali keluarga Muhni, yang sebelumnya di huni oleh bapaknya yang bernama Haji Nur Khasan.
"Dua pilar besar di kiri kanan di serambi rumah itu masih bergaya Doria, menunjukkan bangunan itu bergaya arsitektur Yunani Kuno yang banyak digunakan pada masa kolonial pada saat itu," terang Sugeng, arkeolog asli Pejagoan ini.
Tak hanya itu, mereka juga meneliti Makam Syekh As-Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani, pendiri Pondok Pesantren Somalangu yang wafat pada malam Jum’ah, 15 Sya’ban 1018 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 12 November 1609 Masehi di bukit Lemah Lanang, Somalangu, Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen. Sayangnya, makam tua tersebut hingga saat ini belum masuk benda cagar budaya.(ori)