DOK. PRIBADI/Risa Maharani |
Desaian tidak bisa lepas dari Rani Maharani. Berawal hobi mengga
mbar, dia mengasah hingga merancang busana. Tekad kuatnya membuahkan hasil. Dia mendapatkan golden ticket bersama tiga temannya untuk pameran busana di Hongkong.
--------------------------
NOOR SYAFAATUL UDHMA, Kudus
---------------------------
PEREMPUAN satu ini memiliki suara yang merdu. Tak hanya saat dia bernyanyi, saat berbicara suaranya enak didengar. Hal itu diimbangi dengan keahliannya menggambar. Tak heran, dia sering diikutkan lomba menggambar sejak SMP.
Dia menyukai dunia gambar sejak usia 13 tahun. Saat itu dia duduk di bangku SMP. Berkat ketekunan itu, dia mampu membuat merancang busana di usia muda. Dia adalah Risa Maharani.
Perempuan kelahiran Semarang, 21 Maret 1998 saat ini mengikuti pameran busana di Center Stage yang diselenggarakan oleh Hong Kong Trade Development Council (HKTDC). Acara tersebut dihadiri 200 exhibitor dari 20 negara.
Risa-sapaan akrabnya mengaku, tidak menyangka menjadi salah satu siswa yang dikirim ke Hongkong selama satu minggu. Apalagi, untuk mengikuti acara sebesar itu. Dia didaulat merancang puluhan busana untuk dipamerkan melalui program peningkatan kualitas SMK. Dia dan tiga temannya memamerkan busana dalam pameran perdagangan dan pegelaran busana internasional.
Sebelum terpilih menjadi salah satu delegasi ke Hongkong, Risa mengikuti seleksi di sekolah. Setelah lolos, dia dan ketiga temannya dibimbing beberapa bulan di Bali bersama Ali Charisma.
Selama di Bali, Risa mendapat pembekalan seputar keterampilan menjahit, mendesain busana khusus modest wear dan teknik mendesain yang bagus oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC). “Kami dibagi dua tim. Kebetulan saya dan satu teman di Bali. Dua teman lainnya di Jakarta,” urainya.
Risa mengaku, telah membuat 80 desain busana yang memadukan unsur batik Kudus dan gebyok Regomulyo. Desainnya mengandung unsur modern menjadi modest wear. “Tidak mudah memang, namun saya berusaha menampilkan yang terbaik,” terang siswi kelas XII SMK NU Banat Kudus ini.
Perempuan yang berdomisili di Perum Permata Puri Jalan Prima 3 Blok A2A Semarang ini mengaku, sudah merancang 150 busana. Risa memilih gaya kasual dalam setiap rancangan. Alasannya lebih trendi dan kekinian.
Tak hanya itu, dia selalu memberi sentuhan manis dalam setiap karya. Tujuannya tidak monoton. “Misalnya ada tambahan batik, motif bunga dan rempel di beberapa bagian busana,” paparnya.
Risa mengaku, tidak selalu membuat busana yang dipadu dengan hijab. Sesekali dia membuat rancangan kasual tanpa hijab, namun tetap sopan dan nyaman.
Pencapaiannya saat itu tidaklah instans. Tak hanya sering berlatih menggambar, menjahit di sekolah dan rumah. Dia juga sering mengikuti berbagai perlombaan busana untuk menambah pengalaman. “ Iya kadang menang, kadang kalah,” terangnya.
Prestasinya dibuktikan ketika dia menjadi juara I fashion show tingkat Kabupaten Kudus pada tahun 2015. Tak hanya itu, dia menjadi juara I kreasi busana tingkat Kabupaten Kudus pada tahun yang sama. Bahkan, dia menjadi juara II lomba membatik tingkat Kabupaten Kudus pada tahun 2015.
Tak hanya juara dalam bidang fashion, perempuan yang menjabat sebagai ketua Osis ini memiliki prestasi di bidang olahraga. Dia meraih juara I renang gaya dada di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Tak hanya itu, dia pernah menjadi juara II lomba renang tingkat Kabupaten Kudus.
Saat ditanya tentang idola, anak pasangan Arifin dan Laila Maslachah ini mengaku, mengidolakan Dian Pelangi dan Ali Charisma. Dalam setiap rancangan, dia terinspirasi dari karya dua perancang itu. “ Kalau luar negeri saya mengidolakan Alexander Wang. Karyanya bagus yang glowing,” tutur Risa.
Saat ditanya perasaan mengikuti ajang internasional, dia senang dan bersyukur bisa ikut ajang bergengsi bersama perancang busana profesional. “Semoga dapat rancangan saya dan teman-teman dapat diterima di dunia fashion dunia,” ungkapnya. (*/ris)