Wulan Tilaar |
Lahir di Jakarta dan mengenyam seluruh pendidikannya di luar negeri (Amerika Serikat), membuat Wulan Tilaar seakan lupa kampung halamannya. Padahal, dia sadar betul leluhurnya berasal dari Gombong.
"Saya sadar awalnya saya memang lupa dengan akar budaya asal saya, begitu sadar saya sekarang benar-benar jatuh cinta dengan wilayah asal-usul saya," tutur Wulan, di Roemah Martha Tilaar, belum lama ini.
Ia pun makin bangga menjadi orang Jawa dengan kekayaan tradisi budayanya, meski harus kerap ke luar negeri mengikuti berbagai ajang kecantikan. Seizin orang tuanya pula kini ia merelakan rumahnya di Gombong yang bergaya Belanda itu dipakai untuk kegiatan sarasehan, latihan membatik, membuat jamu, atau belajar seni tradisi yang lain.
Roemah Martha Tilaar yang berada di Jalan Sempor Lama nomor 28 Gombong, bekas rumah masa kecil Martha Tilaar itu telah dijadikan pusat kebudayaan. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud bakti serta kontribusi wanita 80 tahun untuk mengembangkan kekayaan kota Gombong.
Niat Martha Tilaar untuk memberdayakan rumah masa kecilnya ini dimulai sejak beberapa tahun silam. Awalnya tempat tinggal yang dibeli kembali dua tahun lalu tersebut ingin dibuat museum. Namun Wulan Tilaar, selaku pemimpin dari Yayasan Warisan Budaya Gombong, menilai jika museum nampaknya kurang menarik perhatian pengunjung. Setelah berdiskusi dengan timnya, akhirnya terciptalah ide untuk menjadikan Roemah Marta Tilaar wadah pengembangan masyarakat Gombong dalam hal budaya, sosial, serta ekonomi. Sebelum menangani proyek ini, Wulan ternyata belum pernah menginjakkan kaki ke kota Gombong.
Kisah menarik pun datang dari Wulan yang merupakan anak pertama Martha sekaligus Vice Chairman Martha Tilaar Group. Ia mengaku terpanggil untuk membangun Roemah Martha Tilaar karena sebuah mimpi. Mimpi yang dianggapnya spiritual itu pun membuat Wulan semakin berkomitmen untuk mewujudkan niat sang ibu.
"Beberapa tahun lalu, saya mimpi Mak Ocok melihat ke arah jendela seperti menunggu. Waktu itu saya pikir mungkin minta didoain. Terus ada wacana ini (Roemah Martha Tilaar) saya pikir mungkin ada hubungannya," ungkap Wulan.
Mak Ocok sendiri merupakan orang yang spesial bagi Wulan. Dia adalah mendiang nenek buyutnya yang membantu sang ibu, Martha Tilaar untuk mendapatkan Wulan sebagai anak pertama. Kala itu Martha belum juga dikaruniai anak setelah 16 tahun pernikahan sehingga kerap diobati dengan jamu-jamuan.
Setelah terjun mengerjakan proyek ini, Wulan mengaku menjadi jatuh cinta dengan Gombong. Ia pun bertekad agar Roemah Martha Tilaar bisa menjadi pusat kegiatan masyarakat, sentra informasi, serta ikon dari kota Gombong.(ori)