Sang Putri Selamat dalam Dekapan Ria, Keluarga Joko Kehilangan Panutan
Tak disangka, acara piknik keluarga Ria Agus Vina, 22, ke Grojogan Sewu Selasa (12/10) justru berujung petaka. Ria dan sopir carteran Joko Sunarna, 59, meninggal lantaran tertimpa dahan saat melihat kawanan kera. Kepergian dua warga Dusun Sritinon, Desa/Kecamatan Delanggu yang mendadak itu meninggalkan duka mendalam di keluarga. Bagaimana reaksi keluarga saat kali pertama mendapat kabar duka tersebut?
-------------------------
ANGGA PURENDA, Klaten
-------------------------
PADA Selasa sore, jenazah Ria dan Joko sudah tiba ke kediaman keluarga masing-masing. Malam itu, saat Jawa Pos Radar Klaten tiba di kediaman keluarga Joko di Dusun Sritinon RT 02 RW 05 Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu tampak rumah sederhana tersebut masih ramai warga. Rupanya warga baru saja menguburkan jenazah Joko di tempat pemakaman umum (TPU) Ngebong.
Kedatangan Jawa Pos Radar Solo ke rumah duka langsung ditemui sang istri Sumarsih, 65, bersama keluarga besarnya di ruang tengah. Tampak mata Sumarsih begitu sembab kehitam-hitaman. Kesedihan mendalam dirasakan ibu tujuh anak itu. Apalagi, dia sama sekali tak mengetahui kronologi kejadian hingga suami tercintanya meninggal.
“Informasi pertama justru saya terima dari Pak RW yang juga diberi kabar oleh keluarga besar Mbak Ria melalui telepon,” tutur Sumarsih dengan nada sendu.
Ia lantas bercerita jika sehari-hari suaminya bekerja sebagai sopir. Hari itu, Joko dicarter keluarga besar Ria untuk berwisata di Grojogan Sewu Tawangmangu, Karanganyar. “Pekerjaan sebagai sopir sudah dijalani suami saya selama 35 tahun. Selain sopir carteran, juga mengantar katering,” kata Sumarsih sambil terisak.
Di usianya yang hampir menginjak kepala enam, Joko tetap rajin menjadi sopir. Malam hari sebelum kejadian, dia juga mengantarkan katering. Pada pagi hari sekitar pukul 06.30 saat akan berangkat mengantarkan keluarga Ria, Sumarsih mengaku tak mendapat firasat apa-apa.
“Saya hanya mendapat kabar jika bapak meninggal di lokasi wisata. Itu saja informasi yang saya dapatkan. Selebihnya tidak tahu,” ucap Sumarsih sambil sekali-kali mengusap air matanya.
Di mata anak kelima Joko, Yanto, 35, ayahnya merupakan sosok yang supel karena aktif mengikuti berbagai kegiatan di desanya. Ia tidak menyangka jika harus ditinggalkan ayahnya sedemikian cepat.
“Jenazah bapak tiba pada Selasa sore sekitar pukul 17.00, lalu dimakamkan setelah isya di TPU yang tidak jauh dari sini. Kepergian bapak meninggalkan tujuh anak dan 12 cucu,” ucap Yanto.
Tidak jauh dari kediaman keluarga Joko, juga tampak rumah yang penuh warga. Ya, rumah keluarga Ria Agus Vina, korban lain jatuhnya dahan di Grojogan Sewu, memang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kediaman keluarga Joko.
Di rumah duka, keluarga masih menunggui jenazah Ria lantaran malam itu jenazah memang tak langsung dimakamkan. Pemakaman Ria baru berlangsung Rabu (12/10) siang di TPU Gabahan, Desa Delanggu.
Ria merupakan ibu rumah tangga. Suaminya Muhammad Tyas, 21, bekerja di pabrik di Desa Mendak, Kecamatan Delanggu. Mereka telah menikah selama satu tahun dan dikaruniai satu anak Azizah Juliana Putri,1. Ria kerap membantu ibunya di warung soto yang dikelola di samping rumah.
“Saya mendapat info pertama kali dari keluarga yang ikut wisata ke sana. Yang telepon adik saya, Etin,” ucap kakak kandung Ria, Dodon Sucoko.
Dodon mengatakan, anggota keluarga yang ikut piknik ke Grojogan Sewu ada tujuh orang. Yakni bapak Dodon Edi Sumantri, ibu kandung Sriyatun, dua adiknya Ria Agus Vina dan Etin, keponakan Anisa, Azizah merupakan anak Ria, dan Sigit Indrawan yang masih saudara. Selain itu, juga tetangga sekaligus sopir Joko.
Dodon tak ikut pergi. Bahkan, dia sama sekali tak dikabari saat keluarganya akan berangkat piknik. Menurut dia, kepergian ke tempat wisata di hari kerja dan bulan Sura merupakan sesuatu hal yang jarang dilakukan.
“Memang sudah ada diskusi sebelumnya kalau ada keinginan piknik ke Tawangmau naik bus. Tapi kok malah nyarter. Memang Pak Joko jadi langganan saat perjalanan ke luar kota,” ujar dia.
Sementara itu, salah satu rombongan yang ikut piknik Sigit Indrawan, 20, atau Wawan menceritakan, jatuhnya dahan yang menimpa Ria dan Joko terjadi tiba-tiba. Tak ada bunyi yang menandakan robohnya dahan.
“Saat sedang membereskan tikar setelah makan saya lihat Ria dan Pak Joko sudah berjalan terlebih dahulu untuk pulang. Tapi baru sekitar 5 meter mereka langsung tertimpa dahan dengan posisi Ria tengkurap dan Joko telentang,” terang Wawan.
Ria langsung meninggal di tempat, sedangkan Joko mengembuskan nafas terakhir saat perjalanan ke rumah sakit. Saat kejadian, Ria dalam posisi mendekap anaknya Azizah. Karena didekap, Azizah bisa selamat dan hanya mengalami luka ringan di kepala.
Selama acara pemakaman kemarin suami Ria masih sangat terpukul. Dia ikut mengantarkan kepergian isterinya di peristirahatan terakhir sambil terus menangis. (*/ria)
Tak disangka, acara piknik keluarga Ria Agus Vina, 22, ke Grojogan Sewu Selasa (12/10) justru berujung petaka. Ria dan sopir carteran Joko Sunarna, 59, meninggal lantaran tertimpa dahan saat melihat kawanan kera. Kepergian dua warga Dusun Sritinon, Desa/Kecamatan Delanggu yang mendadak itu meninggalkan duka mendalam di keluarga. Bagaimana reaksi keluarga saat kali pertama mendapat kabar duka tersebut?
-------------------------
ANGGA PURENDA, Klaten
-------------------------
PADA Selasa sore, jenazah Ria dan Joko sudah tiba ke kediaman keluarga masing-masing. Malam itu, saat Jawa Pos Radar Klaten tiba di kediaman keluarga Joko di Dusun Sritinon RT 02 RW 05 Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu tampak rumah sederhana tersebut masih ramai warga. Rupanya warga baru saja menguburkan jenazah Joko di tempat pemakaman umum (TPU) Ngebong.
Kedatangan Jawa Pos Radar Solo ke rumah duka langsung ditemui sang istri Sumarsih, 65, bersama keluarga besarnya di ruang tengah. Tampak mata Sumarsih begitu sembab kehitam-hitaman. Kesedihan mendalam dirasakan ibu tujuh anak itu. Apalagi, dia sama sekali tak mengetahui kronologi kejadian hingga suami tercintanya meninggal.
“Informasi pertama justru saya terima dari Pak RW yang juga diberi kabar oleh keluarga besar Mbak Ria melalui telepon,” tutur Sumarsih dengan nada sendu.
Ia lantas bercerita jika sehari-hari suaminya bekerja sebagai sopir. Hari itu, Joko dicarter keluarga besar Ria untuk berwisata di Grojogan Sewu Tawangmangu, Karanganyar. “Pekerjaan sebagai sopir sudah dijalani suami saya selama 35 tahun. Selain sopir carteran, juga mengantar katering,” kata Sumarsih sambil terisak.
Di usianya yang hampir menginjak kepala enam, Joko tetap rajin menjadi sopir. Malam hari sebelum kejadian, dia juga mengantarkan katering. Pada pagi hari sekitar pukul 06.30 saat akan berangkat mengantarkan keluarga Ria, Sumarsih mengaku tak mendapat firasat apa-apa.
“Saya hanya mendapat kabar jika bapak meninggal di lokasi wisata. Itu saja informasi yang saya dapatkan. Selebihnya tidak tahu,” ucap Sumarsih sambil sekali-kali mengusap air matanya.
Di mata anak kelima Joko, Yanto, 35, ayahnya merupakan sosok yang supel karena aktif mengikuti berbagai kegiatan di desanya. Ia tidak menyangka jika harus ditinggalkan ayahnya sedemikian cepat.
“Jenazah bapak tiba pada Selasa sore sekitar pukul 17.00, lalu dimakamkan setelah isya di TPU yang tidak jauh dari sini. Kepergian bapak meninggalkan tujuh anak dan 12 cucu,” ucap Yanto.
Tidak jauh dari kediaman keluarga Joko, juga tampak rumah yang penuh warga. Ya, rumah keluarga Ria Agus Vina, korban lain jatuhnya dahan di Grojogan Sewu, memang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kediaman keluarga Joko.
Di rumah duka, keluarga masih menunggui jenazah Ria lantaran malam itu jenazah memang tak langsung dimakamkan. Pemakaman Ria baru berlangsung Rabu (12/10) siang di TPU Gabahan, Desa Delanggu.
Ria merupakan ibu rumah tangga. Suaminya Muhammad Tyas, 21, bekerja di pabrik di Desa Mendak, Kecamatan Delanggu. Mereka telah menikah selama satu tahun dan dikaruniai satu anak Azizah Juliana Putri,1. Ria kerap membantu ibunya di warung soto yang dikelola di samping rumah.
“Saya mendapat info pertama kali dari keluarga yang ikut wisata ke sana. Yang telepon adik saya, Etin,” ucap kakak kandung Ria, Dodon Sucoko.
Dodon mengatakan, anggota keluarga yang ikut piknik ke Grojogan Sewu ada tujuh orang. Yakni bapak Dodon Edi Sumantri, ibu kandung Sriyatun, dua adiknya Ria Agus Vina dan Etin, keponakan Anisa, Azizah merupakan anak Ria, dan Sigit Indrawan yang masih saudara. Selain itu, juga tetangga sekaligus sopir Joko.
Dodon tak ikut pergi. Bahkan, dia sama sekali tak dikabari saat keluarganya akan berangkat piknik. Menurut dia, kepergian ke tempat wisata di hari kerja dan bulan Sura merupakan sesuatu hal yang jarang dilakukan.
“Memang sudah ada diskusi sebelumnya kalau ada keinginan piknik ke Tawangmau naik bus. Tapi kok malah nyarter. Memang Pak Joko jadi langganan saat perjalanan ke luar kota,” ujar dia.
Sementara itu, salah satu rombongan yang ikut piknik Sigit Indrawan, 20, atau Wawan menceritakan, jatuhnya dahan yang menimpa Ria dan Joko terjadi tiba-tiba. Tak ada bunyi yang menandakan robohnya dahan.
“Saat sedang membereskan tikar setelah makan saya lihat Ria dan Pak Joko sudah berjalan terlebih dahulu untuk pulang. Tapi baru sekitar 5 meter mereka langsung tertimpa dahan dengan posisi Ria tengkurap dan Joko telentang,” terang Wawan.
Ria langsung meninggal di tempat, sedangkan Joko mengembuskan nafas terakhir saat perjalanan ke rumah sakit. Saat kejadian, Ria dalam posisi mendekap anaknya Azizah. Karena didekap, Azizah bisa selamat dan hanya mengalami luka ringan di kepala.
Selama acara pemakaman kemarin suami Ria masih sangat terpukul. Dia ikut mengantarkan kepergian isterinya di peristirahatan terakhir sambil terus menangis. (*/ria)