PEKALONGAN - Untuk mengurangi volume air rob yang masih merendam permukiman, masyarakat Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan melakukan swadaya pengadaan bahan bakar solar. Iuran solar itu dilakukan untuk menghidupkan tiga pompa penyedot air secara non stop untuk membuang genangan rob yang selalu datang merendam daratan pedesaan.
Satu unit pompa penyedot air itu membutuhkan anggaran Rp200ribu per hari untuk pengadaan solar. Sehingga, per harinya dibutuhkan anggaran Rp300ribu untuk menyalakan tiga unit pompa sehari semalam. Penyedot ini menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar. Mesin ini menyedot air rob yang menggenang permukiman, kemudian dialirkan kembali ke sungai.
"Di desa ini, ada tiga pompa penyedot. Dua unit diantaranya dari dana swadaya, sedangkan satunya lagi bantuan dari pemerintah. Untuk menyalakannya terus, warga melakukan iuran sebesar Rp5ribu per minggu," kata Perangkat Desa Tegaldowo, Kuntari, kemarin.
Sejauh ini, lanjut dia, belum ada bantuan dari pemerintah terkait bahan bakar. Saat ini pihaknya dalam proses pengajuan.
Sementara, sampai saat ini, genangan rob di desa tersebut masih cukup tinggi, yakni mencapai 40 centimeter. "Di sebelah timur, ketinggian sudah mencapai 40 cm. tapi warga masih tetap bertahan di rumah," ungkapnya.
Menurutnya, sedikitnya 300 rumah di desanya dengan total 450 KK masih tergenang rob. Bahkan, rob saat ini diklaim sebagai bencana rob tertinggi yang pernah terjadi di desa tersebut. Rob itu juga sudah merendam bangunan-bangunan fasilitas umum yang sebelumnya tidak tergenang, seperti bangunan MI, TK dan mushala.
Sebelumnya, usaha gotongroyong membuat pompa penyedot juga telah dilakukan warga Dukuh Sebakung, Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Hal itu dilakukan masyarakat untuk lepas dari jeratan banjir rob di permukiman mereka. Upaya itu menuai hasil.
Mulyono (40), warga setempat, mengatakan, upaya ini sebelumnya tidak berhasil. Kemudian, warga berusaha membangun tanggul di sisi timur dengan menggunakan karung pasir. "Alhamdulillah, akhirnya mampu menyedot air rob yang menggenang rumah-rumah warga di RW 6," kata Mulyono. (yan)
Satu unit pompa penyedot air itu membutuhkan anggaran Rp200ribu per hari untuk pengadaan solar. Sehingga, per harinya dibutuhkan anggaran Rp300ribu untuk menyalakan tiga unit pompa sehari semalam. Penyedot ini menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar. Mesin ini menyedot air rob yang menggenang permukiman, kemudian dialirkan kembali ke sungai.
"Di desa ini, ada tiga pompa penyedot. Dua unit diantaranya dari dana swadaya, sedangkan satunya lagi bantuan dari pemerintah. Untuk menyalakannya terus, warga melakukan iuran sebesar Rp5ribu per minggu," kata Perangkat Desa Tegaldowo, Kuntari, kemarin.
Sejauh ini, lanjut dia, belum ada bantuan dari pemerintah terkait bahan bakar. Saat ini pihaknya dalam proses pengajuan.
Sementara, sampai saat ini, genangan rob di desa tersebut masih cukup tinggi, yakni mencapai 40 centimeter. "Di sebelah timur, ketinggian sudah mencapai 40 cm. tapi warga masih tetap bertahan di rumah," ungkapnya.
Menurutnya, sedikitnya 300 rumah di desanya dengan total 450 KK masih tergenang rob. Bahkan, rob saat ini diklaim sebagai bencana rob tertinggi yang pernah terjadi di desa tersebut. Rob itu juga sudah merendam bangunan-bangunan fasilitas umum yang sebelumnya tidak tergenang, seperti bangunan MI, TK dan mushala.
Sebelumnya, usaha gotongroyong membuat pompa penyedot juga telah dilakukan warga Dukuh Sebakung, Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Hal itu dilakukan masyarakat untuk lepas dari jeratan banjir rob di permukiman mereka. Upaya itu menuai hasil.
Mulyono (40), warga setempat, mengatakan, upaya ini sebelumnya tidak berhasil. Kemudian, warga berusaha membangun tanggul di sisi timur dengan menggunakan karung pasir. "Alhamdulillah, akhirnya mampu menyedot air rob yang menggenang rumah-rumah warga di RW 6," kata Mulyono. (yan)