![]() |
sudarno ahmad/ekspres |
Kondisi aspal jalan menuju makam sepanjang sekitar 500 meter kondisinya rusak dan belum ditangani. Sementara, lokasi parkir makam masih ala kadarnya dan belum dibenahi secara memadai. Padahal, makam salah satu tokoh penyebar agama Islam tersebut selalu ramai peziarah pada saat tertentu, seperti pada malam Jumat Kliwon. Tak tanggung-tanggung, ribuan peziarah selalu memadati lokasi makam.
Menurut Ketua Paguyuban Wonoyudo Cabang Mirit yang mengurus maka tersebut, Jatmiko Aji, potensi tersebut harus dikelola dengan baik oleh Pemkab dan bisa mendatangkan sumber pendapatan daerah. Sebab, setiap tahun ribuan pengunjung dari Kebumen dan luar daerah selalu memadati makam. "Ribuan kendaraan hanya parkr bebas di sekitar lokasi makam," katanya, kemarin.
Dia menjelaskan, saat ini pengelolaan parkir makam ditangani oleh warga sekitar tanpa ada pantauan khusus dari pemerintah. Jika potensi parkir itu dikelola, maka keamanan parkir bisa lebih terjamin dan mendatangkan PAD bagi Pemkab. "Pengelola makam saat ini kami serahkan kepada juru kunci yang berasal dari warga sekitar makam," ujar dia.
Dia melanjutkan, sejauh ini pemerintah belum turun langsung membangun atau merehab lokasi makam. Adapun pembangunan dan perbaikan makam hanya dilakukan oleh warga atau peziarah. "Selama ini pembangunan makam masih swadaya," katanya.
Informasi yang berhasil dihimpun, Kiai Lancing merupakan keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V dan tidak mau menikah untuk menjaga kesufiannya. Di lokasi makam itu terdapat tiga makam yakni makam ayahanda Kiai Lancing yakni Kiai Ketijoyo dan Kiai Dipodrono yang tak lain merupakan pengikut Kiai Lancing. Kiai Dipodrono juga masih trah dari Brawijaya dari garis keturunan Wonoyudo Alus. Kesakralan makam ini sudah diakui masyarakat luas, bahkan sampai warga luar Jawa. (ori)
Menurut Ketua Paguyuban Wonoyudo Cabang Mirit yang mengurus maka tersebut, Jatmiko Aji, potensi tersebut harus dikelola dengan baik oleh Pemkab dan bisa mendatangkan sumber pendapatan daerah. Sebab, setiap tahun ribuan pengunjung dari Kebumen dan luar daerah selalu memadati makam. "Ribuan kendaraan hanya parkr bebas di sekitar lokasi makam," katanya, kemarin.
Dia menjelaskan, saat ini pengelolaan parkir makam ditangani oleh warga sekitar tanpa ada pantauan khusus dari pemerintah. Jika potensi parkir itu dikelola, maka keamanan parkir bisa lebih terjamin dan mendatangkan PAD bagi Pemkab. "Pengelola makam saat ini kami serahkan kepada juru kunci yang berasal dari warga sekitar makam," ujar dia.
Dia melanjutkan, sejauh ini pemerintah belum turun langsung membangun atau merehab lokasi makam. Adapun pembangunan dan perbaikan makam hanya dilakukan oleh warga atau peziarah. "Selama ini pembangunan makam masih swadaya," katanya.
Informasi yang berhasil dihimpun, Kiai Lancing merupakan keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V dan tidak mau menikah untuk menjaga kesufiannya. Di lokasi makam itu terdapat tiga makam yakni makam ayahanda Kiai Lancing yakni Kiai Ketijoyo dan Kiai Dipodrono yang tak lain merupakan pengikut Kiai Lancing. Kiai Dipodrono juga masih trah dari Brawijaya dari garis keturunan Wonoyudo Alus. Kesakralan makam ini sudah diakui masyarakat luas, bahkan sampai warga luar Jawa. (ori)
Berita Terbaru :
- 1.449 Jamaah Haji Asal Kebumen Diberangkatkan ke Tanah Suci
- Antisipasi Aksi Premanisme, Polisi Patroli Toserba di Kebumen
- Kecamatan Ayah Diterjang Angin Kencang, Dua Rumah Warga Rusak
- Bubur Bakar Jadi Menu Unik di Alun-alun Kebumen
- Polres Kebumen Gelar Pelatihan Manajemen Taktis dan Penanganan Konflik Sosial
- Sopir Bus Diminta Waspadai Premanisme
- Sebanyak 320 CPNS di Kebumen Terima SK Pengangkatan