Andi/ekspres |
Ritual jamasan diawali dengan penjamasan Keris oleh Ki
Tri Yulianto, Kasi Kesenian Dindikbudpora. Penjamasan selanjutnya dibantu puluhan anggota Majelis Luhur Penghayat Kepercayaan Indonesia (MLKI ).
Usai jamasan dilakukan ritual ruwatan sukerta oleh Dalang Ki Cermo Hadi Sutoyo dari Bantul, Jogjakarta. Sebelumnya dilakukan penyerahan para anak
sukerta oleh Drs Eko Riyanto, Kasi Museum Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional Dindikbudpora, kepada ki dalang.
Kemudian dilakukan penyerahan tokoh wayang Dalang Sangga Buwana oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Purworejo Drs H Tri Handoyo MM kepada Ki Cermo
Hadi Sutoyo sebagai pertanda dimulainya pergelaran wayang kulit dengan lakon Murwakala.
Drs H Muh Wuryanto MM, mengatakan, jamasan pusaka dan ruwatan merupakan agenda tahunan yang diadakan sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa. Pada tahun ini, ruwatan diikuti sebanyak 15 peserta, terdiri atas 6 anak Ontang anting, 1 anak Gedono Gedini, 7 anak Sendang Kapit Pancuran, dan 1 orang
kategori sukerto lain-lain.
"Penjamasan dilakukan terhadap 1.027 bilah pusaka koleksi Museum Tosan Aji," katanya.
Sementara itu, Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Drs H Tri Handoyo MM mengungkapkan,
tradisi jamasan merupakan simbol pensucian jiwa dan raga. Karena itu, jamasan merupakan penghormatan bagi siapa saja baik yang terlibat maupun
yang tidak.
Diungkapkan, para pimpinan daerah dan seluruh masyarakat Purworejo memiliki kewajiban untuk melestarikan kebudayaan tradisional. Hal itu agar kebudayaan tetap bertahan dan berkembang di tengah kemajuan zaman.
"Jamasan dan ruwatan ini merupakan kegiatan yang tidak hanya memiliki tujuan bagi yang berkepentingan saja, melainkan juga mewujudkan ikhtiar kita semua untuk melestarikan kebudayaan yang adiluhung," ungkapnya. (ndi)