KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Peribahasa itu tepat untuk menggambarkan cara dan adat desa di Kebumen menyambut datangnya Tahun Baru Hijriyah. Termasuk di Desa Roworejo Kecamatan Kebumen ini. Untuk menyambut datangnya tahun baru Hijriyah, warga setempat memiliki tradisi makan tumpeng bersama setiap tanggal 10 Muharrom.
Uniknya, makan tumpeng bersama itu dilakukan menjelang petang di depan pintu rumah. Konon, tradisi tersebut telah dilakukan secara turun temurun nenek moyang desa Roworejo.
Hadi Winarto (41) salah satu warga Desa Roworejo mengatakan, tradisi tersebut dipegang kuat oleh warga setempat. Dalam tradisi ini, warga menghidangkan tumpeng yang berisikan lauk "serundeng" dan 1 ekor ingkung ayam kampung panggang yang ditaruh di atas nampan dari bambu yang disebut warga dengan "tampah." Lalu, hidangan itu disantap secara bersama sama hingga habis. Dalam tradisi ini, juga dikenal aturan anggota keluarga tidak diperkenankan menggukanan piring.
"Jadi, semua harus makan bersama dari tampah. Selain bertujuan mempererat keakraban antar keluarga, ini juga menambah keceriaan dan nguri uri budaya," katanya," kata Hadi Winarto.
Ungkapan senada disampaikan Warsiah (40), warga lain. Dia mengatakan tradisi makan tumpeng bersama keluarga dalam rangaka 10 Muharrom merupakan satu hal yang efektif untuk mengakrabkan keluarga. "Tradisi makan tumpeng di depan pintu ini kegiatan yang sangat bagus. Menurut saya karena selain melestarikan budaya juga untuk mempererat hubungan keluarga," katanya.
Kepala Desa Roworejo Amir Solehudin mengatakan tradisi tumpengan merupakan sebuah tradisi yang sejak dulu dilakukan di Desa Roworejo. "Benar tradisi ini sudah lama, sejak nenek moyang dulu, dan sampai sekarang masih di uri uri," katanya.(saefur/cah)
Uniknya, makan tumpeng bersama itu dilakukan menjelang petang di depan pintu rumah. Konon, tradisi tersebut telah dilakukan secara turun temurun nenek moyang desa Roworejo.
Hadi Winarto (41) salah satu warga Desa Roworejo mengatakan, tradisi tersebut dipegang kuat oleh warga setempat. Dalam tradisi ini, warga menghidangkan tumpeng yang berisikan lauk "serundeng" dan 1 ekor ingkung ayam kampung panggang yang ditaruh di atas nampan dari bambu yang disebut warga dengan "tampah." Lalu, hidangan itu disantap secara bersama sama hingga habis. Dalam tradisi ini, juga dikenal aturan anggota keluarga tidak diperkenankan menggukanan piring.
"Jadi, semua harus makan bersama dari tampah. Selain bertujuan mempererat keakraban antar keluarga, ini juga menambah keceriaan dan nguri uri budaya," katanya," kata Hadi Winarto.
Ungkapan senada disampaikan Warsiah (40), warga lain. Dia mengatakan tradisi makan tumpeng bersama keluarga dalam rangaka 10 Muharrom merupakan satu hal yang efektif untuk mengakrabkan keluarga. "Tradisi makan tumpeng di depan pintu ini kegiatan yang sangat bagus. Menurut saya karena selain melestarikan budaya juga untuk mempererat hubungan keluarga," katanya.
Kepala Desa Roworejo Amir Solehudin mengatakan tradisi tumpengan merupakan sebuah tradisi yang sejak dulu dilakukan di Desa Roworejo. "Benar tradisi ini sudah lama, sejak nenek moyang dulu, dan sampai sekarang masih di uri uri," katanya.(saefur/cah)