• Berita Terkini

    Minggu, 13 November 2016

    Di Pati, Puluhan Rumah Tergenang

    ilustrasi
    PATI- Banjir juga kembali melanda di wilayah Pati bagian selatan kemarin. Sedikitnya ada puluhan rumah di Kecamatan Tambakromo dan Gabus tergenang. Itu akibat limpasan air dari sungai di Pegunungan Kendeng.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Kudus kemarin, mulai Jumat (11/11) sekitar pukul 17.00, sungai di Desa Gunungpanti dan Angkatan Kidul, Kecamatan Tambakromo, airnya mulai meluap. Sekitar pukul 22.00 luapan air melewati Desa Paras; Tambahmulyo; dan Penanggungan, Kecamatan Gabus. Juga di Desa Sunggingwarno, Kecamatan Gabus.

    Lantas kemarin pukul 00.30, jembatan di Desa Penanggungan, Tambakromo, sampai tertutup air. Bahkan, di tanggul di sungai Paras, Tanjunganom, Gabus, jebol. Sehingga air sungai meluap ke permukiman warga. Untuk mengurangi luapan air, warga dan sejumlah relawan menahan talut sungai dengan batang pohon pisang.

    Namun, derasnya air yang mengalir dari Pegunungan Kendeng, tidak tertahan tanggul. Airpun mulai masuk dan menggenangi permukiman warga. Tinggi air di pekarangan rumah dan jalan raya setinggi sekitar 50 sentimeter. Sedangkan di dalam rumah sekitar 20 sentimeter.

    Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Pati Darmanto mengatakan, ada sekitar 63 rumah yang terkena genangan air. Di Desa Angkatan Kidul ada 35 rumah, Desa Tambahmulyo ada 20 rumah, Desa Penanggungan dua rumah, dan Desa Sunggingwarno enam rumah.

    “Sejauh ini tidak ada korban jiwa dan belum ada warga yang mengungsi. Mereka tetap bertahan di rumah masing-masing. Untuk hewan ternak ada yang meninggal dan ada yang selamat karena sudah dipindah sebelumnya ke kandang yang lebih tinggi,” ucapnya.

    Menurutnya, banjir memang kerap melanda di wilayah hilir Pegunungan Kendeng. Selama setahun ini, sudah dua kali terjadi banjir. Sebelumnya terjadi pada Oktober lalu. Warga tidak bisa menghindari banjir. Jika intensitas hujan sudah tinggi, banjir tidak bisa dihindari lagi. Antisipasinya, harus membuat rumah yang lebih tinggi, supaya jika ada banjir tidak masuk ke rumah.

    Warga Desa Sunggingwarno, Sukimin, 40, merasa sedih karena rumahnya terendam banjir. Genangan air di pekarangan rumahnya sekitar 50 sentimeter. Sedangkan di dalam rumahnya 10 sentimeter. Dia tinggal sebatang kara dan merupakan salah satu warga difabel dengan kaki dan tangan tidak sempurna.
    “Saya kesulitan beraktivitas. Lantai rumah dari tanah sehingga kondisi rumah becek.  Seharian harus menguras air yang masuk ke rumah. Namun, kambing peliharaan sudah saya pindahkan ke tempat yang lebih tinggi,” harapnya. (put/lin)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top