SAEFUR/EKSPRES |
Tidak ada korban jiwa atau luka pada peristiwa yang terjadi pada pukul 18.30 WIB tersebut. Namun, Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen menyebutkan ada 31 rumah rusak dari skala ringan hingga berat. Rinciannya, 20 rumah di Desa Jogomertan Kecamatan Petanahan serta 3 rumah di Desa Jogosimo dan 8 rumah di Desa Gebangsari Kecamatan Klirong. Selain itu, ratusan pohon tumbang akibat kejadian ini.
Pantauan Ekspres kemarin, Tim gabungan diterjunkan untuk membantu warga menyingkirkan pohon-pohon tumbang yang menimpa rumah warga. Tak kurang dari 36 personel terdiri dari BPBD, TNI, Polri, RAPI, ORARI dan Elang Perkasa dikerahkan mengevakuasi pohon yang menimpa rumah warga serta melintang di jalan.
Camat Klirong, Budi Suwanto mengatakan, begitu mendapat laporan terjadinya bencana puting beliung pihaknya segera berkoordinasi dengan BPBD, serta Polsek dan Koramil. Lantas, mereka bersama warga memutuskan untuk melakukan penanganan secepatnya. "Petugas bersama-sama warga bekerja bakti menyingkirkan pohon tumbang sejak pagi," kata Camat yang kemarin bersama Kasie Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Klirong, Munawar.
Kapolsek Klirong AKP Diyono yang ikut terjun melakukan penanganan bencana angin puting beliung yang menimpa wilayahnya mengatakan pihaknya menerjunkan anggotanya untuk membantu. Selama ini, katanya, pihaknya sudah menghimbau agar warga waspada terhadap ancaman bencana. "sebelumnya kita sudah menghimbau kepada masyarakat untuk waspada terjadinya bencana di musim penghujan," katanya.
Warga masyarakat tampaknya memang harus selalu waspada terhadap kemungkinan bencana. Bencana yang terjadi di Kecamatan Klirong dan Petanahan hanya berjarak dua hari dari bencana banjir dan longsor di Kecamatan Ayah dan Rowokele. Tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut, namun ratusan rumah sempat terendam banjir.
Bahkan, longsor yang terjadi di Desa Wagirpandan Kecamatan Rowokele hingga kemarin belum tertangani sepenuhnya. Akibat jalan longsor, jalan kabupaten yang berada di wilayah tersebut kini kondisinya tak bisa dilalui roda empat. Padahal, jalur tersebut menjadi akses utama bagi warga Wagirpandan, Wonoharjo dan Desa Watuagung Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas.
"Kami berharap pemerintah mengirimkan alat berat untuk menyingkirkan longsor. Agar tidak longsor, kami berharap pemerintah membangun talud jaaln. Samapai saat ini kami masih khawatir terjadi longsor susulan bila turun hujan. Bila itu terjadi, aktivitas warga akan sangat terganggu," kata warga. (saefur/cah)