solikah ambar pratiwi |
Hujan deras yang terjadi sebelumnya diketahui menjadi penyebab musibah bencana alam tersebut. Musibah itu sendiri bermula saat mendung menutup kawasan Kaliangkrik sejak Senin siang. Kondisi tersebut memicu hujan yang kemudian datang bersama dengan angin kencang.
"Angin puting beliung tiba-tiba muncul sekitar pukul 17.00 WIB bersama dengan hujan dan menyapu atap rumah-rumah warga di Dusun Dukuhsari, Desa Pengarengan, Kaliangkrik," jelas Kapolsek Kaliangrik, AKP Buhrom.
Saat angin puting beliung terjadi, kata dia, banyak warga yang ketakutan dan berlarian keluar dari rumah sambil berteriak meminta tolong. Mereka baru berani kembali kerumah masing-masing setelah hujan dan angin mereda.
"Meski hanya sesaat, namun angin puting beliung tersebut membuat genting dan atap rumah warga berserakan," ungkapnya.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan pihaknya, ada sedikitnya 26 rumah warga yang rusak akibat musibah angin puting beliung. Terdiri dari dua rumah rusak berat dan 24 rusak ringan.
"Rumah rusak berat milik Paryanto dan Wiyoto (50). Kerusakan pada bagian atap diketahui mencapai 80 persen. Sementara 24 rumah lainnya mengalami rusak ringan berupa genting yang beterbangan maupun pecah,"urainya.
Usai musibah angin puting beliung, tanah longsor juga terjadi Selasa (29/11) pagi sekitar pukul 05.00 WIB. Material longsoran diketahui sempat membuat akses jalan antar dusun tertutup.
Kasi Humas Polsek Kaliangkrik, Aiptu Nur Fastiyan Harun mengatakan, pihaknya bersama dengan Koramil Kaliangkrik, warga setempat, relawan, BPBD Kabupaten Magelang, Muspika, dan lainnya bekerja bakti membersihkan material longsoran dan genting warga, Selasa (29/11).
"Untuk akses jalan, siang tadi (kemarin) baru bisa dilewati kendaraan roda dua, namun sore sudah terbuka dan bisa dilewati kendaraan roda empat. Arus lalu lintas sudah kembali normal seperti biasa," katanya.(amb)