TRIYONO |
Sejumlah kecamatan tersebut terutama di daerah Petungkriyono, Kecamatan Lebak Barang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Karanganyar, Kajen dan Kesesi. Sementara untuk wilayah Kecamatan Kesesi, Kajen dan Karanganyar hanya sebagian wilayah yang rawan tanah bergerak atau longsor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan, Bambang Sujatmiko, membenarkan. Menurutnya, daerah rawan longsor dan tanah gerak di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono, Doro, Karanganyar, sebagian Kecamatan Kajen, dan sebagian Kecamatan Kesesi. Untuk penanganan bencana alam, Pemkab Pekalongan mengalokasikan dana tak terduga tahun 2016 sebesar Rp 3,5 miliar. "Dana ini untuk penanganan bencana alam, bisa longsor, banjir, maupun angin," katanya.
Sementara hingga saat ini bagi korban bencana longsor, secara otomatis sudah diberikan bantuan logistik.
Seperti diberitakan, BPBD Kabupaten Pekalongan menyatakan status siaga bencana alam menyusul intensitas hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Pekalongan. Ancaman bencana tanah gerak dan longsor mengancam wilayah pegunungan di Kota Santri. Akibat hujan lebat pada akhir pekan lalu, sebanyak 37 rumah di Dukuh Dranan, Desa Yosorejo, Kecamatan Petungkriyono, mengalami retak-retak. Kejadian serupa juga terjadi di Dukuh Miramba dan Dukuh Langkap Selatan di Desa Luragung, Kecamatan Kandangserang.
Suwoto (48), warga Dukuh Dranan, Minggu (27/11), menyatakan, banyak rumah di dukuhnya yang lantai dan dinding rumahnya retak-retak akibat tanah di pedukuhan itu bergerak. Selain bangunan rumah yang retak, jalan dan beberapa titik lahan di pedukuhan itu juga sudah mengalami retak-retak.
"Kondisi tanah di sini lempung, makanya retak-retak. Jika hujan besar, keretakan semakin besar. Namun, warga belum ada yang mengungsi. Hanya berjaga-jaga saja jika ada hujan lebat," tutur dia.
Sekretaris Desa Luragung, Cipto Sumarno, juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, akibat hujan lebat dalam beberapa hari terakhir ini, longsor-longsoran kecil telah terjadi di Dukuh Miramba dan keretakan tanah sedalam 0,5 centimeter memanjang membelah dukuh tersebut.
Potensi keretakan tanah di Dukuh Miramba dan Langkap Selatan juga ditandai dengan keretakan kecil di beberapa rumah milik penduduk.
"Desa Luragung bersinggungan langsung dengan kawasan DAS Genteng Comal. Kondisi tekstur tanah jenis latosol lempung pasir keputihan dan butiran tanah didominasi pelapukan batu tuffan memang rawan longsor. (yon)