Agustin Ariyanti |
Tempaan sang ayah itulah yang membuatnya tumbuh sebagai wirausahawan ulet dan tangguh. Meski memiliki suami yang sudah cukup mapan sebagai perwira menengah polisi, Agustin enggan berpangku tangan di rumah menunggu nafkah dari sang suami. Panggilan jiwanya yang sejak kecil membuatnya menekuni usaha di sela-sela kesibukannya mengurusi suami tercintanya, AKP Willy Budiyanto SH MH dan tiga putera-puterinya, Titania Almasha Maheswari (11), Titan Perkasa Rastra Kottama (9) serta Titian Odelia Hoshi (6).
Bermacam-macam usaha pernah ditekuni Agustin. Pernah dia berjualan air isi ulang, usaha laundry, perlengkapan bayi (baby shop) bahkan angkringan. Usaha itu sudah dilakukannya sejak mendampingi suami yang saat itu bertugas di Polrestabes Semarang. Di saat bersamaan, Agustin juga mulai melirik usaha batik. Awalnya, konsumen Agustin adalah kolega kerja suaminya, polisi dan istri-istrinya. Berawal dari situ, konsumennya meluas.
"Kebiasaan" Agustin yang tak mau duduk manis di rumah masih berlanjut saat sang suami dipindahtugaskan di Kebumen. Di Kota Beriman, Agustin mengembangkan bisnis batiknya. Dengan menggunakan nama Omah Batik Ariyanto, Agustin kini kembali menemukan dunianya kembali. Beragam jenis batik menjadi pengisi butiknya yang berada di Jl Tentara Pelajar nomor 64 Gombong depan terminal Bus Gombong.
Dan, kini butiknya tersebut telah memiliki konsumen dari berbagai kalangan dan usia. Mulai warga biasa, pejabat, perorangan dan instansi sampai kawula muda. Agustin sendiri sangat menikmati kegiatannya menekuni usaha tersebut. Apalagi, bila mengingat modal awalnya yang hanya hitungan helai kain. "Iya ini modal awalnya dulu hanya tujuh lembar kain. Saya bersyukur tentu saja," ujarnya.
Usut punya usut, nama Omah Batik Ariyanto merupakan singkatan dari Agustin Ariyanti dan Willy Budiyanto, suaminya. "Suami memang sangat mendukung kegiatan saya," ujar Agustin tersenyum bahagia.
Soal dukung mendukung juga diungkapkan Willy Budiyanto. Perwira Menengah Polisi yang saat ini mendapat tugas baru sebagai Kasubag Humas Polres Kebumen itu menyampaikan, tak keberatan sama sekali istrinya bekerja. Apalagi, pekerjaan itu sesuai dengan minat istri tercintanya tersebut.
Menurutnya, seorang istri polisi seperti dia, memang harus mandiri. "Pekerjaan saya itu pekerjaan yang beresiko tinggi. Jadi, seorang istri polisi itu harus mandiri," ujar perwira polisi pemegang sabuk hitam karate Lemkari yang punya motto hidup "jangan menyesal menjadi baik" tersebut. (cah)