ilustrasi |
Penderitanya terbanyak dari kalangan penyuka hubungan sesama jenis atau lelaki suka lelaki (LSL). Ironisnya, dominasi penyakit itu menyerang usia produktif antara 18-40 tahun.
Hingga kuartal III tahun 2016 saja, jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai 15 orang. Dua di antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 13 lainnya merupakan LSL.
”Sebagian besar mereka yang terkena virus ini karena perilaku gonta-ganti pasangan (heteroseksual) dan LSL. Sedangkan penularan melalui jarum suntik (penasun) jarang di Kota Magelang,” kata Koordinator Lapangan Yayasan Kalandara, Tri Sakti Setyo Budi, Kamis (1/12).
Menurut Tri, penyakit HIV merupakan virus yang menyerang sel darah putih. Ini membuat penderitanya kehilangan sistem imun atau kekebalan tubuh, sehingga rentan terserang penyakit.
”Lebih bahaya lagi karena virus HIV tidak langsung bisa diketahui. Butuh waktu cukup lama, bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif,” ujarnya.
Tri menyebut, ada tiga periode HIV/AIDS mulai menginfeksi, yaitu periode jendela, 2-6 minggu, HIV positif selama 5-10 tahun, dan periode positif HIV, dan terinfeksi AIDS.
”Kalau sudah mengidap AIDS penderita akan mengalami kondisi sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Berbagai penyakit seperti infeksi oportunistik semakin parah. Mudah terserang seperti TBC dan lainnya,” jelasnya.
Dalam rangka menekan angka penularan penyakit HIV/AIDS di Kota Magelang, kata Tri, pihaknya tak lelah melakukan kegiatan sosialisasi dan pemahaman menyeluruh kepada komunitas-komunitas tertentu yang rentan terhadap penyakit itu.
Seperti yang dilakukan pada peringatan Hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember ini, Tri mengatakan, pihaknya bersama LSM dan kelompok peduli HIV/AIDS Magelang melaksanakan kegiatan sosialisasi dan kampanye tes HIV/AIDS.
”Sebab ini jadi keprihatinan bagi kami juga, rata-rata masyarakat itu enggan mengikuti tes HIV. Faktornya sangat kompleks, ada yang malu, merasa tidak mungkin terserang, dan lainnya. Padahal, siapa saja bisa tertular HIV,” ungkapnya.
Jika penyakit tersebut terdeteksi lebih dini, Tri mengungkapkan, peluang untuk sembuh bagi penderita terbuka lebar. Sebaliknya, penyakit yang sudah akut akan sulit terobati.
”Sampai sekarang belum ada obat HIV/AIDS ini. Tapi dengan mendeteksi dini dan mengomsumsi obat, virus yang awalnya masih sangat sedikit ini bisa ditekan terus menerus, dan makin mengecil. Ini sebenarnya fungsi tes HIV sejak dini,” ujarnya.
Meski demikian, metode pengobatan untuk menekan jumlah virus HIV yang belum akut ini tidak menjamin menghilangkan penyakit itu. Justru, jika penderita lalai mengonsumsi obat, maka perkembangan virus HIV/AIDS akan lebih besar lagi.
Sementara itu, Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Magelang, Yis Romadhon menjelaskan, perkembangan dari HIV menjadi AIDS membutuhkan waktu yang lama. Ia memprediksi sekitar 5-10 tahun dari masukan HIV ke dalam tubuh sampai terjadi AIDS.
Penyakit HIV, katanya, dapat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh antara orang dengan HIV positif dengan orang lain. Ini bisa terjadi melalui hubungan seksual, jarum suntik yang tidak steril, donor organ tubuh, juga melalui air susu ibu ke anak.
”Penyakit ini belum bisa disembuhkan. Kami berharap masyarakat bisa antusias mengikuti tes HIV/AIDS yang dibuka layanannya secara gratis,” papar dia.
HIV/AIDS, kata dia, bisa saja menyerang berbagai kalangan dan usia. Bahkan ibu rumah tangga yang tadinya tidak berisiko tinggi, akibat suaminya yang berisiko tinggi berpotensi masuk kelompok tersebut.
”Kebijakan yang dilakukan Dinas Kesehatan adalah mengupayakan menurunnya jumlah kasus baru HIV serendah mungkin. Lalu juga menurunnya tingkat diskriminasi, angka kematian AIDS serendah mungkin, dan meningkatnya kualitas hidup Orang Penderita HIV/AIDS (Odha),” tutur dia.
Dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia, Akademi Militer (Akmil) Magelang juga menggelar penyuluhan HIV/AIDS. Kegiatan yang diikuti 780 orang dari organik militer maupun PNS Akmil disampaikan oleh Kapten CkM Subindo.
Dia berharap, lewat penyuluhan ini peserta dapat mengetahui dan mengerti tentang bahaya dan risiko HIV/AIDS. Selain itu, seluruh organik Akmil agar dapat menjaga diri dan mencegah jangan sampai tertular HIV/AIDS.
”Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV, guna meningkatkan kualitas hidup ODHA tersebut. Obat ini harus diminum sepanjang hidupnya,” tuturnya. (wid)