Agus supriyadi |
“ Kami iuran bersama, untuk mengecor jalan yang rusak parah, total ada 200 kepala keluarga, iuran bervariasi dengan kisaran Rp.100 ribu hingga Rp.500 ribu ,” ungkap Harisun warga Kandangan Banyumudal kemarin.
Menurutnya, tidak hanya warga kandangan yang memberikan bantuan untuk pengecoran jalan tersebut, sebab warga dusun terdekat dan para pengguna jalan yang biasa melintas di jalur itu juga membantu dengan menyumbang uang, matrial dan tenaga.
“ Banyak yang simpatik dengan aksi warga kandangan mengecor jalan itu, penguna jalan lain banyak yang membantu, ada guru yang biasa melintas di jalur itu, pedagang, pemilik angkutan dan juga warga dusun terdekat,” bebernya.
Pihaknya mengaku, bahwa keluhan terkait rusaknya jalan itu sudah bekali-kali disampaikan kepada pemerintahn desa, hingga pemerintah kecamatan, namun tidak ada tindak lanjut yang jelas, akhirnya warga bertindak sendiri dengan melakukan pengecoran jalan. “ Sudah berkali-kali melaporkan, tapi tidak ada tanggapan, akhirnya warga juga bosan,” tandasnya.
Tidak hanya lapor ke pemerintah, setiap momentum pilkada dan juga pilihan legislatif, semua politisi senantiasa menjanjikan pembangunan jalan itu, namun hingga periode berakhir tidak ada kenyataannya.
“ Warga kandangan kecewa dan kesal, mereka sudah tidak punya cara lain kecuali menggalang iuran untuk membangun jalan itu, kersaukan jalan itu sudah terjadi hampir 16 tahun lebih” katanya.
Dijelaskan, bahwa jaur rusak parah yang dicor oleh warga kandangan sepanjang dua kilometer, dengan lebar lima meter, akan tetapi kemampuan warga untuk membangun jalan tersebut secara keseluruhan dipastikan belum mampu, sehingga pengecoran difokuskan pada jalur yang susah dilalui seperti jalur tanjakan tajam.
“ Tidak semua dicor, tapi yang sangat susah dilalui, titiknya sudah kita identifikasi, jumlahnya lima belas titik yang rusak parah, bahkan sepeda motor saja tidak bisa melintas,” katanya.
Warga kandangan mengaku tidak tahu status jalan tersebut, mereka hanya butuh jalur utama menuju kecamatan sapauran itu bisa dilalui, sebab selain menompang akses ekonomi, jalur tersebut juga menjadi jalur akses pendidikan, sosial dan budaya.
“ Kalau jalan itu tidak dibenahi ya hasil panen kita susah dijual, anak-anak ngak bisa berangkat sekolah, berangkat ke pondok pesantren dan juga tidak lancar bersilaturahmi dengan warga yang lain,” pungkasnya. (gus)