saefur/ekspres |
Diapit dua bukit, yakni bukit Gunung Demung dan Bukit Silayur, Pantai Pecaron seperti menjadi kepingan indah Samudera Hindia yang tidak boleh dilewatkan. Terutama bagi mereka pecinta wisata alam. Hamparan pantai dipadu dengan bukit karang yang tinggi menjadi ciri khas Pecaron. Untuk dapat menikmatinya, wisatawan dapat melihatnya dari ketinggian dari bawah rimbunnya pepohonan.
Untuk dapat menuju pantai Pecaron, dari pusat Kabupaten Kebumen, dapat ditempuh dari dua jalur. Pengunjung bisa melalui rute Kebumen-Petanahan-Puring-Suwuk-Menganti, dengan jarak sekitar 30 kilometer. Namun, medan yang dilalui cukup menantang dan melewati tanjakan curam dan tikungan tajam.
Rute yang lebih mudah dapat di tempuh dari pusat Kecamatan Gombong melalui Pantai Logending ke arah selatan. Jalur ini jaraknya sekitar 48 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Pengunjung lebih disarankan melalui rute ini. Meski lebih jauh, kondisi jalan tidak seekstrem rute pertama.
Bagi Wisatawan yang tak membawa kendaraan pribadi dapat menggunakan angkutan umum dari Demangsari kecamatan Ayah berhenti di Pantai Logending dengan biaya 10.000 rupiah. Dari sini, Wisatawan bisa menyewa ojek dengan ongkos sekitar Rp 20 ribu Jika bersama rombongan, kendaraan umum seperti minibus yang biasa parkir di Pantai Logending bisa disewa dengan harga paling mahal Rp 100 ribu untuk rute pulang pergi.
Jika menggunakan kendaraan pribadi, jangan lupa cek dulu kesiapan mesin, rem, dan ban kendaraan Anda. Jalan sempit yang berkelok-kelok dan curam sangat menuntut kendaraan dalam kondisi prima.
Sekitar lima kilometer dari Pantai Ayah, sebelum sampai di lokasi wisata Pantai Pecaron, di sisi kanan jalan tersaji eloknya panorama gugusan pantai selatan Kebumen dari puncak bukit dan hijaunya hutan jati. Di titik ini, pengunjung bisa istirahat sejenak untuk mengabadikannya. Di dekat pantai ada gerbang. Kendaraan yang masuk dipungut tiket biaya Rp 7.500 per unit termasuk parkir kendaraan. Di lokasi pantai pengunjung dapat menikmati kuliner khas Kebumen yakni pecel dan tempe mendon, harganyapun cukup murah, kisaran Rp 15 ribu sudah paket dengan es teh. Selain itu wisatawan juga dapat mendirikan camp melihat sun rise dan sun set dari puncak bukit.
Pantai Pecaron dibuka untuk umum oleh Karangtaruna desa setempat pada awal 2003. Sebelumnya, lokasi ini hanya menjadi tempat pendaratan perahu nelayan. Bahkan, di lokasi tersebut telah didirikan tempat Pelelangan Ikan (TPI). Namun, nelayan setempat kemudian bermigrasi ke TPI Desa Karangduwur Kecamatan Ayah. Akhirnya, TPI itu dimanfaatkan sebagai sekretariat bagi pengelola Pantai Pecaron.
Meski sempat diguncang gempa hebat pada 2004, Pecaron kini mulai berkembang. Di tahun itu pula, pemerintah daerah Kabupaten Kebumen memberikan bantuan untuk membuka akses jalan menuju pantai dengan jarak 1 kilometer. Setelah dibukanya akses jalan, bantuan pun mengalir untuk TPI dan kapal nelayan.
Di tahun 2016 ini, Pecaron mengalami peningkatan yang signifikan, dengan suguhan pemandangan dan ciri khas pantai. Tak hanya kesejukan pantai, kini wahana swafoto dan gasebo yang terseber di atas bukit Gunung Demung memberi keleluasaan bagi para pengunjung untuk dapat menikmati eksotisme Pecaron. Dari ketinggian, wisatawan dapat melihat hijau rimbun pohon kelapa dan birunya laut serta tebing karang yang menjorok ke laut. Di lokasi ini, para wisatawan dapat berswafoto sebagai kenangan.
Di balik luas hamparan keindahan pasir, Pantai Pecaron memiliki sebuah cerita. Pada era kejayaan keraton Surakarta, Solo, banyak pangeran yang hijrah dan menempati daerah sekitar Gunung Demung dan Karangbutuh. Melihat lokasi Pantai Pecaron dengan hamparan pasir yang luas sering digunakan sebagi tempat berkumpulnya para penggembala dan pangeran asal keraton Surakarta. Di tempat itulah, mereka menggelar ritual kepercayaan pada Nyi Roro Kidul. Mereka datang secara berbondong bondong berkumpul di hamparan pasir.
Saking seringnya digunakan tempat perkumpulan, pada akhirnya diberi nama Pantai Pecaron yang berasal dari kata Upacara (Pecahron) atau lokasi pertemuan yang diantara dua bukit. Secuil mitos tersebut dipaparkan oleh Sarmanto (50) pengelola Pantai Pecaron yang juga Mantan Kepala Desa, Desa Srati Kecamatan Ayah. "Itu cerita yang saya dengar saat kecil dari para sesepuh di kampung, bahwa nama Pecaron dulu merupakan tempat upacara, " katanya, ditemui baru-baru ini.
Adam Surya Darmawan (20) salah satu wisatawan asal kota Kebumen mengatakan cukup puas menikmati pemandangan pantai Pecaron dari atas bukit. "Anginnya sepoi-sepoi. Segar banget bisa duduk santai dari atas melihat pemandangan di bawah," katanya. (saefur/cah)