sudarno ahmad/kebumen ekspres |
Siapa sangka, demam klakson "Om Telolet Om" asal muasalnya dari Kebumen. Ya, Perusahaan Otobus (PO) Efisiensi adalah bus pertama di Indonesia yang menggunakan klakson unik berbunyi "Telolet". Bahkan saat ini bunyi klakson unik tersebut menjadi viral di jagad sosial media dan menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat.
----------------------
Sudarno Ahmad,Kebumen
----------------------
Kepada Kebumen Ekspres, General Manager PO Efisiensi, Eri Wahyudani, menceritakan PO Efisiensi pertama kali menggunakan klakson "telolet" pada 2001. Pada saat itu PO Efisiensi sedang membangun armada bus trayek Jogja - Cilacap dan Jogja - Purwokerto. "Dari awal memang ini harapannya untuk jadi ciri khas dan ikon dari (bus) Efisiensi," kata Eri Wahyudani, di Rest Area yang juga kantor pusat PO Efisiensi di Desa Wonosari, Kecamatan Kebumen.
Awalnya, kata Eri, owner PO Efisiensi H Teuku Eri Rubiansah, membeli klakson itu di sebuah pameran otomotif di Kota Hannover, Jerman. Saat itu Eri membeli satuan karena tidak mungkin membawa dalam jumlah banyak. Tujuannya dia ingin ada ciri khas di armada bisnya. Beberapa tahun kemudian saat pergi haji, di Jeddah dia menemukan klakson yang sama.
Dari situlah dia kemudian tidak lagi membeli satuan, namun dalam jumlah banyak. Klakson yang dibelinya itu merki Marco, buatan Italia. Klakson telolet di PO Efisiensi didatangkan dari Arab Saudi dengan harga alatnya di atas Rp 5 juta. Namun, ada produksi lokal klakson telolet yang alatnya seharga Rp 3 juta ke bawah. "Hampir setiap dia umroh, selalu belanja klakson dalam jumlah yang tidak sedikit," ujarnya.
Menurutnya, klakson yang asli terdiri dari tiga corong dengan bunyi "telolet" yang bila dipencet lama bisa berbunyi "telolet-telolet". Saat awal-awal bus dipasang klakson telolet itu, banyak masyarakat merespons negatif. Banyak masyarakat merespons negatif di daerah tertentu. "Sopir kami arahkan untuk tidak membunyikan klakson yang telolet, klakson standar busnya saja," ujarnya.
Namun, rupanya kegemaran masyarakat berubah sejak empat tahun terakhir. Klakson telolet tersebut digemari, warga malah meminta sopir membunyikan klakson itu. Itu hampir di setiap daerah dekat-dekat dengan sekolahan biasanya anak-anak yang minta. "Pokoknya tiap ada sekolahan, minta dibunyikan klakson, anak-anak melambaikan tangan itu di daerah jalur bus reguler kami," paparnya.
Saat ini semua armada bus Efisiensi sekitar 60 unit memiliki standar dua jenis klakson. Satu jenis klakson standar dari pabrikan dan klakson telolet. "Di Efisiensi klakson telolet jadi ciri khas kita.Owner kepengin ada ciri khas, jadi di bus-bus lain kami membeli dan memasangkannya di armada kami," imbuhnya.
Tak cuma klakson, sejak 5-6 tahun lalu, PO Efisiensi juga memiliki maskot bus kota dengan nama "Tolelot". Maskot ini diambil dari kata 'tole' dari bahasa Jawa yang berarti anak laki-laki. "Ide itu muncul lebih kepada anak-anak ini kalau misalnya dia naik bus selalu ada kata 'Kene le, tak pangku wae' sama ibunya. Dari pesan "Kene le (tole), tak pangku wae" itu kemudian muncullah kata "Tolelot". "Tole, lot itu dipanjangkan saja. Bentuknya anak kecil (maskotnya)," jelas dia.
Salah satu penumpang bus Efisiensi, Meta mengaku suka dengan bunyi klakson "telolet" ini karena unik dan lucu. Namun, Meta berharap tidak terlalu sering dibunyikan karena suaranya yang keras lumayan membuat kaget. "Terlebih saat booming seperti sekarang ini, tiap meter berjalan bus selalu membunyikan klakson. Karena selama perjalanan banyak warga yang meminta sopir bus membunyikan klakson terus," beber wanita berjilbab yang akan menuju ke Jogjakarta.(ori)