KAJEN - Aspal jalan di sepanjang jalur armada proyek tol Trans Jawa Ruas Pemalang-Batang di Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan dipenuhi lumpur, Rabu kemarin (7/12). Lumpur yang berasal dari tanah merah bekas rontokan material yang dibawa armada tol ini menutupi permukaan aspal. Sehingga, hujan yang mengguyur sepanjang malam hingga siang kemarin membuat kondisi jalan tersebuut licin dan rawan kecelakaan.
Hal ini membuat warga setempat semakin geram terhadap pelaksana proyek jalan tol setempat dari PT Sumber Mitra Jaya (SMJ). Pasalnya, belum lama warga melakukan aksi, namun dampak lingkungan masih belum terselesaikan.
Salah seorang warga di lokasi jalan berlumpur merah, Samsudin (50), mengaku geram dengan ulah pelaksana proyek tol yang tidak mengindahkan keresahan setempat. "Sebelumnya, sudah didemo, kemudian dikatakan akan dibersihkan dan akan selalu menjaga lingkungan warga. Tapi nyatanya selalu seperti ini. Sekarang makin parah seperti lumpur merah. Bisa dibayangkan, licinnya seperti apa, berbahayanya seperti apa," ujar Samsudin.
Pantauan kemarin, kondisi jalan berlumpur merah tersebut merupakan jalan tembus antara Kecamatan Sragi dan Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Sehingga jalan itu menjadi jalan utama warga setempat. Jika memilih lewat jalur Pantura, maka rute semakin panjang dan harus memutar.
Terpisah, Koordinator Paguyuban Lurah Terdampak Tol, Abdillah, tidak membantah bahwa untuk lokasi pekerjaan proyek jalan tol di wilayah Sragi, merupakan bagian dari pekerjaan PT SMJ. "Saya akui, memang kondisinya seperti itu," kata Abdillah, kemarin.
Sebagai kepala desa, pihaknya Abdillah mengaku sangat mendukung pelaksanaan percepatan pekerjaan proyek nasional tersebut. Ia pun memahami kondisi kejar target yang harus segera diselesaikan. Namun, lanjut dia, pihaknya juga menyayangkan apabila sampai terjadi keresahan warga, serta kondisi-kondisi membahayakan tersebut.
Menurutnya, pihak pelaksana proyek harus bertanggungjawab untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warga selama proyek tersebut dilangsungkan. "Walaupun proyek kejar target, namun masalah-maslah dengan keamanan dan kenyamanan warga harus diperhatikan," tegas Abdillah.
Di sisi lain, Budi, dari pihak SMJ, ketika dikonfirmasi melalui selulernya, membenarkan bahwa dia dari pihak SMJ. Akantetapi, ketika hendak ditanya terkait masalah tersebut, telepon terputus dan tidak dapat dihubungi kembali. (yan)
Hal ini membuat warga setempat semakin geram terhadap pelaksana proyek jalan tol setempat dari PT Sumber Mitra Jaya (SMJ). Pasalnya, belum lama warga melakukan aksi, namun dampak lingkungan masih belum terselesaikan.
Salah seorang warga di lokasi jalan berlumpur merah, Samsudin (50), mengaku geram dengan ulah pelaksana proyek tol yang tidak mengindahkan keresahan setempat. "Sebelumnya, sudah didemo, kemudian dikatakan akan dibersihkan dan akan selalu menjaga lingkungan warga. Tapi nyatanya selalu seperti ini. Sekarang makin parah seperti lumpur merah. Bisa dibayangkan, licinnya seperti apa, berbahayanya seperti apa," ujar Samsudin.
Pantauan kemarin, kondisi jalan berlumpur merah tersebut merupakan jalan tembus antara Kecamatan Sragi dan Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Sehingga jalan itu menjadi jalan utama warga setempat. Jika memilih lewat jalur Pantura, maka rute semakin panjang dan harus memutar.
Terpisah, Koordinator Paguyuban Lurah Terdampak Tol, Abdillah, tidak membantah bahwa untuk lokasi pekerjaan proyek jalan tol di wilayah Sragi, merupakan bagian dari pekerjaan PT SMJ. "Saya akui, memang kondisinya seperti itu," kata Abdillah, kemarin.
Sebagai kepala desa, pihaknya Abdillah mengaku sangat mendukung pelaksanaan percepatan pekerjaan proyek nasional tersebut. Ia pun memahami kondisi kejar target yang harus segera diselesaikan. Namun, lanjut dia, pihaknya juga menyayangkan apabila sampai terjadi keresahan warga, serta kondisi-kondisi membahayakan tersebut.
Menurutnya, pihak pelaksana proyek harus bertanggungjawab untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warga selama proyek tersebut dilangsungkan. "Walaupun proyek kejar target, namun masalah-maslah dengan keamanan dan kenyamanan warga harus diperhatikan," tegas Abdillah.
Di sisi lain, Budi, dari pihak SMJ, ketika dikonfirmasi melalui selulernya, membenarkan bahwa dia dari pihak SMJ. Akantetapi, ketika hendak ditanya terkait masalah tersebut, telepon terputus dan tidak dapat dihubungi kembali. (yan)