KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Dilatarbelakangi dengan berbagai kejadian yang menimpa Kabupaten Kebumen akhir-akhir ini menjadi keprihatinan semua pihak. Termasuk bagi kalangan seniman, supranaturalis, spiritualis dan pegiat pelestari budaya Jawa.
Atas keprihatinan tersebut mereka pun berencana bakal menggelar acara budaya "Ruwat Kabumian". Acara tersebut akan dilangsungkan di Teratai Blambangan Resto Kebumen pada Kamis (19/1/2017) mendatang.
Untuk mematangkan rencana tersebut para pelaku seni dan budayawan pun kumpul di kediaman pribadi Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo, di RSS Jatimulyo Alian, kemarin.
Hadir pada pertemuan tersebut antara lain Ketua DKD Ki Bambang Cermo Budhi Carita, Supranaturalis Ki Mujiono, Spiritualis Ki Sugeng Winarto, Seniman Sulap John Silombo dan Pelukis Ki Surya.
Menurut Ki Mujiono, berbagai peristiwa yang melatarbelakangi digelarnya ruwat bumi. Mulai dari kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga kegagalan musim tanam para petani. Selain juga berbagai bencana alam, banjir, tanah longsor dan bencana lainnya yang menimpa Kabupaten Kebumen.
Pada kegiatan Ruwat Kabumian akan dipanjatkan doa bersama dan beberapa harapan bagi Kabupaten Kebumen dimasa-masa yang akan datang. "Harapan tersebut diantaranya agar kedepan Kebumen menjadi lebih baik, dan terbebas dari segala bencana," kata Ki Mujiono.
Menurut Ki Mujiono, berbagai rangkaian acara akan digelar pada Ruwat Kabumian diantaranya berupa kirab tumpeng kuat, dilanjutkan dengan kepungan ruwatan atau ritual doa bersama. Kemudian pada malam harinya dilanjutkan dengan acara apresiasi seni dan sarasehan tentang budaya Jawa. "Dengan pembicara Ki Bambang Cermo Budhi Carita, yang juga dalang dari Jatijajar," ujarnya.
Seniman Sulap Kebumen John Silombo, menambahkan pada Ruwat Kabumian yang rencananya akan dimulai pukul 16.00 WIB terbuka untuk umum. Siapa saja bebas mengikuti acara langka tersebut. Hanya saja bagi peserta pria disyaratkan harus memakai tutup kepala berupa blangkon atau iket. "Sukur-sukur mau memakai pakaian adat jawa secara lengkap," ucap John Silombo.
Pemilik Teratai Blambangan Resto, Ki Surya yang juga seniman lukis berharap dengan acara tersebut akan terbangun rasa kepedulian dan kebersamaan. Antara seniman dan pegiat pelestari budaya Jawa. Selain itu, dia juga berharap warga Kebumen akan terhindar dari penyakit dan dijauhi mara bahaya.
"Pada akhirnya kita berharap adanya pemimpin yang jujur dan amanah bagi Kabupaten Kebumen," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum DKD Kabupaten Kebumen, Pekik Sat Siswonirmolo, mendukung penuh rencana acara tersebut. Menurut dia, Ruwat Kabumian merupakan satu kegiatan seni budaya. Yang memiliki fungsi fundamental pendidikan kebudayaan dalam program pembangunan. Utamanya pembangunan karakter suatu masyarakat.
Pekik mengutip, pernyataan Presiden Jokowi, tanpa pembangunan kebudayaan, baik itu kesenian, sastra, tradisi lokal ataupun pemikiran budaya, sebuah bangsa akan kehilangan spirit dan ruh kehidupan masyarakatnya.
"Karena masyarakat yang kehilangan nilai budaya dan tidak mampu mengaktualisasikan seni budaya mereka akan menjadi masyarakat yang kehilangan fondasi etik dalam tatanan kehidupan mereka," pungkasnya. (ori)
Atas keprihatinan tersebut mereka pun berencana bakal menggelar acara budaya "Ruwat Kabumian". Acara tersebut akan dilangsungkan di Teratai Blambangan Resto Kebumen pada Kamis (19/1/2017) mendatang.
Untuk mematangkan rencana tersebut para pelaku seni dan budayawan pun kumpul di kediaman pribadi Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo, di RSS Jatimulyo Alian, kemarin.
Hadir pada pertemuan tersebut antara lain Ketua DKD Ki Bambang Cermo Budhi Carita, Supranaturalis Ki Mujiono, Spiritualis Ki Sugeng Winarto, Seniman Sulap John Silombo dan Pelukis Ki Surya.
Menurut Ki Mujiono, berbagai peristiwa yang melatarbelakangi digelarnya ruwat bumi. Mulai dari kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga kegagalan musim tanam para petani. Selain juga berbagai bencana alam, banjir, tanah longsor dan bencana lainnya yang menimpa Kabupaten Kebumen.
Pada kegiatan Ruwat Kabumian akan dipanjatkan doa bersama dan beberapa harapan bagi Kabupaten Kebumen dimasa-masa yang akan datang. "Harapan tersebut diantaranya agar kedepan Kebumen menjadi lebih baik, dan terbebas dari segala bencana," kata Ki Mujiono.
Menurut Ki Mujiono, berbagai rangkaian acara akan digelar pada Ruwat Kabumian diantaranya berupa kirab tumpeng kuat, dilanjutkan dengan kepungan ruwatan atau ritual doa bersama. Kemudian pada malam harinya dilanjutkan dengan acara apresiasi seni dan sarasehan tentang budaya Jawa. "Dengan pembicara Ki Bambang Cermo Budhi Carita, yang juga dalang dari Jatijajar," ujarnya.
Seniman Sulap Kebumen John Silombo, menambahkan pada Ruwat Kabumian yang rencananya akan dimulai pukul 16.00 WIB terbuka untuk umum. Siapa saja bebas mengikuti acara langka tersebut. Hanya saja bagi peserta pria disyaratkan harus memakai tutup kepala berupa blangkon atau iket. "Sukur-sukur mau memakai pakaian adat jawa secara lengkap," ucap John Silombo.
Pemilik Teratai Blambangan Resto, Ki Surya yang juga seniman lukis berharap dengan acara tersebut akan terbangun rasa kepedulian dan kebersamaan. Antara seniman dan pegiat pelestari budaya Jawa. Selain itu, dia juga berharap warga Kebumen akan terhindar dari penyakit dan dijauhi mara bahaya.
"Pada akhirnya kita berharap adanya pemimpin yang jujur dan amanah bagi Kabupaten Kebumen," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum DKD Kabupaten Kebumen, Pekik Sat Siswonirmolo, mendukung penuh rencana acara tersebut. Menurut dia, Ruwat Kabumian merupakan satu kegiatan seni budaya. Yang memiliki fungsi fundamental pendidikan kebudayaan dalam program pembangunan. Utamanya pembangunan karakter suatu masyarakat.
Pekik mengutip, pernyataan Presiden Jokowi, tanpa pembangunan kebudayaan, baik itu kesenian, sastra, tradisi lokal ataupun pemikiran budaya, sebuah bangsa akan kehilangan spirit dan ruh kehidupan masyarakatnya.
"Karena masyarakat yang kehilangan nilai budaya dan tidak mampu mengaktualisasikan seni budaya mereka akan menjadi masyarakat yang kehilangan fondasi etik dalam tatanan kehidupan mereka," pungkasnya. (ori)