• Berita Terkini

    Minggu, 26 Februari 2017

    Bambang Goenarto, Ahli Feng Shui Asal Kudus

    Belajar ke Tiongkok, Dapat Komunikasi dengan Dewa

    Bambang Goenarto salah satu pakar feng shui di Kudus. Dia mempelajari ilmu tersebut sejak empat tahun terakhir. Selain ke Surabaya, Jakarta dan Semarang, lelaki bermata sipit ini mempelajari ilmu tersebut hingga ke pusatnya di Tiongkok.
    ----------------------
    NOOR SYAFAATUL UDHMA, Kudus
    -----------------------
    LAYAKNYA lelaki Tionghoa lainnya, Bambang Goenarto atau Go Tjwan Bing memiliki kulit putih dengan mata sipit. Siang itu dia duduk di depan Kelenteng Hok Hien Bio dengan memakai baju merah kotak-kotak. Terlihat banyak umat Tri Dharma yang menyalaminya. Sesekali dia mengelus rambut anak-anak yang datang menyalami itu.

    Koh Bambang - sapaan akrabnya- terlihat masih sehat. Usianya sudah tak muda lagi, yakni 61 tahun. Dia masih kuat mengikuti berbagai prosesi kegiatan di kelenteng. Mulai Bee Gwee, Imlek, Ci Swak, hingga Cap Go Meh. Tidak sekali pun absen. Justru terkadang dia masih memimpin acara sakral umat Tri Dharma itu.

    Setelah menyalami para umat, dia lantas mempersilakan wartawan koran ini untuk duduk di depan kelenteng. Dia mulai menceritakan kisah hidupnya menjadi ahli feng shui.

    Ayah satu anak ini mengatakan, kehidupannya tidak dimulai dari Tiongkok. Dia lahir dan besar di Kudus. Kedua orang tuanya berparas oriental. Menjadi keturunan Negeri Tirai Bambu membuatnya fasih berbahasa Mandarin. ”Tapi saya tetap saja lebih fasih berbahasa Jawa,” katanya bangga.

    Bambang lahir di Kudus, 14 Mei 1956. Dia diberi nama Go Tjwan Bing. Nama itu diberikan kepadanya agar dia memiliki banyak rezeki. Baik berupa sehat, pangkat, budi pekerti, hingga materi. ”Dalam bahasa Indonesia berarti banyak rezeki. Orang tua ingin agar saya memiliki banyak rizeki,” jelas lelaki berkaca mata ini.
    Bambang kecil tumbuh seperti anak laki-laki pada umumnya. Dia mudah beradaptasi dengan orang lain dan berbicara dengan lancar. Dia menguasai berbagai jenis pelajaran, salah satunya matematika. Baginya hitung menghitung itu menyenangkan. Sebab menjadikan hidup lebih berwarna.

    Ketika dewasa, dia menikah dengan Seng Bing Wan. Peempuan cantik berparas oriental juga. Hasil pernikahannya menghasilkan anak perempuan bernama Valenciana Goenarto atau Go Kiem Lan. ”Saat ini anak saya masih kuliah,” ucapnya.

    Sebagai karakter shio monyet yang cerdas dan memiliki kharisma besar, Bambang adalah sosok yang memiliki rasa humor cukup tinggi. Bahkan dia juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan alam. Karena itulah dia mempelajari feng shui secara mendalam.

    Awalnya Bambang menimba ilmu pada sejumlah guru. Salah satunya belajar di Surabaya. Kemudian berlajut ke Semarang hingga Jakarta. Hal ini dilakukan untuk mempelajari ilmu tentang alam secara detail.

    Bahkan, tak hanya di kota-kota besar, Koh Bambang juga belajar ke pusatnya di Tiongkok. Dia sudah ke negeri tersebut beberapa kali. Hampir tiap tahun sekali. Waktunya pun tidak pasti. Kadang satu bulan, kadang hanya beberapa minggu.

    Karena memiliki kemampuan cepat beradaptasi, dia pun cepat menguasai pembelajaran yang diberikan. Bahkan untuk lebih mendalami feng shui, dia rela merogoh kocek cukup banyak untuk berguru ke Negeri Tirai Bambu. ”Seperti dalil orang Islam, tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Saya akhirnya ke Tiongkok dan berguru di sana,” tegasnya.

    Pada dasarnya feng shui adalah ilmu alam. Dalam praktiknya, feng shui begitu luas. Tidak hanya terbatas pada pengaturan arah, tata letak bangunan atau penataan rumah. Namun feng shui juga dapat diterapkan dalam menentukan jodoh, percintaan, rumah tangga, dan kesusksesan. Selain itu juga dapat menentukan karir hingga perlindungan dan keselamatan diri.

    Feng shui mengenal konsep pengolahan energi. Namun dapat berubah bentuk untuk tujuan tertentu melalui proses metafisika. Dia mengatakan, feng shui memang rumit dan kompleks. Bahkan perlu bertahun-tahun untuk benar-benar mematangkan ilmu itu. Namun Bambang justru terus tertantang untuk mendalaminya. Sebab dia percaya, Yin (negatif) dan Yang (positif) yang menyebabkan kehidupan tidak konstan. Terkadang senang, kadang pula sedih. Kadang sakit, lain waktu sehat.

    Dia pun percaya bahwa manusia, surga, dan bumi dapat hidup berdampingan untuk memperbaiki kehidupan. ”Hingga saat ini saya masih terus belajar. Sebab belajar itu menyenangkan,” ucap lelaki yang berdomisili di Perum Pondok Indah No. 96, Desa Getas Pejaten, Kota, Kudus ini.

    Tak hanya menguasi feng shui, dia juga mampu berinteraksi dengan dewa. Misalnya saat perayaan Bee Gwee. Dia berkomunikasi dengan para dewa untuk memutuskan perayaannya diarak atau tidak. Setelah komunikasi itu, dia mendapat jawaban bahwa tahun ini perayaannya dilakukan di dalam kelenteng. ”Tahun-tahun sebelumnya kami biasanya diarak, tahun ini dewa meminta untuk dilaksanakan di kelenteng saja,” terangnya.

    Kendati demikian, dia mengaku tidak selalu bisa berkomunikasi dengan dewa. Kadang kala dia gagal bertemu atau berkomunikasi. ”Seperti orang tahajud. Terkadang bisa merasa berkomunikasi dengan Allah, kadang juga tidak bisa. Jadi syaratanya memang hati dalam keadaan bersih dan khusuk,” imbuhnya.

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top