KEBUMEN (kebumenekspres.comR - Budaya memberi kontribusi bagi peningkatan daya tarik wisata di Indonesia sebesar 60 persen. Bahkan di Jawa Tengah mencapapi 60 hingga 70 persen. Hal itu dikatakan oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Mulyono, pada pembukaan lomba orkes keroncong tingkat Jawa Tengah di Hotel Candisari Karanganyar, Sabtu (4/2/2017).
Menurut Mulyono, sisanya kekayaan alam, kuliner serta barang kerajinan. Pengembangan wisata daerah tidak bisa hanya mengandalkan kekayaan alam, tetapi harus ditunjang pertunjukan budaya, yang sudah terbukti sangat digemari wisatawan. Oleh karenanya, Mulyono, mengajak semua pihak melestarikan budaya bangsa. Salah satunya yakni orkes keroncong, yang merupakan warisan budaya leluhur. "Kalau ingin memajukan wisata, kita harus memajukan kebudayaan," kata Mulyono, saat menyampaikan sambutannya.
Mulyono menilai, paling efektif untuk mengembangkan kebudayaan adalah melalui dunia pendidikan. Dia berpendapat, tak hanya sekedar "nguri-uri" kebudayaan. Tetapi melalui pengenalan kebudayaan sejak usia dini akan mendewasakan generasi muda yang berbudi pekerti luhur. "Jadi tidak hanya sekedar cerdas, tetapi juga berkarakter," tegasnya.
Hadir pada pembukaan lomba orkes keroncong tingkat Jawa Tengah, Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad, Kepala Dinas Pendidikan Ahmad Ujang Sugiyono, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Azam Fatoni, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Hery Setyanto, Asisten Sekda Widiatmoko dan Kabag Humas Setda Kebumen Sukamto. Selain itu juga hadir Ketua DPD HAMKRI Jawa Tengah Nandang Wijaya, Ketua DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo.
Dalam sambutannya, Bupati Mohammad Yahya Fuad, berharap melalui lomba orkes keroncong tersebut dalam menelorkan artis keroncong yang tidak hanya moncer di Jawa Tengah. Tetapi juga di kancah nasional yang melegenda, seperti maestro almarhum Gesang dan Waljinah. "Ini bisa melestarikan musik khas Indonesia, sehingga keroncong bisa berdiri sejajar dengan musik lainnya," kata bupati.
Sementara itu, lomba orkes keroncong itu diikuti oleh 14 grup perwakilan kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen Ahmad Ujang Sugiyono, menjelaskan 14 grup keroncong tersebut berasal dari Kabupaten Karanganyar, Kendal, Sragen, Solo, Pati, Salatiga, Purworejo, Banyumas, Cilacap, dan Purbalingga.
Dari jumlah peserta tersebut, panitia memilih tiga penampil terbaik dan tiga harapan. Bagi penampil terbaik akan berhak memboyong trofi bergilir Gubernur Jawa Tengah. Panitia juga menyiapkan trofi Bupati Kebumen, Waldjinah, dan Gesang. Juara I lomba ini memperoleh uang pembinaan Rp 5 juta, juara II Rp 3 juta, dan juara III Rp 2 juta. Harapan I 1 juta, harapan II Rp 750 ribu dan harapan III Rp 500 ribu. Total hadiah yang disediakan sekitar 13 juta serta trofi dan piagam.
Tak hanya itu, juga dipilih vokalis putra terbaik yang berhak menerima trofi Gesang dan uang pembinaan Rp 250 ribu. Sedangkan vokalis terbaik wanita menerima trofi Waljinah dan uang pembinaan Rp 250 ribu. Secara khusus panitia juga akan memberikan penghargaan kepada peserta dengan usia termuda.
Pada kesempatan, Ketua DPD HAMKRI Jawa Tengah Nandang Wijaya mengukuhkan pengurus DPC HAMKRI Kabupaten Kebumen periode 2017-2019. Sejumlah nama masuk dalam jajaran kepengurusan DPC HAMKRI Kabupaten Kebumen seperti pengusaha Sutarto Merti Utomo, yang menjadi ketua dan Ketua PMI Kabupaten Kebumen Komper Wardopo sebagai Wakil Ketua. Sedangkan, lomba keroncong tingkat Jawa Tengah dibuka oleh Bupati Mohammad Yahya Fuad ditandai dengan pembetotan bass.
Dari hasil penilaian dewan juri, sebagai tuan rumah Kabupaten Kebumen hanya berhasil menjadi juara III. Juara I berhasil direbut oleh Kabupaten Karanganyar dan juara II diraih Kabupaten Kendal. Sedangkan Kabupaten Salatiga, yang pada tahun lalu juara I tahun ini harus puas dengan memperoleh harapan I. Harapan II Kabupaten Cilacap dan harapan III Kabupaten Purbalingga.
Selanjutnya, Rizky Andhika dari Kabupaten Karanganyar berhasil menjadi penyanyi terbaik putra pada lomba orkes keroncong Jawa Tengah tahun ini. Untuk penyanyi terbaik putri berhasil diraih oleh Nunung Nurjanah dari Kabupaten Kendal. Selanjutnya, penyanyi termuda diraih oleh Ersta dari SD Negeri 1 Purbalingga, yang baru berusia 8 tahun. (ori)
Menurut Mulyono, sisanya kekayaan alam, kuliner serta barang kerajinan. Pengembangan wisata daerah tidak bisa hanya mengandalkan kekayaan alam, tetapi harus ditunjang pertunjukan budaya, yang sudah terbukti sangat digemari wisatawan. Oleh karenanya, Mulyono, mengajak semua pihak melestarikan budaya bangsa. Salah satunya yakni orkes keroncong, yang merupakan warisan budaya leluhur. "Kalau ingin memajukan wisata, kita harus memajukan kebudayaan," kata Mulyono, saat menyampaikan sambutannya.
Mulyono menilai, paling efektif untuk mengembangkan kebudayaan adalah melalui dunia pendidikan. Dia berpendapat, tak hanya sekedar "nguri-uri" kebudayaan. Tetapi melalui pengenalan kebudayaan sejak usia dini akan mendewasakan generasi muda yang berbudi pekerti luhur. "Jadi tidak hanya sekedar cerdas, tetapi juga berkarakter," tegasnya.
Hadir pada pembukaan lomba orkes keroncong tingkat Jawa Tengah, Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad, Kepala Dinas Pendidikan Ahmad Ujang Sugiyono, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Azam Fatoni, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Hery Setyanto, Asisten Sekda Widiatmoko dan Kabag Humas Setda Kebumen Sukamto. Selain itu juga hadir Ketua DPD HAMKRI Jawa Tengah Nandang Wijaya, Ketua DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo.
Dalam sambutannya, Bupati Mohammad Yahya Fuad, berharap melalui lomba orkes keroncong tersebut dalam menelorkan artis keroncong yang tidak hanya moncer di Jawa Tengah. Tetapi juga di kancah nasional yang melegenda, seperti maestro almarhum Gesang dan Waljinah. "Ini bisa melestarikan musik khas Indonesia, sehingga keroncong bisa berdiri sejajar dengan musik lainnya," kata bupati.
Sementara itu, lomba orkes keroncong itu diikuti oleh 14 grup perwakilan kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen Ahmad Ujang Sugiyono, menjelaskan 14 grup keroncong tersebut berasal dari Kabupaten Karanganyar, Kendal, Sragen, Solo, Pati, Salatiga, Purworejo, Banyumas, Cilacap, dan Purbalingga.
Dari jumlah peserta tersebut, panitia memilih tiga penampil terbaik dan tiga harapan. Bagi penampil terbaik akan berhak memboyong trofi bergilir Gubernur Jawa Tengah. Panitia juga menyiapkan trofi Bupati Kebumen, Waldjinah, dan Gesang. Juara I lomba ini memperoleh uang pembinaan Rp 5 juta, juara II Rp 3 juta, dan juara III Rp 2 juta. Harapan I 1 juta, harapan II Rp 750 ribu dan harapan III Rp 500 ribu. Total hadiah yang disediakan sekitar 13 juta serta trofi dan piagam.
Tak hanya itu, juga dipilih vokalis putra terbaik yang berhak menerima trofi Gesang dan uang pembinaan Rp 250 ribu. Sedangkan vokalis terbaik wanita menerima trofi Waljinah dan uang pembinaan Rp 250 ribu. Secara khusus panitia juga akan memberikan penghargaan kepada peserta dengan usia termuda.
Pada kesempatan, Ketua DPD HAMKRI Jawa Tengah Nandang Wijaya mengukuhkan pengurus DPC HAMKRI Kabupaten Kebumen periode 2017-2019. Sejumlah nama masuk dalam jajaran kepengurusan DPC HAMKRI Kabupaten Kebumen seperti pengusaha Sutarto Merti Utomo, yang menjadi ketua dan Ketua PMI Kabupaten Kebumen Komper Wardopo sebagai Wakil Ketua. Sedangkan, lomba keroncong tingkat Jawa Tengah dibuka oleh Bupati Mohammad Yahya Fuad ditandai dengan pembetotan bass.
Dari hasil penilaian dewan juri, sebagai tuan rumah Kabupaten Kebumen hanya berhasil menjadi juara III. Juara I berhasil direbut oleh Kabupaten Karanganyar dan juara II diraih Kabupaten Kendal. Sedangkan Kabupaten Salatiga, yang pada tahun lalu juara I tahun ini harus puas dengan memperoleh harapan I. Harapan II Kabupaten Cilacap dan harapan III Kabupaten Purbalingga.
Selanjutnya, Rizky Andhika dari Kabupaten Karanganyar berhasil menjadi penyanyi terbaik putra pada lomba orkes keroncong Jawa Tengah tahun ini. Untuk penyanyi terbaik putri berhasil diraih oleh Nunung Nurjanah dari Kabupaten Kendal. Selanjutnya, penyanyi termuda diraih oleh Ersta dari SD Negeri 1 Purbalingga, yang baru berusia 8 tahun. (ori)