IMAM/EKSPRES |
Salah satu petambak udang, Junaidi (40). Warga RT 1 RW 2 Desa Karangsari Kecamatan Kebumen menuturkan cuaca ekstrem, berdampak buruk bagi usahanya. Saat ini, banyak udang yang mati dan diikuti panen udang merosot drastis mencapai 40 persen.
Penurunan hasil panen itupun membuat mereka merugi. “Umumnya panen satu kolam mencapai dua ton udang, namun pada panen kali ini saya hanya mendapat 1.2 kuintal. Kami pun harus merugi Rp 76 juta,” tuturnya, Senin (27/2/2017).
Sejauh ini, tambak udang memang menjanjikan keuntungan sangat menjanjikan. Dari satu petak kolam ukuran 40 x 30 meter saja, seorang petambak udang bisa menghasilkan 2,5 ton udang per tiga bulan. Dengan asumsi harga udang dibuat rata-rata Rp 95 ribu perkg, pendapatan petambak sekali panen bisa mencapai Rp 285 juta. Dipotong 50 persen untuk operasional dan modal, petambak bisa mengantongi Rp 140 juta sekali panen. Padahal, mereka panen tiga kali dalam setahun.
"Artinya budidaya tambak udang, nyata mampu meningkatkan kesejahteraan warga, membuka lapangan kerja dan menurunkan angka kriminalitas," ucap Ketua kelompok tani tambak udang Vaname Jaya Desa Surorejan Kecamatan Puring, Dalyono.
Namun di sisi lain, keberadaan tambak udang di kawasan pesisir selatan Kebumen tersebut juga menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup. Pasalnya, banyak diantara mereka yang membangun tambak udang di garis sempadan pantai. Sudah begitu, dari sekitar 200 tambak udang yang ada di kawasan itu, mayoritas tidak mengantongi ijin.
Pemkab Kebumen sendiri tengah melakukan upaya penertiban terhadap para petambak udang. (mam)