sudarno ahmad/ekspres |
"Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah kurang memberdayakan petani dan membenahi sektor pertanian secara keseluruhan," kritik Cipto Waluyo, pada pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RKPD 2018 di Gedung Pertemuan Setda Kebumen, Senin (13/3/2017).
Menurut Cipto Waluyo, hal yang terlupakan ketika terjadi pertumbuhan ekonomi, yakni peranan golongan petani semakin menciut. Sebagai gantinya, peranan masyarakat modern semakin meningkat. Sejajar dengan itu maka peranan golongan buruh industri, pedagang, pengusaha beserta semua golongan masyarakat kota juga semakin meningkat.
"Ini yang perlu menjadi catatan bagi eksekutif. Jadi fokus pertumbuhan ekonomi tidak selalu melulu pada sektor industri, perikanan, pariwisata atau perdagangan. Ada sektor pertanian atau agrobisnis yang bisa kita upayakan dan maksimalkan," kata dia.
Politisi PDI Perjuangan itu memaparkan, perlu adanya perubahan cara pandang. Baik itu dari pemerintah maupun petaninya. "Kawit mbiyen sing jenenge tani ki mesti beras. Padahal ora mung beras tok. Ana budin, ketela, palawija, sayuran. Bahkan yang menjadi perbincangan dimana-mana, lombok itu juga hasil pertanian. Biasa pembangunan pertanian kita selalu berfokus pada pari beras pari lan beras terus," ujar Cipto, dengan bahasa Kebumenan.
Lebih jauh, sebagian besar upaya inovasi dan pembangunan teknologi program pertanian difokuskan pada padi dan beras. Sehingga inovasi dan pengembangan teknologi bagi produk pertanian lainnya berjalan sangat lambat bahkan tertinggal. Akibatnya ketika kebijakan diversifikasi konsumsi pangan digalakkan untuk mengurangi ketergantungan pada beras. "Kemampuan untuk menyediakan produk pangan non-beras kita tidak memadai sehingga kesempatan ini diisi oleh aneka pangan impor," ucapnya.
Jajaran eksekutif dibawah kepemimpinan Bupati Mohammad Yahya Fuad, diminta merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian yang berkualitas. Dia mengakui tidak mudah membangun sektor pertanian, mengingat petani yang jumlahnya cukup banyak, namun tidak diimbangi dengan luas lahan yang relatif sempit. Bahkan ada lokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar, sehingga menyulitkan konsolidasi dan pembinaan. Selain juga sarana dan prasarana yang tersedia tidak dimanfaatkan secara baik menyebabkan biaya produksi menjadi mahal.
"Dengan menempatkan pembangunan pertanian sebagai salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi maka persoalan seperti pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat. Akan dapat dipecahkan sekaligus dan berkelanjutan," imbuhnya.
Disisi lain, kata Cipto, terbatasnya akses layanan usaha terutama pada permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas. Sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. "Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas," kata dia.
Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad, mengakui pada APBD 2017 perhatian pemerintah daerah terhadap sektor pertanian masih belum optimal. Hal itu terlihat dari minimnya anggaran yang dialokasikan. Namun demikian, dibawah kepemimpinannya tidak serius memperhatikan sektor yang digeluti oleh 70 persen warganya.
Keseriusan tersebut salah satunya ditandai dengan dialokasikan anggaran sebesar Rp 12 miliar untuk membangun embung baru. "Bahkan oleh Menteri Pertanian, Kabupaten Kebumen mendapat reward karena tahun ini akan membangun sepuluh embung," beber Mohammad Yahya Fuad.
Hadir pada acara tersebut, Wakil Bupati Yazid Mahfudz, sejumlah Wakil Ketua dan anggota DPRD Kebumen, PLH Sekda Mahmud Fauzi, pimpinan OPD di jajaran Pemkab Kebumen, camat dan kepala desa. Selain itu, hadir juga berbagai elemen masyarakat, LSM, hingga akademisi.
Acara Musrenbang tingkat Kabupaten Kebumen sendiri dijadwalkan selama dua hari. Senin (13/3) dan Selasa (14/3).(ori)