K. ANAM SYAHMADANI/RATEG |
Mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Johardi, Sekretaris Disdikbud Soni Sontani didampingi Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Henny Koeshendartien saat memantau berlangsungnya Unas menyampaikan, semula, Unas Kejar Paket C direncanakan berbasis komputer dan Kota Tegal siap menyelenggarakannya.
Namun, pemerintah pusat membatalkan dan mengembalikan Unas dengan paper test atau berbasis kertas dan pensil. Karena banyaknya peserta, Unas Kejar Paket C dibagi ke dalam 19 kelas. Para peserta Unas Kejar Paket C ini terdiri dari siswa dari berbagai usia dan profesi. Salah satu peserta tertua yakni, Djamiri yang berasal dari Desa Margamulya, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.
Pria 60 tahun itu, merupakan mantan kepala desa yang menjabat dua periode di desanya. Djamiri mengatakan, dirinya lebih memilih PKBM di Kota Tegal karena serius mencari ilmu. “Mencari ilmu itu, tidak ada batas usianya,” kata pria yang saat ini berprofesi sebagai peternak sapi, ketika berbincang dengan Soni dan Henny usai mengikuti Unas jam pertama.
Soni mengutarakan, dirinya mengapresiasi semangat belajar Djamiri, yang bisa dicontoh oleh orang-orang yang lebih muda. Selain Djamiri, peserta Unas ini juga banyak yang berusia muda. Henny menjelaskan, umumnya, mereka yang putus sekolah karena terbebani pekerjaan untuk menghidupi keluarga. “Kebanyakan yang bekerja di toko, mal atau yang lainnya,” ujarnya.
Sebagaimana Unas sekolah formal, lembar jawab Unas Kejar Paket C langsung dikirimkan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Disdikbud juga mengapresiasi kepada para tutor di PKBM yang telah bekerja keras mendidik siswanya. (nam)