IMAM/EKSPRES |
Penangkapan tersebut dilaksanakan dalam OperasiTangkap Tangan (OTT) di Hotel Candisari Karanganyar, Rabu (12/4) lalu. Adanya OTT tersebut, mengungkap bahwa adanya kabar praktik pemerasan oleh oknum pegawai Kantor Imigrasi Kelas II Cilacap ternyata bukan hanya kabar burung belaka. Kini ke empat orang oknum pegawai lengkap beserta barang buktinya telah diamankan Jajaran Polres Kebumen.
Salah satu pengusaha Waluyo (35) mengatakan, adanya kabar pemerasan sebetulnya telah lama terdengar. Kabar tersebut mulai muncul sekitar awal tahun 2016. Adanya desas-desus pemerasan semakin gencar di penghujung tahun 2017. “Akhirnya kini terungkap sudah bahwa kabar tersebut benar adanya. Buktinya polisi berhasil mengamankan pelakunya,” tuturnya, Minggu (16/4/2017).
Menurutnya modus pemerasan tersebut dilakukan dengan cara melihat celah kesalahan dari bayer (pembeli jenitri) asal manca negara yang membeli jenitri di Kebumen. Kabarnya para bayer datang ke Indonesia menggunakan visa pelancong dan bukan visa bisnis. Celah tersebut lantas dimanfaatkan oleh para oknum untuk memeras. “Saya dengarnya sich seperti itu,” paparnya.
Baca juga:
(4 Petugas Imigrasi Cilacap yang Terjaring OTT Resmi Tersangka)
Saat disinggung mengenai hubungan buyer dan pengusaha jenitri, Waluyo mengatakan, hubungan yang dibangun sebatas penjual dan pembeli. Para pengusaha jenitri umumnya berprinsip ada pembeli tentunya dilayani. “Kami tidak ambil pusing, pokoknya mereka ya datang kami layani. Kami adalah penjual, sehingga usaha yang dilakukan adalah bagaimana cara agar dagangan kami laku. Saat transaksi kami juga tidak menanyakan apakah visa mereka wisatawan atau bisnis,” paparnya.
Terpisah, pengusaha jenitri lainnya yakni Muhammad Sufyan Hasim (60) warga Krakal Alian mengatakan, saat ini maraknya sekali pembeli jenitri dari luar negeri yang langsung datang ke Kebumen. Hal itu selain memberi dampak positif, juga sangat berpotensi menimbulkan efek negatif.
“Salah satu negatifnya adalah tidak adanya standar harga yang pasti. Permintaan jenis jenitri tahun lalu, juga berbeda dengan permintaan tahun ini. Hal itu acap kali membuat pedagang bingung,” paparnya.
Pengusaha yang telah menggeluti jenitri sejak tahun 1999 tersebut mengatakan, dulu pengusaha jenitri selalu melakukan hubungan kemitraan dengan orang India yang telah berdomisili di Indonesia. Sehingga harga jenitri tidak mudah dipermainkan. “Saat ini selalu berubah-rubah, tahun lalu yang dicari yang seperti ini, tahun ini lain lagi. Celakanya saat kita berhasil mengumpulkan jenis yang mereka cari, terkadang mereka juga enggan untuk membeli,” ucapnya. (mam)