KLATEN-Kasus jual beli jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang melibatkan Bupati Klaten nonaktif Sri Hartini, dan Kasi SMP Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten terus bergulir. Pengacara Sri Hartini yakni Deddy Suwadi menduga ada aktor intelektual di balik operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi di rumah dinas Bupati Klaten pada 30 Desember 2016 berasal dari Disdik Klaten.
”Saya melihat seperti sudah disetting. Saat itu kan Sudirno (Sekretaris Disdik Klaten) ditelepon Bambang Teguh (Kabid SD Disdik Klaten), lantas Sudirno datang, terus tim KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) juga datang. Jadi seolah KPK sudah dikasih tahu kalau nanti akan ada begini,” ucap Deddy kepada Radar Klaten, kemarin (20/4).
dirinya mengatakan, jika Bambang-lah yang sebenarnya pro aktif mencarikan pinjaman untuk Suramlan agar bisa mendapatkan jabatan Kabid SMP. Menurutnya, aliran uang suap jabatan yang paling tahu justru Bambang. Termasuk waktu kapan diserahkan uang tersebut kepada kliennya.
Pernyataan Deddy terkait aktor intelektual itu sebagai tanggapan atas pernyataan sejumlah saksi dalam persidangan terdakwa Suramlan di Pengadila Tindak Pidana Korupsi Semarang pada Rabu (19/4) lalu. Suramlan sendiri adalah mantan Kasi SMP Disdik Klaten yang menjadi terdakwa pemberi suap dalam kasus suap pengisian jabatan di Pemkab Klaten.
Dalam pemberitaan Radar Semarang disebut jika dalam kesaksiannya Bambang justru memojokan Sri Hartini. Ia mengaku bupati meminta “uang syukuran” (istilah untuk suap pengisian jabatan) untuk promosi jabatan dalam Satuan Organisas Tata Kerja (SOTK) yang digelar pada akhir tahun 2016. Ia mengaku bahwa dirinya dipanggil menghadap bupati di rumah dinas untuk memberitahkan soal pengisian formasi SOTK di beberapa dinas di Klaten.
Bambang juga mengaku sering ditelepon Hartini untuk menagih kekurang uang syukuran tersebut dari Suramlan. Meski begitu, menurut Deddy, Hartini sebagai bupati baru yang belum genap setahun menjabat tidak memahami tradisi terkait mutasi dan promosi jabatan dengan menyetorkan sejumlah uang.
”Sebenarnya yang paham itu kan orang-orang lama (di dinas). Bu Hartini kan Cuma duduk manis, tidak kenal sama sekali dengan mereka (yang memberikan uang syukuran). Sama Suramlan saja tidak berhubungan. Ini ada aktor intelektual yang sengaja (menjebak), sampai aktif mencarikan pinjaman (untuk memenuhi uang syukuran). Paling banyak di Disdik,” ucap Deddy.
Sementara itu, Kepala Disdik Klaten Pantoro, saat dikonfirmasi melalui telepon hanya membalas via SMS, pasalnya sedang tidak ada di kantor dan mengaku sedang berada di luar kota. Dalam SMS tersebut menegaskan jika tidak ada aktor di Disdik. “Di Disdik tidak ada aktor hal tesebut,” ucapnya singkat.
Konfirmasi kepada Sudirno dan Bambang juga belum berhasil dilakukan, dikarenakan keduanya tidak berada di kantor Disdik Klaten pada Kamis (20/4) siang. Nomor teleponnya pun juga tidak aktif. (ren/nik)
”Saya melihat seperti sudah disetting. Saat itu kan Sudirno (Sekretaris Disdik Klaten) ditelepon Bambang Teguh (Kabid SD Disdik Klaten), lantas Sudirno datang, terus tim KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) juga datang. Jadi seolah KPK sudah dikasih tahu kalau nanti akan ada begini,” ucap Deddy kepada Radar Klaten, kemarin (20/4).
dirinya mengatakan, jika Bambang-lah yang sebenarnya pro aktif mencarikan pinjaman untuk Suramlan agar bisa mendapatkan jabatan Kabid SMP. Menurutnya, aliran uang suap jabatan yang paling tahu justru Bambang. Termasuk waktu kapan diserahkan uang tersebut kepada kliennya.
Pernyataan Deddy terkait aktor intelektual itu sebagai tanggapan atas pernyataan sejumlah saksi dalam persidangan terdakwa Suramlan di Pengadila Tindak Pidana Korupsi Semarang pada Rabu (19/4) lalu. Suramlan sendiri adalah mantan Kasi SMP Disdik Klaten yang menjadi terdakwa pemberi suap dalam kasus suap pengisian jabatan di Pemkab Klaten.
Dalam pemberitaan Radar Semarang disebut jika dalam kesaksiannya Bambang justru memojokan Sri Hartini. Ia mengaku bupati meminta “uang syukuran” (istilah untuk suap pengisian jabatan) untuk promosi jabatan dalam Satuan Organisas Tata Kerja (SOTK) yang digelar pada akhir tahun 2016. Ia mengaku bahwa dirinya dipanggil menghadap bupati di rumah dinas untuk memberitahkan soal pengisian formasi SOTK di beberapa dinas di Klaten.
Bambang juga mengaku sering ditelepon Hartini untuk menagih kekurang uang syukuran tersebut dari Suramlan. Meski begitu, menurut Deddy, Hartini sebagai bupati baru yang belum genap setahun menjabat tidak memahami tradisi terkait mutasi dan promosi jabatan dengan menyetorkan sejumlah uang.
”Sebenarnya yang paham itu kan orang-orang lama (di dinas). Bu Hartini kan Cuma duduk manis, tidak kenal sama sekali dengan mereka (yang memberikan uang syukuran). Sama Suramlan saja tidak berhubungan. Ini ada aktor intelektual yang sengaja (menjebak), sampai aktif mencarikan pinjaman (untuk memenuhi uang syukuran). Paling banyak di Disdik,” ucap Deddy.
Sementara itu, Kepala Disdik Klaten Pantoro, saat dikonfirmasi melalui telepon hanya membalas via SMS, pasalnya sedang tidak ada di kantor dan mengaku sedang berada di luar kota. Dalam SMS tersebut menegaskan jika tidak ada aktor di Disdik. “Di Disdik tidak ada aktor hal tesebut,” ucapnya singkat.
Konfirmasi kepada Sudirno dan Bambang juga belum berhasil dilakukan, dikarenakan keduanya tidak berada di kantor Disdik Klaten pada Kamis (20/4) siang. Nomor teleponnya pun juga tidak aktif. (ren/nik)