KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merilis data terbaru korban kerusakan akibat banjir bandang yang terjadi di Desa Bojongsari Kecamatan Alian akibat jebolnya saluran Induk Wadaslintang Barat pada Senin (17/4).
Kepala BPBD Kabupaten Kebumen, Eko Widiyanto ditemui di lokasi, Selasa (18/4/2017), mengatakan, sebanyak 15 rumah mengalami kerusakan dari skala berat hingga ringan akibat peristiwa itu. Rinciannya 3 rumah rusak total, 9 rusak sedang dan 3 rusak ringan. Warga terdampak banjir tersebut berada di RT 5 RW 3 dan RT 3 RW 3.
Tak kurang dari 400 relawan dari 18 unsur dikerahkan untuk penanganan dan pembersihan material banjir. "Kerja bakti akan dilakukan selama tiga hari terhitung Senin," kata Eko di sela-sela kerja bakti penanganan pasca banjir.
Kabar baiknya, sudah ada kejelasan dari Bupati Kebumen M Yahya Fuad soal korban banjir. Pemkab telah mengalokasikan bantuan bagi para korban. Masing-masing Rp 20 juta bagi mereka yang mengalami kerusakan rumah total, Rp 3 juta bagi yang rusak sedang dan Rp 1,5 juta bagi yang rumahnya rusak ringan.
Praktis, penanganan terhadap para korban banjir tak dijumpai kendala. Bahkan, bantuan terus mengalir. Baik dari segi jumlah relawan termasuk bantuan logistik dari berbagai unsur masyarakat, ormas serta organisasi profesi.
Yang kemudian menjadi perhatian serius justru penanganan jebolnya saluran Induk Wadaslintang Barat yang belum tertangani. Bahkan perbaikan saluran irigasi ini menjadi pertaruhan besar mengingat ada ribuan hektare tanaman yang terancam kekeringan.
Mendesaknya penanganan saluran irigasi juga diamini Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distapang) Kabupaten Kebumen, Ir Pudji Rahayu yang kemarin meninjau lokasi.
Pudji Rahayu mengatakan, perbaikan saluran Induk Wadaslintang Barat tak bisa ditunda lagi. Saat ini saja, sudah ada 5700 hektare lahan yang terdampak langsung serta ada 7600 hektare lahan lainnya bisa menyusul. "Jebolnya tanggul jelas berpengaruh terhadap tanaman dan musim tanam," kata dia.
Untuk diketahui, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak yang membawahi Waduk Wadaslintang menghentikan sementara aliran air sejak Senin sehingga banjir berhenti. Sebagai akibatnya, air waduk tidak sampai ke areal pertanian yang seluas 21.400 hektare.
"Kalau mengakibatkan puso sih tidak karena varietas yang ditanam adalah jenis yang tahan kering. Begitupun luas tanam optimis bisa sesuai target yakni 37.990 hektare pada periode April September dari total target 183.805 hektare di tahun 2017. "
"Namun bila tanggul dan saluran irigasi tak segera diperbaiki, tentu akan mengurangi produktivitas tanaman," ujarnya yang mengaku cukup terkejut melihat kerusakan tanggul irigasi yang cukup "parah" itu.
Pudji mengatakan, tanaman padi itu tak boleh kekurangan air lebih dari 1 minggu. Jadi, mau tidak mau, tanggul harus selesai diperbaiki dalam beberapa hari kedepan. "Solusi lain, kami meminta para petani dan kelompok tani menggunakan pompa air untuk mengairi tanaman," kata dia.
Pantauan koran ini, tanggul irigasi yang amblas menyisakan rekahan tanah dengan panjang tak kurang dari 30 meter, lebar 10 meter dengan ketinggian sekitar 6 meter.
Di sisi lainnya, saluran irigasi ikut amblas dengan panjang sekitar 6 meter, lebar 2 meter dan kedalaman sekitar 6 meter. Retakan memanjang di 2 titik inilah yang kemudian membuat air "ke luar jalur" dan menerjang pemukiman penduduk yang berada persis di bawah tanggul.(cah)
Kepala BPBD Kabupaten Kebumen, Eko Widiyanto ditemui di lokasi, Selasa (18/4/2017), mengatakan, sebanyak 15 rumah mengalami kerusakan dari skala berat hingga ringan akibat peristiwa itu. Rinciannya 3 rumah rusak total, 9 rusak sedang dan 3 rusak ringan. Warga terdampak banjir tersebut berada di RT 5 RW 3 dan RT 3 RW 3.
Tak kurang dari 400 relawan dari 18 unsur dikerahkan untuk penanganan dan pembersihan material banjir. "Kerja bakti akan dilakukan selama tiga hari terhitung Senin," kata Eko di sela-sela kerja bakti penanganan pasca banjir.
Kabar baiknya, sudah ada kejelasan dari Bupati Kebumen M Yahya Fuad soal korban banjir. Pemkab telah mengalokasikan bantuan bagi para korban. Masing-masing Rp 20 juta bagi mereka yang mengalami kerusakan rumah total, Rp 3 juta bagi yang rusak sedang dan Rp 1,5 juta bagi yang rumahnya rusak ringan.
Praktis, penanganan terhadap para korban banjir tak dijumpai kendala. Bahkan, bantuan terus mengalir. Baik dari segi jumlah relawan termasuk bantuan logistik dari berbagai unsur masyarakat, ormas serta organisasi profesi.
Yang kemudian menjadi perhatian serius justru penanganan jebolnya saluran Induk Wadaslintang Barat yang belum tertangani. Bahkan perbaikan saluran irigasi ini menjadi pertaruhan besar mengingat ada ribuan hektare tanaman yang terancam kekeringan.
Mendesaknya penanganan saluran irigasi juga diamini Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distapang) Kabupaten Kebumen, Ir Pudji Rahayu yang kemarin meninjau lokasi.
Pudji Rahayu mengatakan, perbaikan saluran Induk Wadaslintang Barat tak bisa ditunda lagi. Saat ini saja, sudah ada 5700 hektare lahan yang terdampak langsung serta ada 7600 hektare lahan lainnya bisa menyusul. "Jebolnya tanggul jelas berpengaruh terhadap tanaman dan musim tanam," kata dia.
Untuk diketahui, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak yang membawahi Waduk Wadaslintang menghentikan sementara aliran air sejak Senin sehingga banjir berhenti. Sebagai akibatnya, air waduk tidak sampai ke areal pertanian yang seluas 21.400 hektare.
"Kalau mengakibatkan puso sih tidak karena varietas yang ditanam adalah jenis yang tahan kering. Begitupun luas tanam optimis bisa sesuai target yakni 37.990 hektare pada periode April September dari total target 183.805 hektare di tahun 2017. "
"Namun bila tanggul dan saluran irigasi tak segera diperbaiki, tentu akan mengurangi produktivitas tanaman," ujarnya yang mengaku cukup terkejut melihat kerusakan tanggul irigasi yang cukup "parah" itu.
Pudji mengatakan, tanaman padi itu tak boleh kekurangan air lebih dari 1 minggu. Jadi, mau tidak mau, tanggul harus selesai diperbaiki dalam beberapa hari kedepan. "Solusi lain, kami meminta para petani dan kelompok tani menggunakan pompa air untuk mengairi tanaman," kata dia.
Pantauan koran ini, tanggul irigasi yang amblas menyisakan rekahan tanah dengan panjang tak kurang dari 30 meter, lebar 10 meter dengan ketinggian sekitar 6 meter.
Di sisi lainnya, saluran irigasi ikut amblas dengan panjang sekitar 6 meter, lebar 2 meter dan kedalaman sekitar 6 meter. Retakan memanjang di 2 titik inilah yang kemudian membuat air "ke luar jalur" dan menerjang pemukiman penduduk yang berada persis di bawah tanggul.(cah)