JAKARTA – Bukan hanya ikan yang diincar oleh negara asing dari laut Indonesia. Namun, harta karun dari kapal-kapal karam juga dilirik oleh oknum-oknum nakal. Kemarin (21/4), pemerintah baru saja melaporkan kasus mengenai kapal yang berhasil kabur setelah mencuri benda muatan kapal tenggelam (BMKT) di wilayah perairan Anambas.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjelaskan, insiden tersebut ditemukan saat nelayan melaporkan aktivitas kapal mencurigakan pada pagi Kamis lalu (21/4). Aktifitas tersebut ditanggapi oleh pihak Angkatan Laut (AL) dengan mengirimkan kapal patroli kecil berawak empat tentara. Setelah beberapa kali pencarian di sekitar pos angkatan laut Jemaja, pihaknya berhasil menemukan lokasi dari aktifitas kapal mencurigakan 45 mil dari Pos AL Jemaja.
’’Jadi, personel menemukan ada kapal Grab Dredger Hoper dengan berat sekitar 8 ribu GT (gross tonage) sekitar pukul 18.30. Saat itu, ada 20 ABK (anak buah kapal) yang berhasil dikumpulkan,’’ jelasnya saat konferensi pers di rumah dinasnya, Jakarta, kemarin (21/4). 20 ABK tersebut terdiri dari 16 warga Tiongkok, tiga warga India, dan satu warga Malaysia.
Setelah mengumpulkan ABK, tiga tentara memutuskan untuk membawa mereka ke darat untuk ditanyai. Sedangkan, satu orang berjaga di kapal nelayan sambil menunggu bantuan kapal perang. Kapal perang itu rencananya bakal menarik kapal pengeruk BMKT ke pos AL terdekat.
Namun, saat kapal bantuan tiba pukul 23.30 waktu setempat, kapal pengeruk justru menghilang. Dugaan sementara, nahkoda bersembunyi saat personel melakukan inspeksi dan melakukan penangkapan. Sehingga, saat matahari terbenam, kapal bisa melarikan diri karena jarak ke laut internasional hanya sekitar 5 menit saja.
’’Saat melakukan penangkapan, ABK disana mengaku bahwa kapten sedang ada di darat. Jadi, kami merasa bahwa sudah aman sehingga kapal dibiarkan dijangkar sambil diawasi,’’ imbuh Wakil Kepala Staff AL (Wakasal) Laksda TNI Achmad Taufiq .
Kelengahan dari pihak penangkap, diakui karena personel yang menangani saat awal terlalu sedikit. Menurutnya, satu personel yang ditinggal justru bakal lebih rentan jika berjaga di atas kapal pengeruk. Karena itu, dia memilih untuk mengawasi di area sekitar.
Terkait penanggulangan, Direktur Jenderal Pengawasn Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Eko Djalmo mengatakan, pihaknya segera mengirimkan notice ke Interpol untuk membantu pengejaran terhadap kapal. Pasalnya, laporan sementara dari pihak penangkap, ada sekitar seribu ton benda metal yang sudah berada di atas kapal.
Memang, pihaknya belum mengidentifikasi apa sebenarnya yang diangkat oleh kapal tersebut. Namun, dia mencatat ada dua titik BMKT yang dekat dengan lokasi kapal. Pertama, ada lokasi kapal Seven Skies, bangkai kapal kelas supertanker sepanjang 262 meter. Kapal asal Swedia yang tenggelam 1969 itu juga dikabarkan sempat dijarah pada 2015 lalu.
Yang kedua adalah titik BMKT Kapal Igara asal Jepang. Kapal yang tenggelam pada 1873 itu memuat 127 ribu ton biji besi asal Brasil. Saat tenggelam, nilai kapal beserta muatan tersebut mencapai USD 25 juta.
Bahkan, pada 2005, perusahaan pengangkutan bangkai kapal ICRL (International Cargo Recoveries Limited) sempat mengambil 60 ribu ton biji besi dan memperoleh pendapatan USD 2,5 juta. Sehingga, saat ini masih ada sekitar 60 ribu biji besi yang tersisa di sana.
’’Saat ini, 20 ABK sudah kami tahan yakni 5 di Tarempa dan 15 di Jemaja. Dan kami juga akan segera mengirimkan red notice agar Interpol bisa turun tangan,’’ tegasnya. (bil)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjelaskan, insiden tersebut ditemukan saat nelayan melaporkan aktivitas kapal mencurigakan pada pagi Kamis lalu (21/4). Aktifitas tersebut ditanggapi oleh pihak Angkatan Laut (AL) dengan mengirimkan kapal patroli kecil berawak empat tentara. Setelah beberapa kali pencarian di sekitar pos angkatan laut Jemaja, pihaknya berhasil menemukan lokasi dari aktifitas kapal mencurigakan 45 mil dari Pos AL Jemaja.
’’Jadi, personel menemukan ada kapal Grab Dredger Hoper dengan berat sekitar 8 ribu GT (gross tonage) sekitar pukul 18.30. Saat itu, ada 20 ABK (anak buah kapal) yang berhasil dikumpulkan,’’ jelasnya saat konferensi pers di rumah dinasnya, Jakarta, kemarin (21/4). 20 ABK tersebut terdiri dari 16 warga Tiongkok, tiga warga India, dan satu warga Malaysia.
Setelah mengumpulkan ABK, tiga tentara memutuskan untuk membawa mereka ke darat untuk ditanyai. Sedangkan, satu orang berjaga di kapal nelayan sambil menunggu bantuan kapal perang. Kapal perang itu rencananya bakal menarik kapal pengeruk BMKT ke pos AL terdekat.
Namun, saat kapal bantuan tiba pukul 23.30 waktu setempat, kapal pengeruk justru menghilang. Dugaan sementara, nahkoda bersembunyi saat personel melakukan inspeksi dan melakukan penangkapan. Sehingga, saat matahari terbenam, kapal bisa melarikan diri karena jarak ke laut internasional hanya sekitar 5 menit saja.
’’Saat melakukan penangkapan, ABK disana mengaku bahwa kapten sedang ada di darat. Jadi, kami merasa bahwa sudah aman sehingga kapal dibiarkan dijangkar sambil diawasi,’’ imbuh Wakil Kepala Staff AL (Wakasal) Laksda TNI Achmad Taufiq .
Kelengahan dari pihak penangkap, diakui karena personel yang menangani saat awal terlalu sedikit. Menurutnya, satu personel yang ditinggal justru bakal lebih rentan jika berjaga di atas kapal pengeruk. Karena itu, dia memilih untuk mengawasi di area sekitar.
Terkait penanggulangan, Direktur Jenderal Pengawasn Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Eko Djalmo mengatakan, pihaknya segera mengirimkan notice ke Interpol untuk membantu pengejaran terhadap kapal. Pasalnya, laporan sementara dari pihak penangkap, ada sekitar seribu ton benda metal yang sudah berada di atas kapal.
Memang, pihaknya belum mengidentifikasi apa sebenarnya yang diangkat oleh kapal tersebut. Namun, dia mencatat ada dua titik BMKT yang dekat dengan lokasi kapal. Pertama, ada lokasi kapal Seven Skies, bangkai kapal kelas supertanker sepanjang 262 meter. Kapal asal Swedia yang tenggelam 1969 itu juga dikabarkan sempat dijarah pada 2015 lalu.
Yang kedua adalah titik BMKT Kapal Igara asal Jepang. Kapal yang tenggelam pada 1873 itu memuat 127 ribu ton biji besi asal Brasil. Saat tenggelam, nilai kapal beserta muatan tersebut mencapai USD 25 juta.
Bahkan, pada 2005, perusahaan pengangkutan bangkai kapal ICRL (International Cargo Recoveries Limited) sempat mengambil 60 ribu ton biji besi dan memperoleh pendapatan USD 2,5 juta. Sehingga, saat ini masih ada sekitar 60 ribu biji besi yang tersisa di sana.
’’Saat ini, 20 ABK sudah kami tahan yakni 5 di Tarempa dan 15 di Jemaja. Dan kami juga akan segera mengirimkan red notice agar Interpol bisa turun tangan,’’ tegasnya. (bil)