KHOLID HAZMI/RADAR KUDUS |
Meski dihadiri tokoh-tokoh nasional, suasana tasyakuran tetap bisa berlangsung gayeng. Tamu-tamu mulai berdatangan ke kediaman Gus Mus di Jalan KH Bisri Musthofa, Nomor 4, Kelurahan Leteh, Rembang sejak Jumat (15/4) malam.
Penjagaan dari Polres Rembang dan Banser juga telah dimulai sehari sebelum tasyakuran tersebut. Termasuk dekorasi panggung untuk kedua mempelai yakni Bisri Musthofa dan Keinesasih Hapsari Puteri.
Salah satu menantu Gus Mus, Rizal Wijaya menjelaskan, ada 1.500 undangan yang disebar. Dia menyatakan, kemungkinan ada tamu yang tidak bisa datang pada saat tasyakuran. Sehingga, mereka memilih datang sehari sebelum tasyakuran digelar. ”Mungkin yang tidak bisa datang besok (kemarin, Red), datang Jumat malam,” ungkapnya.
Kesibukan makin tampak di kediaman Gus Mus pada Sabtu (15/4) pagi. Kursi-kursi untuk tamu tertata rapi. Kursi untuk tamu laki-laki dan perempuan dibedakan. Karena saking banyaknya, panitia menyediakan layar televisi agar tamu yang duduk jauh dari panggung dapat menyaksikan rangkaian kegiatan.
Hanya kendaraan tamu-tamu penting yang bisa masuk ke gang menuju kediaman Gus Mus. Penjagaan ketat dilakukan oleh pihak kepolisian. Gus Mus sendiri tampak bersiap menyambut langsung tamu-tamu yang turun dari mobil.
Tamu-tamu terus berdatangan sejak sekitar pukul 09.30 hingga pukul 11.00. Budayawan Sujiwo Tedjo menjadi salah satu tokoh yang hadir lebih awal sekitar pukul 10.15. Dia memakai blazer dan topi koboi yang merupakan gaya khasnya.
Beberapa saat kemudian, Gus Mus bergegas menghampiri mobil yang membawa KH Maimoen Zubair. Sebagai tuan rumah, Gus Mus langsung menggandeng Mbah Moen menuju kediamannya.
Hal serupa terjadi saat seniman Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun datang beberapa saat usai kedatangan Mbah Moen.
Tokoh selanjutnya yang datang adalah Quraish Shihab bersama putrinya, Najwa Shihab. Kedatangan dua tokoh ini ikut disambut menantu Gus Mus, Wahyu Salvana dan dikawal anggota Banser.
Sebelum acara dimulai, keluarga besar Gus Mus menyempatkan foto bersama kedua mempelai. Gus Mus mengenakan blazer abu-abu selaras dengan warna kostum yang dikenakan kedua mempelai. Sedangkan anggota keluarga lainnya kompak memakai kemeja batik tulis Lasem warna ungu.
Dipercaya untuk memberi nasihat bagi kedua mempelai, Cak Nun merasa hal itu merupakan tugas berat. Namun, dengan rasa takzim kepada Gus Mus, budayawan asal Jogjakarta ini pun melaksanakan amanah tersebut.
Di hadapan kedua mempelai, Cak Nun menjelaskan filsafat Jawa molimo yang harus dilakukan. Lima hal yang dimaksud adalah melumah, mengkurep, modot, mlebu, metu.
Melumah diartikan sebagai orang yang selalu ridho. Mengkurep dimaksudkan agar menjadi orang yang selalu memberi, menyantuni, dan mengayomi. Sedangkan, modot diibaratkan sebagai kekuatan manusia untuk mengadapi tantangan hidup.
”Mlebu-metu itu seperti hidup yang memasukkan agar keluar. Contohnya, kancing baju kita masukkan, tapi ujungnya keluar,” ungkapnya.
Setelah sekitar 30 menit memberi nasihat kepada kedua mempelai, tamu undangan dipersilakan menikmati makan siang. Pukul 11.50, Mbah Moen memberikan nasihat ke kedua mempelai yang melangsungkan akad nikah pada 17 Desember 2016 ini.
Pengasuh Ponpes Al-Anwar Sarang ini mengungkapkan, niat untuk menikah di akhirat harus diutamakan. Setelah itu baru tujuan nikah untuk hal duniawi. Sebab, manusia paling tidak enak di surga ketika tidak punya istri dari dunia. ”Saya ingin nikah ini, nikah yang maksudnya nomor satu akhirat, yang kedua dunia,” ungkapnya.
Meskipun dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional, suasana tasyakuran pernikahan itu tak berlangsung formal. Bahkan, Cak Nun dan Mbah Moen yang dipercaya memberi nasihat sesekali membuat gelak tawa kedua mempelai dan tamu undangan.
Usai memberikan nasihat, Mbah Moen selanjutnya memimpin doa yang sekaligus menutup tasyakuran tersebut. Doa juga dikumandangkan oleh Quraish Shihab dan KH Anwar Manshur dari Lirboyo, Kediri.
Sekitar pukul 13.00, para tamu dan beberapa tokoh mulai meninggalkan kediaman Gus Mus. Di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Quraish Shihab dan putrinya Najwa Shihab. Sedangkan seniman dan budayawan seperti Cak Nun serta Sujiwo Tejo masih berada di Rembang, Sebab, malam harinya mereka turut berpartisipasi dalam acara lek-lekan sekaligus peluncuran buku Sajak-Sajak Cinta Gandrung edisi spesial. (lid/noe/aji)