KHOLID HAZMI/RADAR KUDUS |
--------------------
KHOLID HAZMI, Kota
-------------------
Malam lek-lekan menjadi yang ditunggu usai tasyakuran pernikahan Bisri Musthofa dan Keinenasih Hapsari Putri. Puluhan seniman dan budayawan tampil menghibur tamu undangan. Mereka membawakan sajak-sajak cinta karya KH Musthofa Bisri dengan gaya masing-masing.
Suasana kediaman Gus Mus Sabtu (15/4) malam benar-benar gayeng. Tak kalah gayeng dengan tasyakuran pernikahan di pagi harinya. Semua membaur menjadi satu. Tak ada sekat antara tempat duduk seniman dan budayawan dengan tamu yang hadir.
Tokoh seperti Candra Malik, Kirun hingga Sujiwo Tejo duduk lesehan. Membaur jadi satu dengan para tamu. Di teras kediaman Gus Mus, nampak Quraish Shihab duduk di atas kursi sembari melihat satu per satu seniman dan budayawan yang tampil.
Sosok yang ditunggu oleh para tamu akhirnya dipanggil oleh pembawa acara. Dia adalah Najwa Shihab. Nana sapaan akrabnya malam itu tampil cantik dengan balutan gaun berwarna biru cerah dan jilbab coklat muda.
Tak perlu menunggu lama, dia kemudian naik ke atas panggung. Sorak-sorai dan tepuk tangan tamu mengirinya. Tak mau sendirian di atas panggung, Najwa kemudian mengajak Quraish Shihab dan Gus Mus utuk ikut naik ke panggung.
Di atas panggung, Najwa seolah menjadi presenter dadakan dalam lek-lekan malam itu. Sambil tersenyum dan menatap wajah Qurasih Shihab, dia kemudian bertanya kepada Quraish Shihab tentang arti cinta. ”Abiku, apa itu cinta ?” katanya.
Kemudian Qurasih Shihab menjawab bahwa cinta itu mudah diucapkan, tapi juga harus diperjuangkan. Jawaban itu kemudian disambut keriuhan dan tepuk tangan para tamu. Mantan Menteri Agama RI di tahun 1998 ini kembali menyampaikan definisi cinta.
Menurutnya cinta itu dialog antara dia dan aku. Sehingga, pemaksaan kehendak terhadap orang yang dianggap dicintainya itu bukan cinta. Tidak benar juga kalau berkata saya jatuh cinta. Sebab, jatuh tidak disengaja bahkan tak diinginkan.
”Saya merasa saya dengan Gus Mus ini menyatu. Walaupun dia seniman saya bukan seniman,” ungkapnya sembari tersenyum dan memegang paha Gus Mus yang duduk di sebelahnya.
Tepuk tangan dari ratusan tamu yang hadir sejak sekitar pukul 19.00 itu kembali bersemarak mengiringi ungkapan dari Quraish Shihab itu. Kemudian, Najwa kembali bertanya kepada abinya. ”Satu lagi abi. Kawin, apa itu kawin,” tanya Najwa.
Qurasih Shihab sempat tertawa saat putrinya menanyakan hal itu kepadanya. Penulis Tafsir Al-Mishbah ini menjelaskan semua mahluk itu kawin. Dia mencontohkannya dengan listrik yang positif dan negatif. ”Tidak ada terang tanpa ada keduanya,” jelasnya.
Dia menambahkan bahwa kawin itu berpasangan, antara satu pria dengan satu perempuan. Tidak bisa kalau dua-duanya perempuan, atau sebaliknya. Kawin itu, laki-laki dan perempuan membina rumah tangga yang sama. Keriuhan dan tepuk tangan tamu kembali bergemuruh menyambut jawaban Qurasih Shihab.
Najwa kemudian berpindah tempat dan berdiri di samping Gus Mus. Dia kemudian meminta Gus Mus membacakan salah satu sajak favoritnya. Sambil bercanda, Gus Mus berbicara kepada Najwa. Dia berfikir setelah abinya ditanya, pertanyaan itu juga ditujukan kepadanya. ”Saya fikir setelah abinya ditanya, saya ditanya yang sama. Padahal sudah dipersiapkan jawaban tentang cinta dan kawin,” ungkapnya sembari tersenyum.
Gus Mus kemudian memberi jawaban tentang apa itu cinta. Menurutnya, orang yang cinta dan saling mencintai di akhirat nanti akan dipayungi ketika orang-orang tak dipayungi. Asalkan, cinta itu karena Allah. ”Cinta karena Allah itu tidak memandang kulitnya hitam putih atau agamanya apa,” ungkapnya.
Saat hendak membaca sajak, Najwa menyela karena pertanyaan tentang kawin belum dijawab. Gus Mus kemudian menjawab pertanyaan itu dengan sederhana sembari bercanda. ”Kawin itu lihat-lihat bahasanya. Kalau di sini, kawin itu ayam dipegangi lalu ada modin yang menyembelih dan memgangi., Itu, namanya ngawinkan ayam,” jawabnya.
Jawaban itu kemudian memancing gelak tawa para tamu, Najwa sendiri dan Quraish Shihab. Tak menungu lama, Gus Mus kemudian membacakan salah satu sajak favoritnya berjudul Sidik Jari.
Sajak itu menceritakan kebersamaan Gus Mus bersama almarhumah istrinya Siti Fatma, yang selama 45 tahun hampir tak pernah terpisah. Suasana acara yang sebelumnya semarak, kemudian berubah menjadi hening saat Gus Mus membacakan sajak sembari terbata-bata.
Sebelum membacakan sajak karya Gus Mus, Najwa sempat mengingat momen saat Gus Mus diundang di acara yang dipandunya. Dia sempat bertanya ke almarhumah Siti Fatma apakah Gus Mus sosok yang romantis atau tidak.
”Kata mas Ofa (putra bungsu Gus Mus, tidak pernah bilang I Love You. Ibu ya suka kepedean karena sajak-sajak cinta ini semua terinspirasi cintanya ke ibu,” kenangnya.
Suasana hening masih terasa ketika Najwa membacakan satu karya Gus Mus berjudul Sajak Cinta. Pandangan tamu tertuju pada Najwa yang mebacakan sajak itu dengan gaya khasnya. Mereka baru memberikan tepuk tangan begitu sajak itu selesai dibacakan dan Najwa yang seolah menjadi presenter berpamitan sembari mengucapkan terimakasih. (*)