KENDAL — Para pelaku teror yang melakukan penyerangan pos polisi di Tuban, Jawa Timur yang dari Semarang dan Batang, diduga bermarkas di Kendal. Hal tersebut terungkap dari penggeledahan yang dilakukan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror bersama-sama tim Gegana Brimob Jateng.
Penggeladahan dilakukan di dua tempat. Yakni, di rumah Irsyad alias Syeh, 40, terduga teroris warga Dukuh Balong, Desa Randusari RT 03/02, Kecamatan Rowosari yang diamankan oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Senin (10/4) lalu.
Sedangkan satu lagi di Kecamatan Weleri, Tim Densus 88 dan Tim Gegana menggunakan Barakuda, juga menggeledah sebuah rumah kos-kosan di Dukuh Krajan, Desa Montongsari RT 02/RW 02.
Penggeledahan pertama dilakukan di rumah Irsyad memakan waktu lebih dari dua jam, mulai pukul 10.00-12.00. Penggeledahan memakan waktu lama, mengingat rumah Irsyad cukup besar dan luas. Dari hasil penggeledahan, tim densus mengamankan dua boks barang bukti.
Kemudian, penggeladahan dilanjutkan ke sebuah rumah kos-kosan milik Suripno di Dukuh Krajan, Desa Montongsari RT 02/RW 02. Rumah tersebut diduga dijadikan tempat untuk koordinasi para teroris yang tergabung dalam Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sebelum berangkat ke Tuban.
Dugaan itu muncul dari pernyataan warga sekitar yang menerangkan jika rumah indekos tersebut kerap kedatangan tamu beberapa orang tidak dikenal yang singgah. Bahkan, terkesan tertutup dan jarang keluar rumah, apalagi bersosialisasi dengan warga sekitar.
Mujilah, 40, warga sekitar mengatakan bahwa ada dua orang yang setiap harinya menempati rumah tersebut. Namun ia sendiri tidak mengenal namanya secara benar, keduanya jarang berkomunikasi dengan warga. ”Hanya saja, setiap hari keduanya membeli sarapan di warung saya. Itu pun tidak bicara dan seringnya beli nasi bungkusan dan di makan di rumah. Setelah beli sarapan, masuk ke rumah dan tidak pernah keluar,” tuturnya.
Dijelaskan juga bahwa dua orang tersebut menempati rumah sekitar dua pekan ini. Yakni sejak 28 Maret 2017 lalu. ”Oleh pemilik rumah, tidak mau dikontrakkan, sebab tadinya ditempati oleh anak-anaknya. Namun karena anaknya pindah dan tidak ada yang merawat rumah, akhirnya dikontrakkan,” paparnya.
Keanehan muncul saat awal ada yang datang ingin mengontrak. Yakni, yang datang kali pertama adalah dua orang dengan tubuh tinggi besar dengan ciri fisik berjenggot, kening hitam dan celana cingkrang. ”Saat saya tanya, keduanya bilang kalau mau mengontrak rumah tersebut,” jelasnya.
Namun selang beberapa hari, datang dua orang yang masih muda datang dan menempati rumah tersebut. Usianya kisaran 19-24 tahun dan tampilan fisik sama seperti orang pada umumnya.
”Terus saya tanya, katanya yang ngontrak kemarin dua orang yang tinggi besar, kok sekarang anak-anak muda. Keduanya menjawab, jika teman dari dua orang sebelumnya yang dimintai tolong untuk mencarikan rumah kontrakan,” tambahnya.
Mujilah juga menanyai nama dan asal tempat tinggal. Dari pengakuan keduanya mengaku jika salah satu dari mereka adalah warga Semarang dan satu lainnya warga Tersono, Batang. ”Kalau yang saya tahu mengaku dari Tersono. Di sini baru 12 hari menyewa rumah ini. Orangnya juga jarang pulang. Mengakunya kerja sebagai tukang reparasi laptop handphone,” kata Suripno, pemilik kos.
Namun Suripno mengatakan jika sesekali ada tamu yang keluar masuk rumah kosnya. Tapi ia tidak mengira jika rumahya dijadikan tempat tinggal dan koordinasi para pelaku teroris. ”Soalnya datang ke saya itu baik-baik dan saya lihat juga sopan, jadi saya izinkan,” akunya.
Sementara itu Kapolres Kendal AKBP Firman Darmasyah mengatakan rumah kos tersebut diduga pernah ditinggali terduga teroris Yudistira dan Endar Prasetyo. ”Untuk barang yang diamankan dari dalam rumah kos, masih menunggu perkembangan dan penyelidikan Densus 88 Mabes Polri,” katanya.
Penggeledahan rumah kos di Desa Montongsari Weleri maupun Randusari Kecamatan Rowosari mendapat perhatian warga sekitar. Arus lalu lintas di Pantura Weleri sempat tersendat karena banyaknya warga yang melihat proses penggeledahan. (bud/ida/ce1)
Penggeladahan dilakukan di dua tempat. Yakni, di rumah Irsyad alias Syeh, 40, terduga teroris warga Dukuh Balong, Desa Randusari RT 03/02, Kecamatan Rowosari yang diamankan oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Senin (10/4) lalu.
Sedangkan satu lagi di Kecamatan Weleri, Tim Densus 88 dan Tim Gegana menggunakan Barakuda, juga menggeledah sebuah rumah kos-kosan di Dukuh Krajan, Desa Montongsari RT 02/RW 02.
Penggeledahan pertama dilakukan di rumah Irsyad memakan waktu lebih dari dua jam, mulai pukul 10.00-12.00. Penggeledahan memakan waktu lama, mengingat rumah Irsyad cukup besar dan luas. Dari hasil penggeledahan, tim densus mengamankan dua boks barang bukti.
Kemudian, penggeladahan dilanjutkan ke sebuah rumah kos-kosan milik Suripno di Dukuh Krajan, Desa Montongsari RT 02/RW 02. Rumah tersebut diduga dijadikan tempat untuk koordinasi para teroris yang tergabung dalam Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sebelum berangkat ke Tuban.
Dugaan itu muncul dari pernyataan warga sekitar yang menerangkan jika rumah indekos tersebut kerap kedatangan tamu beberapa orang tidak dikenal yang singgah. Bahkan, terkesan tertutup dan jarang keluar rumah, apalagi bersosialisasi dengan warga sekitar.
Mujilah, 40, warga sekitar mengatakan bahwa ada dua orang yang setiap harinya menempati rumah tersebut. Namun ia sendiri tidak mengenal namanya secara benar, keduanya jarang berkomunikasi dengan warga. ”Hanya saja, setiap hari keduanya membeli sarapan di warung saya. Itu pun tidak bicara dan seringnya beli nasi bungkusan dan di makan di rumah. Setelah beli sarapan, masuk ke rumah dan tidak pernah keluar,” tuturnya.
Dijelaskan juga bahwa dua orang tersebut menempati rumah sekitar dua pekan ini. Yakni sejak 28 Maret 2017 lalu. ”Oleh pemilik rumah, tidak mau dikontrakkan, sebab tadinya ditempati oleh anak-anaknya. Namun karena anaknya pindah dan tidak ada yang merawat rumah, akhirnya dikontrakkan,” paparnya.
Keanehan muncul saat awal ada yang datang ingin mengontrak. Yakni, yang datang kali pertama adalah dua orang dengan tubuh tinggi besar dengan ciri fisik berjenggot, kening hitam dan celana cingkrang. ”Saat saya tanya, keduanya bilang kalau mau mengontrak rumah tersebut,” jelasnya.
Namun selang beberapa hari, datang dua orang yang masih muda datang dan menempati rumah tersebut. Usianya kisaran 19-24 tahun dan tampilan fisik sama seperti orang pada umumnya.
”Terus saya tanya, katanya yang ngontrak kemarin dua orang yang tinggi besar, kok sekarang anak-anak muda. Keduanya menjawab, jika teman dari dua orang sebelumnya yang dimintai tolong untuk mencarikan rumah kontrakan,” tambahnya.
Mujilah juga menanyai nama dan asal tempat tinggal. Dari pengakuan keduanya mengaku jika salah satu dari mereka adalah warga Semarang dan satu lainnya warga Tersono, Batang. ”Kalau yang saya tahu mengaku dari Tersono. Di sini baru 12 hari menyewa rumah ini. Orangnya juga jarang pulang. Mengakunya kerja sebagai tukang reparasi laptop handphone,” kata Suripno, pemilik kos.
Namun Suripno mengatakan jika sesekali ada tamu yang keluar masuk rumah kosnya. Tapi ia tidak mengira jika rumahya dijadikan tempat tinggal dan koordinasi para pelaku teroris. ”Soalnya datang ke saya itu baik-baik dan saya lihat juga sopan, jadi saya izinkan,” akunya.
Sementara itu Kapolres Kendal AKBP Firman Darmasyah mengatakan rumah kos tersebut diduga pernah ditinggali terduga teroris Yudistira dan Endar Prasetyo. ”Untuk barang yang diamankan dari dalam rumah kos, masih menunggu perkembangan dan penyelidikan Densus 88 Mabes Polri,” katanya.
Penggeledahan rumah kos di Desa Montongsari Weleri maupun Randusari Kecamatan Rowosari mendapat perhatian warga sekitar. Arus lalu lintas di Pantura Weleri sempat tersendat karena banyaknya warga yang melihat proses penggeledahan. (bud/ida/ce1)