imamhusein/jawapos |
Keduanya menyambut puncak pertempuran dengan suka cita. Anies Baswedan mengawali hari kemarin dengan solat subuh berjamaah di Masjid Baitunnur, Cilandak. Dia mengenakan baju koko putih dan kopiah hitam. Setelah salat dia menyuarakan pesan damai pada para jemaah. ”Kita luruskan niat. Semoga apa yang kita upayakan menghantarkan Jakarta pada kedamaian dan ridho Allah,” ucapnya.
Anies juga menyempatkan diri berziarah ke makam yang ada di halaman belakang masjid. Setelah itu dia kembali ke rumahnya di Jalan Lebak Bulus II Dalam No. 42, Lebak Bulus. Dia meminta doa restu seluruh anggota keluarganya. Anies bisa tidur nyenyak. Dia sangat senang mengingat banyak kerabat dan pendukung yang bermalam di rumahnya. ”Langsung tidur pas udah di kasur,” kata dia.
Wakil Anies, Sandiaga Uno juga menunjukkan semangat yang tak kalah menggelora sejak sehari lalu. Sandi mendatangi TPS 1, Selong, Kebayoran Baru sekitar pukul 08.44, didampingi orang tua, istri, dan putrinya. Sandi sempat berpesan soal keamanan. ”Saya berterima kasih pada aparat yang sudah menjaga keamanan dengan baik,” kata politikus yang berlatar belakang pengusaha itu.
Lawan Anies – Sandi, pasangan Basuki T. Purnama – Djarot Saiful Hidajat sebenarnya juga menunjukkan kepercayaan diri. Tetapi tidak setegas kepercayaan diri Anies – Sandi. Ahok –sapaan Basuki- tampil tanpa kemeja kotak-kotak ketika mennyalurkan hak di TPS 54 Pluit. Ahok ditemani istrinya Veronica Tan dan putranya. Ahok juga sempat bicara soal keamanan. ”TNI/Polri sudah jamin keamanan. Enggak usah takut,” ucap dia.
Djarot tidak menunjukkan aktivitas khusus sebelum nyoblos. Dia menyatakan hanya sempat berkeliling setelah salat subuh untuk memastikan keamanan. Dia menggunakan hak pilih di TPS 8 Kuningan Timur, Jakarta Selatan. Menggandeng sang istri, Happy Farida, Djarot tiba sekitar pukul 08.30. "Kami sekeluarga yang punya hak pilih menggunakan hak suara kami dengan baik di sini,” kata dia kepada wartawan dengan mimik optimistis dan tenang.
Djarot senang dapat menggunakan hak di TPS yang berada di tengah pemukiman warga. Dengan begitu, dia bisa lebih dekat dengan masyarakat. Soal menang dan kalah, dia memberi keterangan normatif. ”Menang dan kalah itu diukur dari hasil perolehan suara secara keseluruhan," ucap dia.
Jika dibandingkan dengan perolehan pada putaran pertama, suara Ahok – Djarot stabil bahkan condong menurun. Sedangkan suara Anies – Sandi bertambah. Tambahannya kurang lebih 19 persen. Tidak salah jika banyak yang memperkirakan semua tambahan itu berasal dari pasangan Agus Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni yang tumbang di putaran pertama dengan perolehan suara 17, 05 persen.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun dalam rilis yang diterima Jawa Pos menyimpulkan Anies – Sandi dapat limpahan suara Agus – Sylvi. Pihaknya memastikan Anies – Sandi menang engan perolehan suara sekitar 57, 88 persen. ”Sudah 90 persen data. Tidak akan ada perubahan signifikan,” ucap dia. ”Pemilih Agus – Sylvi sebagian besar ke Anies –Sandi,” lanjutnya.
Dia menyatakan jarak suara di atas 10 persen. ”Persentase perolehan suara Ahok – Djarot sama dengan di putaran pertama,” jelas dia. Dia juga melihat kemenangan Anies – Sandi merupakan efek kejut dari kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Ahok. Masalah yang berawal dari tafsir-menafsir Al-Maidah ayat 51 memang terus di permukaan sampai dengan jelang coblosan pilgub DKI.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mencatat ada setidaknya lima penyebab kekalahan incumbent. ”Pertama kesamaan profil pemilih,” ucap dia. Banyak pendukung dan partai pengusung Agus – Sylvi yang menurutnya mengalihkan pilihan ke Anies – Sandi. Penyebab selanjutnya adalah kebijakan yang tidak pro rakyat. Dia mencontohkan penggusuran dan proyek reklamasi Teluk Jakarta yang sarat masalah. Lalu ada sentiment anti-Ahok. ”Karena isu agama dan primordial. Ahok dianggap tak pas karena bukan pemeluk agama mayoritas warga DKI,” katanya.
Penyebab keempat adalah sikap kasar dan arogan yang melekat di diri Ahok. Karena terkenal kasar dan arogan, Ahok dianggap bukan tipe pemimpin yang dibutuhkan ibu kota. Penyebab terakhir adalah alternatif pilihan yang mendapat tempat di hati mayoritas warga karena berbagai sebab. Bukan hanya Anies – Sandi, Agus – Sylvi juga dianggap alternatif yang menarik perhatian banyak warga DKI.
Anies – Sandi Janji Lanjutkan Program Pro Rakyat
` Lantas apa saja yang akan dilakukan Anies – Sandi ketika jadi pemimpin DKI? Ketua Tim Relawan Anies – Sandi, Boy Bernadi Sadikin menyatakan, ada visi dan misi yang sangat baik. Program unggulan pasangan itu di antaranya Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, Kartu Jakarta Sehat (KJS) Plus, pelatihan kewirausahaan melalui OKE OC, sistem transportasi OKE O-Trip, jaminan tempat tinggl melalui Rumah DP 0 Rupiah, dan dokter keliling. ”Pesan saya buat Pak Anies – Sandi, jangan lupa janji-janjinya,” ucap Boy ketika diwawancarai di Rumah Perubahan Ali Sadikin kemarin.
Sementara itu, ada berbagai program kerja peninggalan Ahok – Djarot. Dalam berbagai kesempatan Anies – Sandi menyampaikan akan melanjutkan semua program yang tidak bertentangan dengan kehendak rakyat. Misalnya KJP dan KJS.
Meski belum ada keputusan resmi KPU, Ahok-Djarot sudah mengakui kekalahan sore kemarin. Keduanya bahkan menggelar konfrensi pers dan mengucapkan selama kepada Anies-Sandi. Dengan kekalahan itu, Ahok-Djarot meninggalkan banyak proyek bombastis yang belum sepenuhnya rampung. Di antaranya, ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Memang, program RPTRA itu baru ada sejak kepemimpinan Ahok. Hingga saat ini, DKI sudah memiliki 186 RPTRA yang tersebar di beberapa wilayah ibu kota.
Pembangunan RPTRA tidak semuanya menggunakan APBD DKI. RPTRA Kalijodo misalnya. Pembangunan RPTRA yang kini menjadi tempat wisata dibangunkan oleh pengembang Sinarmas Land. Banyak warga yang menyambut baik adanya RPTRA tersebut. Makanya, Ahok merencanakan pembangunan RPTRA yang mirip Kalijodo di TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Sebelum pemilihan, Ahok bahkan menyempatkan diri meninjau lokasinya.
Kemudian Jakarta Creative Hub. Lagi-lagi, programnya mengandalkan dana pengembang. Program ini belum sepenuhnya berjalan, dan tidak ada yang tahu kelanjutannya. Selain menyiapkan berbagai fasilitas, Ahok juga meningkatkan kesejahteraan warga Jakarta dengan cara perekrutan pasukan. Tak tanggung, jumlahnya mencapai ribuan.
Ada pasukan oranye atau PPSU, pasukan merah untuk bedah rumah, pasukan ungu untuk menjangkau penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), pasukan putih untuk petugas kesehatan, dan pasukan biru untuk membersihkan saluran air.
Kebijakan Ahok itu juga tidak hanya berlaku bagi petugas non PNS. Sejak dipimpin Ahok, PNS DKI paling rendah bahkan mengantongi penghasilan Rp 13 juta per bulannya dengan adanya tunjangan kinerja daerah (TKD).
Kemudian Ahok memperbaiki sistem transportasi Jakarta. Mulai dari memperbanyak unit busway, menyiapkan bus gratis dan bus tingkat. Sistemnya juga jauh lebih mudah dengan e-ticketing. Namun, ada program yang belum berhasil dijalankannya. Yakni, kapal Transjakarta untuk melayani warga ke Kepulauan Seribu dan kereta Transjakarta. Dia berjanji akan melaksanakan program itu jika warga Jakarta memperpanjang kontraknya memimpin ibukota.
Selain busway, Ahok juga sedang membangun mass rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT). Hal itu untuk mempermudah warga Jakarta melaksanakan aktivitasnya. Bahkan, dia berencana membangunkan flat di beberapa stasiun dan depo transportasi massal berbasis kereta itu.
Lantaran MRT dan LRT belum rampung, Ahok mengeluarkan kebijakan ganjil genap untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas Jakarta. Program ini menggantikan program 3 in 1 yang dinilai merusak generasi bangsa. Pasalnya, banyak orang tua yang memanfaatkan anaknya menjadikan joki dengan memberikan obat bius. Selain itu, ada kebijakan lintasan motor di jalan yang padat, di lokasi penerapan 3 in 1 maupun ganjil genap.
"Jabatan kami sampai Oktober kok. Selesai (pilkada) ino kami masih kerja. Semalam saja saya masih kerja, masih siapin pembelian barang-barang untuk kesehatan," kata Ahok saat menyampaikan pidato setelah seluruh quick count dirilis. (lin/gin/rya/ydh)