JAKARTA – Kasus penyiraman cairan asam sulfat pada Novel Baswedan mengalami kemajuan berarti. Polri memastikan telah memeriksa dua terduga pengintai yang fotonya diserahkan keluarga dan tetangga Novel. Status kedua pengintai masih saksi dalam kasus tersebut.
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menuturkan, kedua orang yang dicurigai mengintai itu memang sudah didapatkan penyidik. Saat ini keduanya masih diambil keterangannya. ” Untuk identitas masih belum bisa disebut. Hanya keduanya sudah diperiksa,” ujarnya ditemui di Komplek Gedung Mabes Polri kemarin.
Dalam pemeriksaan awal ini, penyidik masih berasumsi bahwa keduanya bukan merupakan pelaku penyiraman cairan tersebut. Hanya dalam gambar atau foto itu terindikasi keduanya mengintai yang diduga untuk mempelajari kebiasaan Novel. Namun, berdasar foto dan asumsi tersebut belum tentu diketahui sejauh apa keterlibatannya.
”Bisa terlibat dan bisa saja tidak. Hanya sebagai kesimpulan awal, keduanya belum terlibat dengan kasus tersebut. Belum ya, nanti masih dilanjutkan lagi,”terang mantan Kapolda Banten tersebut.
Apa yang mendasari bahwa keduanya tidak terlibat penyiraman ke Novel? Boy menjawab, hasil pemeriksaan menyebutkan keduanya tidak berada di lokasi saat terjadi penyiraman. ”Asumsi ini dari hasil penyelidikan, tapi sifatnya masih awalan,” jelas jenderal berbintang dua tersebut.
Namun begitu, Polri tidak puas dengan semua itu, penyelidikan masih terus dilakukan untuk mengungkap kasus tersebut. ”Kami berupaya maksimal mengungkap semuanya,” terangnya.
Terkait tujuan keduanya berada di sekitar rumah Novel, Boy menjelaskan bahwa untuk informasi sedetil itu nanti akan disampaikan Polda Metro Jaya. ”Yang pasti, keduanya sudah diidentifikasi,” ungkapnya.
Karena masih belum jelas keterhubungan keduanya dengan kasus penyiraman terhadap Novel, maka status kedua terduga pengintai itu masih sebagai saksi. ”Ya, kita ambil keterangannya terus,” jelasnya.
Boy juga memastikan keduanya tidak ditahan. Sebab, penahanan itu baru bisa dilakukan bila statusnya tersangka. ”Tidak semudah itu melakukan penahanan, apalagi keduanya kooperatif yang sewaktu-waktu mau untuk diambil keterangannya,” ungkapnya.
Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Natalia Soebagjo meminta Presiden Joko Widodo memperhatikan secara serius kasus teror yang dialami penyidik andalan KPK tersebut. Pemerintah juga mesti memastikan kredibilitas aparat penegak hukum, dalam hal ini Polri, yang menangani kasus tersebut.
”Pelibatan masyarakat juga sangat penting untuk membuktikan komitmen pemerintah mengungkap pelaku dan dalang teror,” ujarnya usai berdiskusi di gedung KPK kemarin. Pemerintah juga harus terus mempertahankan momentum pemberantasan korupsi saat ini. Acuannya, dengan selalu mendukung KPK. ”Indikator keberhasilan Presiden itu bila KPK semakin kuat dan independen.”
Natalia menambahkan, teror brutal yang dialami Novel menunjukan bahwa ancaman dari pihak luar yang tidak mendukung pemberantasan korupsi semakin serius. Bila itu dibiarkan dikhawatirkan akan mengancam upaya pemberantasan korupsi yang menjadi agenda nasional. ”Teror terhadap pegawai KPK semakin brutal, dan tekanan politik juga semakin terbuka,” imbuhnya.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah berharap hasil penyelidikan kepolisian segera menghasilkan sesuatu yang berarti. Hal itu bukan saja harapan KPK, tapi juga keinginan keluarga dan publik secara luas. ”KPK masih menunggu saat ini dari indentifikasi tersebut, siapa pihak yang diduga menjadi pelaku dan siapa dalang dibalik serangan itu,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, penyelidikan terhadap Novel sudah berjalan 10 hari lebih. Saat ini, polisi belum menetapkan satu pun tersangka. Febri mengatakan, aparat kepolisian mestinya menunjukan concern yang kuat terhadap kasus Novel. Apalagi, Presiden Jokowi sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk membentuk tim khusus. ”Kami berharap ada informasi yang signifikan.”
Terkait kondisi Novel, Febri menyebut secara umum perkembangannya relatif membaik. Kedua mata Novel mengalami peningkatan tekanan, dari sebelumnya 16 kemarin menjadi 17. Peningkatan itu karena kemarin dokter rumah sakit di Singapura mengurangi kadar dosis obat tetes mata dari 3 kali menjadi 2 kali. ”Ini proses pengurangan dari 3 sampai 1 kali sehari,” ucapnya.
Mata sebelah kanan ketua Wadah Pegawai (WP) KPK tersebut kemarin juga sudah bisa digunakan untuk membaca tulisan dan mengenali huruf lebih jelas. Sebelumnya, hanya bisa membaca tulisan besar, seperti judul head line berita di surat kabar. Mata kiri Novel juga menunjukan perkembangan cukup baik. Yakni, penglihatan mata yang sebelumnya buram kini sudah bisa mengenali wajah.
Perkembangan yang belum memuaskan ada pada selaput kornea berwarna hitam. Sampai kemarin, bagian itu belum menunjukan adanya pertumbuhan sel. Begitu pula dengan kondisi rongga hidung yang kemarin sempat mengeluarkan darah beku dan darah lendir. ”Menurut dokter, air keras sempat masuk ke rongga hidung melalui mata,” imbuh mantan aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) itu. (idr/tyo)
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menuturkan, kedua orang yang dicurigai mengintai itu memang sudah didapatkan penyidik. Saat ini keduanya masih diambil keterangannya. ” Untuk identitas masih belum bisa disebut. Hanya keduanya sudah diperiksa,” ujarnya ditemui di Komplek Gedung Mabes Polri kemarin.
Dalam pemeriksaan awal ini, penyidik masih berasumsi bahwa keduanya bukan merupakan pelaku penyiraman cairan tersebut. Hanya dalam gambar atau foto itu terindikasi keduanya mengintai yang diduga untuk mempelajari kebiasaan Novel. Namun, berdasar foto dan asumsi tersebut belum tentu diketahui sejauh apa keterlibatannya.
”Bisa terlibat dan bisa saja tidak. Hanya sebagai kesimpulan awal, keduanya belum terlibat dengan kasus tersebut. Belum ya, nanti masih dilanjutkan lagi,”terang mantan Kapolda Banten tersebut.
Apa yang mendasari bahwa keduanya tidak terlibat penyiraman ke Novel? Boy menjawab, hasil pemeriksaan menyebutkan keduanya tidak berada di lokasi saat terjadi penyiraman. ”Asumsi ini dari hasil penyelidikan, tapi sifatnya masih awalan,” jelas jenderal berbintang dua tersebut.
Namun begitu, Polri tidak puas dengan semua itu, penyelidikan masih terus dilakukan untuk mengungkap kasus tersebut. ”Kami berupaya maksimal mengungkap semuanya,” terangnya.
Terkait tujuan keduanya berada di sekitar rumah Novel, Boy menjelaskan bahwa untuk informasi sedetil itu nanti akan disampaikan Polda Metro Jaya. ”Yang pasti, keduanya sudah diidentifikasi,” ungkapnya.
Karena masih belum jelas keterhubungan keduanya dengan kasus penyiraman terhadap Novel, maka status kedua terduga pengintai itu masih sebagai saksi. ”Ya, kita ambil keterangannya terus,” jelasnya.
Boy juga memastikan keduanya tidak ditahan. Sebab, penahanan itu baru bisa dilakukan bila statusnya tersangka. ”Tidak semudah itu melakukan penahanan, apalagi keduanya kooperatif yang sewaktu-waktu mau untuk diambil keterangannya,” ungkapnya.
Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Natalia Soebagjo meminta Presiden Joko Widodo memperhatikan secara serius kasus teror yang dialami penyidik andalan KPK tersebut. Pemerintah juga mesti memastikan kredibilitas aparat penegak hukum, dalam hal ini Polri, yang menangani kasus tersebut.
”Pelibatan masyarakat juga sangat penting untuk membuktikan komitmen pemerintah mengungkap pelaku dan dalang teror,” ujarnya usai berdiskusi di gedung KPK kemarin. Pemerintah juga harus terus mempertahankan momentum pemberantasan korupsi saat ini. Acuannya, dengan selalu mendukung KPK. ”Indikator keberhasilan Presiden itu bila KPK semakin kuat dan independen.”
Natalia menambahkan, teror brutal yang dialami Novel menunjukan bahwa ancaman dari pihak luar yang tidak mendukung pemberantasan korupsi semakin serius. Bila itu dibiarkan dikhawatirkan akan mengancam upaya pemberantasan korupsi yang menjadi agenda nasional. ”Teror terhadap pegawai KPK semakin brutal, dan tekanan politik juga semakin terbuka,” imbuhnya.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah berharap hasil penyelidikan kepolisian segera menghasilkan sesuatu yang berarti. Hal itu bukan saja harapan KPK, tapi juga keinginan keluarga dan publik secara luas. ”KPK masih menunggu saat ini dari indentifikasi tersebut, siapa pihak yang diduga menjadi pelaku dan siapa dalang dibalik serangan itu,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, penyelidikan terhadap Novel sudah berjalan 10 hari lebih. Saat ini, polisi belum menetapkan satu pun tersangka. Febri mengatakan, aparat kepolisian mestinya menunjukan concern yang kuat terhadap kasus Novel. Apalagi, Presiden Jokowi sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk membentuk tim khusus. ”Kami berharap ada informasi yang signifikan.”
Terkait kondisi Novel, Febri menyebut secara umum perkembangannya relatif membaik. Kedua mata Novel mengalami peningkatan tekanan, dari sebelumnya 16 kemarin menjadi 17. Peningkatan itu karena kemarin dokter rumah sakit di Singapura mengurangi kadar dosis obat tetes mata dari 3 kali menjadi 2 kali. ”Ini proses pengurangan dari 3 sampai 1 kali sehari,” ucapnya.
Mata sebelah kanan ketua Wadah Pegawai (WP) KPK tersebut kemarin juga sudah bisa digunakan untuk membaca tulisan dan mengenali huruf lebih jelas. Sebelumnya, hanya bisa membaca tulisan besar, seperti judul head line berita di surat kabar. Mata kiri Novel juga menunjukan perkembangan cukup baik. Yakni, penglihatan mata yang sebelumnya buram kini sudah bisa mengenali wajah.
Perkembangan yang belum memuaskan ada pada selaput kornea berwarna hitam. Sampai kemarin, bagian itu belum menunjukan adanya pertumbuhan sel. Begitu pula dengan kondisi rongga hidung yang kemarin sempat mengeluarkan darah beku dan darah lendir. ”Menurut dokter, air keras sempat masuk ke rongga hidung melalui mata,” imbuh mantan aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) itu. (idr/tyo)