JAKARTA – Pemeriksaan Muhammad Nadir Umar dan Budi Mastur selesai Senin (10/4). Keduanya sudah dikembalikan kepada keluarga masing-masing. Polri memastikan, Nadir dan Budi tidak berhubungan dengan kelompok teroris di Syria. Tujuan mereka bertolak ke Turki murni menyerahkan bantuan dalam misi kemanusiaan.
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, Densus 88 mengamankan Nadir ketika mendarat di Surabaya bukan untuk menangkap anggota DPRD Kabupaten Pasuruan tersebut. Demikian pula dengan Budi yang diamankan ketika tiba di Bandung. ”Jadi, yang bersangkutan bukan ditangkap. Itu adalah prosedur yang dilaksanakan oleh kami,” jelas Boy kemarin.
Guna mencegah WNI terlibat konflik di Syria, Polri bekerja sama secara intens dengan Malaysia dan Turki. Sebab, banyak WNI masuk Syria melalui dua negara tersebut. Dari kerja sama itu lahir ketentuan yang diterapkan kepada Nadir dan Budi. ”Sudah ada kesepakatan dari kerja sama (dengan Malaysia dan Turki),” imbuh Boy.
Polri wajib taat pada ketentuan itu ketika otoritas Malaysia atau Turki menemukan hal janggal berkaitan dengan WNI. Karena itu, Boy menegaskan bahwa Nadir dan Budi tidak ditangkap oleh Densus 88. Mereka hanya mengamankan kedua WNI itu untuk dimintai keterangan. Itu sesuai prosedur. ”Proses pemeriksaan hari ini (kemarin) selesai,” kata dia.
Kemarin Budi pulang lebih dulu. Dia berangkat ke Bandung dari RPSA Bambu Apus, Jakarta pagi hari. Sedangkan Nadir terbang ke Surabaya kemarin sore. ”Menggunakan Batik Air pukul 17.30 (WIB),” ujar Boy. Berdasar hasil pemeriksaan, Nadir dan Budi dideportasi dari Turki lantaran masalah visa yang terdeteksi ketika mereka berdua hendak masuk Lebanon.
Keterangan tersebut dibenarkan oleh Aboe Bakar Al Habsy. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS itu menyebutkan bahwa Nadir mendapat informasi tidak benar mengenai mekanisme masuk Lebanon. Yakni masuk Lebanon bisa menggunakan visa on arrival. ”Ternyata tidak bisa. Akhirnya yang bersangkutan dideportasi,” jelas dia.
Pria yang akrab dipanggil Aboe itu mengungkapkan, Nadir bukan kali pertama bepergian ke luar negeri. Namun, dia belum pernah ke Lebanon. Karena itu, ketika mendarat di Turki sama sekali tidak ada masalah. ”Persoalan terjadi ketika masuk Lebanon,” ujarnya. Alhasil dia dideportasi dari Lebanon dan didetensi di Turki.
Aboe pun menegaskan, Nadir sama sekali tidak punya hubungan dengan kelompok teroris. Termasuk di antaranya ISIS. Langkah yang diambil oleh Densus 88 pun sama sekali tidak berkaitan dengan aktifitas terorisme. Perjalanan yang dilakukan Nadir sejak Jumat (31/3) hanya untuk menyalurkan bantuan. ”Sesuai Pancasila dan UUD 1945,” imbuhnya.
Legislator kelahiran Jakarta mengungkapkan, informasi soal Nadir ditangkap Densus 88 lantaran terlibat aktivitas terorisme sangat merugikan keluarga besar PKS. Untuk itu, dia mengklarifikasi informasi tersebut. Dari keterangan Nadir yang dia terima maupun hasil pemeriksaan Densus 88, Nadir bersih.”Tidak ada kaitannya dengan aktivitas teroris atau ISIS,” tegas Aboe.
Bahkan, sambung Aboe. Nadir kembali ke tanah air sesuai jadwal perjalan yang sudah diatur sejak sebelum berangkat ke Turki. ”Menggunakan tiket yang dibelinya sendiri. Bukan dipulangkan oleh otoritas Turki,” jelasnya Namun, karena berstatus sebagai deportan dari Turki, dia harus diperiksa oleh Densus 88. (syn/)
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, Densus 88 mengamankan Nadir ketika mendarat di Surabaya bukan untuk menangkap anggota DPRD Kabupaten Pasuruan tersebut. Demikian pula dengan Budi yang diamankan ketika tiba di Bandung. ”Jadi, yang bersangkutan bukan ditangkap. Itu adalah prosedur yang dilaksanakan oleh kami,” jelas Boy kemarin.
Guna mencegah WNI terlibat konflik di Syria, Polri bekerja sama secara intens dengan Malaysia dan Turki. Sebab, banyak WNI masuk Syria melalui dua negara tersebut. Dari kerja sama itu lahir ketentuan yang diterapkan kepada Nadir dan Budi. ”Sudah ada kesepakatan dari kerja sama (dengan Malaysia dan Turki),” imbuh Boy.
Polri wajib taat pada ketentuan itu ketika otoritas Malaysia atau Turki menemukan hal janggal berkaitan dengan WNI. Karena itu, Boy menegaskan bahwa Nadir dan Budi tidak ditangkap oleh Densus 88. Mereka hanya mengamankan kedua WNI itu untuk dimintai keterangan. Itu sesuai prosedur. ”Proses pemeriksaan hari ini (kemarin) selesai,” kata dia.
Kemarin Budi pulang lebih dulu. Dia berangkat ke Bandung dari RPSA Bambu Apus, Jakarta pagi hari. Sedangkan Nadir terbang ke Surabaya kemarin sore. ”Menggunakan Batik Air pukul 17.30 (WIB),” ujar Boy. Berdasar hasil pemeriksaan, Nadir dan Budi dideportasi dari Turki lantaran masalah visa yang terdeteksi ketika mereka berdua hendak masuk Lebanon.
Keterangan tersebut dibenarkan oleh Aboe Bakar Al Habsy. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS itu menyebutkan bahwa Nadir mendapat informasi tidak benar mengenai mekanisme masuk Lebanon. Yakni masuk Lebanon bisa menggunakan visa on arrival. ”Ternyata tidak bisa. Akhirnya yang bersangkutan dideportasi,” jelas dia.
Pria yang akrab dipanggil Aboe itu mengungkapkan, Nadir bukan kali pertama bepergian ke luar negeri. Namun, dia belum pernah ke Lebanon. Karena itu, ketika mendarat di Turki sama sekali tidak ada masalah. ”Persoalan terjadi ketika masuk Lebanon,” ujarnya. Alhasil dia dideportasi dari Lebanon dan didetensi di Turki.
Aboe pun menegaskan, Nadir sama sekali tidak punya hubungan dengan kelompok teroris. Termasuk di antaranya ISIS. Langkah yang diambil oleh Densus 88 pun sama sekali tidak berkaitan dengan aktifitas terorisme. Perjalanan yang dilakukan Nadir sejak Jumat (31/3) hanya untuk menyalurkan bantuan. ”Sesuai Pancasila dan UUD 1945,” imbuhnya.
Legislator kelahiran Jakarta mengungkapkan, informasi soal Nadir ditangkap Densus 88 lantaran terlibat aktivitas terorisme sangat merugikan keluarga besar PKS. Untuk itu, dia mengklarifikasi informasi tersebut. Dari keterangan Nadir yang dia terima maupun hasil pemeriksaan Densus 88, Nadir bersih.”Tidak ada kaitannya dengan aktivitas teroris atau ISIS,” tegas Aboe.
Bahkan, sambung Aboe. Nadir kembali ke tanah air sesuai jadwal perjalan yang sudah diatur sejak sebelum berangkat ke Turki. ”Menggunakan tiket yang dibelinya sendiri. Bukan dipulangkan oleh otoritas Turki,” jelasnya Namun, karena berstatus sebagai deportan dari Turki, dia harus diperiksa oleh Densus 88. (syn/)