sudarno ahmad/ekspres |
Bahkan di Desa Bandung ini, para kaum ibu yang biasanya bekerja sebagai buruh atau berjualan lainnya, di bulan Ramadan ini beralih profesi menjadi perajin peci. Hal ini dikarenakan rupiah yang dihasilkan cukup menggiurkan, yang naik hingga 50 persen dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Saat Ramadan tiba, sekitar 85 persen warga desa setempat beralih profesi menjadi perajin peci. Mereka mulai dari anak-anak muda hingga para manula, semua beralih membuat peci.
Salah satu perajin musiman, Saripah mengaku, setiap Ramadan tiba selalu beralih profesi menjadi perajin peci. Dia beralasan, uang yang dihasilkan dari membuat peci lebih banyak dari pekerjaan lainnya. Alasan inilah, yang membuat ibu lima anak ini, meninggalkan pekerjaan sehari-harinya berdagang di sebuah sekolah. "Alhamdulillah mumpung masih bisa kerja, ya kita terus setiap bulan puasa kaya gini," katanya.
Sementara itu, salah seorang produsen peci setempat, Mukhtar mengatakan, permintaan peci dari berbagai daerah mengalami peningkatan sejak dua bulan sebelum Ramadan. Bahkan, saking membludaknya pesanan, ia pun kerap tak mampu memenuhinya. Mukhtar pun terpaksa menghentikan pesanan baru dari berbagai pihak.
Meski hanya sekelas produk rumahan, pemesan peci produk Bandung tidak hanya datang dari lokalan Kebumen saja. Namun, sudah sampai luar daerah, seperti Jakarta, Bandung, hingga Lampung. Produk peci milik Mukhtar dengan merk Misfalah ini dibuat secara turun temurun.
"Pekerjanya kita ambil dari para tetangga dengan sistem borong. Satu peci dikerjakakn kurang lebih lima menit," ujarnya.
Ia mengungkapkan, setiap harinya setiap orang pekerja mampu mengerjakan hingga satu kodi atau 20 buah peci. Proses pembuatan peci ditempat ini cukup sederhana. Mula-mula bahan kain bludri dipotong-potong sesuai ukuran. Potongan lalu dijahit dengan tak lupa diberi kertas sebagai bantalannya.
Selanjutnya, tutup atas kepala yang sudah dijahit dijadikan satu. Lima menit kemudian sebuah peci pun jadi. "Tinggal bagian bawah yang dijahit secara manual oleh ibu-ibu," imbuhnya.
Ia menambahkan, kenaikan permintaan saat Ramadan ini mencapai seratus persen lebih dibandingkan pada hari biasa. Saat normal, salam sehari rata-rata laku lima belas kodi. Namun, saat ini bisa mencapai lima puluh kodi per hari.(ori)