saefur/ekspres |
Di Kebumen, tugu lawet menjadi salah satu monumen yang masuk kategori tersebut. Ingat tugu lawet artinya ingat Kebumen. Khususnya Kebumen kota. Nah, dari sudut pandang lain, seorang pria ini juga belakangan menjadi "identik" dengan Kebumen.
Adalah sosok pria yang bernama David (sebelumnya sempat ditulis Dapin).
David tak lain adalah seorang tuna wisma penyandang psikotik yang kesehariannya mangkal di pusat kota Kebumen, khususnya di sekitar tugu lawet. Entah ide dari mana, sosok David kemudian beredar melalui jejaring media sosial lewat "meme" menggelitik. Sosok David yang tengah duduk di taman pembatas jalan itu dilengkapi dengan tulisan "Jika melihat orang ini berarti anda telah masuk dikota Kebumen" membuatnya kemudian "identik dengan Kebumen".
Siapa sebenarnya David? Kebumen Ekspres yang berusaha menelusuri mendapatkan keterangan David sudah sejak tahun 1985 menjalani hari-harinya sebagai pengemis di pusat kota Kebumen. Lampu merah tugu lawet menjadi tempat favoritnya.
"Saya lihat Dapit (David,red) sejak tahun 1985 sudah begitu, ngemis dan nglandang," kata Badri (66) tukang tambal ban di sekitar tugu lawet, Rabu (24/5/2017).
Nyaris seluruh warga Kebumen pernah melihat David. Bahkan, kemudian muncul gurauan kalau tak pernah melihat David, jangan mengaku sebagai orang Kebumen. Malah-malah ada yang menyebut David adalah "maskot Kebumen". Tentu julukan soal maskot ini tak mengenakkan didengar para pejabat di Kebumen. Meski faktanya, Kebumen masuk daerah miskin.
Menurut Badri, David yang kini berusia 50 tahun itu merupakan warga asli Kebumen. Sempat dirawat dan tinggal bersama kakaknya yang berada di kota Kebumen, David tak betah di rumah. "Disuruh pulang nggak mau. Dikasih baju dibuang. Meski begitu, Dapit tidak pernah membuat onar. Pekerjaannya ya itu, hanya meminta dari orang," imbuh Baderi.
Sama halnya dengan yang lain, David juga sering menjadi sasaran Petugas Satpol PP yang merazia gelandangan dan pengemis. Bahkan menurut Badri, David pernah menjalani karantina. Namun entah mengapa, David tak pernah lama dikarantina. "Tahu-tahu dia sudah kembali dan mengemis lagi," imbuh Baderi.
Ya, David hanya salah satu dari penyandang masalah sosial di Kota Beriman. Selain dia, masih ada sejumlah orang lain yang termarjinalkan di Kebumen. Sebagian memilih tinggal di lahan-lahan kosong di kota yang bisa ditempati. Atau, menjadikan fasilitas umum seperti taman kota sebagai "tempat tinggal".
Sebuah hal yang tentu tidak mereka lakukan bila punya pilihan lain.
Sayangnya, karena sebagian besar dari mereka tak punya kartu identitas, Pemkab Kebumen kesulitan melakukan penanganan. Meski begitu, warga tetap berharap Pemkab melakukan penanganan bagi kaum seperti David.
Selain karena alasan keindahan kota, David dkk juga punya hak untuk hidup lebih baik. Setidaknya mendapat penanganan sebagaimana mestinya dan bukan sekedar "dibuang ke sana sini" . (cah/saefur)