TEGAL- JUMLAH penduduk Kota Tegal berdasarkan data konsolidasi semester kedua Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tercatat sebanyak 280.117 jiwa, terdiri dari 141.263 laki-laki dan 138.854 perempuan. Dari jumlah tersebut, pada 2017 Dinas Kesehatan (Dinkes) menemukan 200 orang yang memiliki orientasi seksual sesama jenis atau lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau biasa disebut homoseksual (gay).
Jumlah tersebut, meningkat dari 2016 yang ditemukan hanya 50 orang. Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Suharjo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Yuli Prasetyo berserta Penyuluh Program HIV/AIDS Lenny Herlina menyampaikan, kaum LSL terbagi menjadi tiga kelas, yakni kelas atas, menegah dan menengah ke bawah.
Rentang usianya, dari remaja sampai dewasa. Dari 200 orang yang ditemukan, 25 persennya merupakan kelas atas. LSL kelas atas merupakan yang cenderung menutup diri. Sehingga, sulit terjangkau. Menurut Lenny Herlina, para LSL biasanya berkumpul di Alun-Alun Tegal, tempat karaoke dan tempat senam. Mereka berasal dari beragam profesi.
“Ada yang penjual es, tukang tambal ban, pelajar, mahasiswa, guru, pegawai pemerintahan, hingga pegawai kantoran,” kata Lenny, Senin (22/5).
Pemerintah sendiri, mengestimasikan jumlah LSL di Kota Tegal mencapai 800 orang. Yuli Prasetyo mengemukakan, namun hal tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Untuk menjangkaunya, Dinkes memiliki penjangkau berasal dari masyarakat yang berjumlah 11 orang. Menurut Yuli, faktor penyebab LSL antara lain trauma masa kecil dan lingkungan.
Dalam hal ini, Dinkes melakukan penanganan dari aspek kesehatan melalui perlindungan kesehatan. Dinas berupaya menekan penyakit akibat perilaku tersebut, seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan infeksi seksual supaya tidak menular. Di samping itu, mengadakan sosialisasi, penyuluhan dan edukasi secara intensif kepada masyarakat.
Yuli berpendapat, kendati tergantung individu, usaha untuk mencegah perilaku LSL memerlukan peran semua pihak, dan peran keluargalah yang paling utama.
Sementara itu, petugas gabungan melakukan penjagaan ketat empat lokasi prostitusi yang sudah ditutup pada Jumat kemarin. Mereka terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tegal dan unsur TNI serta Polri melakukan penjagaan dilakukan 24 jam selama sekitar 7 bulan ke depan.
"Hari ini (kemarin) sudah mulai mendirikan tenda," kata Kepala Satpol PP Kabupaten Tegal Berlian Adjie, didampingi Kepala Bidang (Kabid) Penegakkan Perundang-Undangan Daerah Pekik Yulianto, Senin (22/5).
Pekik mengungkapkan, tenda itu akan berdiri sampai bulan Desember 2017 mendatang. Setiap tenda, akan dijaga oleh 15 personel. Mereka merupakan anggota Satpol PP, TNI, Polri dan bantuan dari anggota Banser. Setiap hari, akan dibagi menjadi dua shift. Untuk shift pertama pada pukul 08.00 hingga pukul 20.00. Kemudian shift kedua, pukul 20.00 hingga pukul 08.00.
"Tenda itu akan didirikan di empat lokasi," ujarnya.
Keempat lokasi itu yakni, di Rest Area Desa Sidaharjo Kecamatan Suradadi yang berada di sebelah timur tempat prostitusi Peleman, di halaman rumah Kepala Desa Maribaya atau di depan tempat prostitusi Gang Sempit (GS), di halaman Masjid Zaenudin Desa Maribaya Kecamatan Kramat atau di depan tempat prostitusi Turunan, dan di eks areal parkir tempat prostitusi Wandan Desa Munjungagung Kecamatan Kramat.(nam)
Jumlah tersebut, meningkat dari 2016 yang ditemukan hanya 50 orang. Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Suharjo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Yuli Prasetyo berserta Penyuluh Program HIV/AIDS Lenny Herlina menyampaikan, kaum LSL terbagi menjadi tiga kelas, yakni kelas atas, menegah dan menengah ke bawah.
Rentang usianya, dari remaja sampai dewasa. Dari 200 orang yang ditemukan, 25 persennya merupakan kelas atas. LSL kelas atas merupakan yang cenderung menutup diri. Sehingga, sulit terjangkau. Menurut Lenny Herlina, para LSL biasanya berkumpul di Alun-Alun Tegal, tempat karaoke dan tempat senam. Mereka berasal dari beragam profesi.
“Ada yang penjual es, tukang tambal ban, pelajar, mahasiswa, guru, pegawai pemerintahan, hingga pegawai kantoran,” kata Lenny, Senin (22/5).
Pemerintah sendiri, mengestimasikan jumlah LSL di Kota Tegal mencapai 800 orang. Yuli Prasetyo mengemukakan, namun hal tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Untuk menjangkaunya, Dinkes memiliki penjangkau berasal dari masyarakat yang berjumlah 11 orang. Menurut Yuli, faktor penyebab LSL antara lain trauma masa kecil dan lingkungan.
Dalam hal ini, Dinkes melakukan penanganan dari aspek kesehatan melalui perlindungan kesehatan. Dinas berupaya menekan penyakit akibat perilaku tersebut, seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan infeksi seksual supaya tidak menular. Di samping itu, mengadakan sosialisasi, penyuluhan dan edukasi secara intensif kepada masyarakat.
Yuli berpendapat, kendati tergantung individu, usaha untuk mencegah perilaku LSL memerlukan peran semua pihak, dan peran keluargalah yang paling utama.
Sementara itu, petugas gabungan melakukan penjagaan ketat empat lokasi prostitusi yang sudah ditutup pada Jumat kemarin. Mereka terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tegal dan unsur TNI serta Polri melakukan penjagaan dilakukan 24 jam selama sekitar 7 bulan ke depan.
"Hari ini (kemarin) sudah mulai mendirikan tenda," kata Kepala Satpol PP Kabupaten Tegal Berlian Adjie, didampingi Kepala Bidang (Kabid) Penegakkan Perundang-Undangan Daerah Pekik Yulianto, Senin (22/5).
Pekik mengungkapkan, tenda itu akan berdiri sampai bulan Desember 2017 mendatang. Setiap tenda, akan dijaga oleh 15 personel. Mereka merupakan anggota Satpol PP, TNI, Polri dan bantuan dari anggota Banser. Setiap hari, akan dibagi menjadi dua shift. Untuk shift pertama pada pukul 08.00 hingga pukul 20.00. Kemudian shift kedua, pukul 20.00 hingga pukul 08.00.
"Tenda itu akan didirikan di empat lokasi," ujarnya.
Keempat lokasi itu yakni, di Rest Area Desa Sidaharjo Kecamatan Suradadi yang berada di sebelah timur tempat prostitusi Peleman, di halaman rumah Kepala Desa Maribaya atau di depan tempat prostitusi Gang Sempit (GS), di halaman Masjid Zaenudin Desa Maribaya Kecamatan Kramat atau di depan tempat prostitusi Turunan, dan di eks areal parkir tempat prostitusi Wandan Desa Munjungagung Kecamatan Kramat.(nam)