IMAM/EKSPRES |
Dengan mengganti kayu dan menggunakan serbuk gergaji pada awal pembakaran genteng, pengusaha mengaku dapat menghemat hingga Rp 1 juta. Selain itu penggunaan serbuk kayu juga dinilai lebih mudah dari kayu bakar. Pasalnya pada awal pembakaran yang dibutuhkan hanya penghangat tobong (tungku pembakaran genteng).
Salah satu pengusaha genteng di Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan Lutfi (29) mengaku telah menggunakan cara tersebut sejak lama. Hal itu dilaksanakan semata-mata untuk menghemat biaya produksi. “Kalau menggunakan kayu dapat habis kayu sekitar 1,5 colt. Sedangkan harga kayu per colt berkisar Rp 700 ribu,” terangnya.
Dijelaskannya, awal pembakaran genteng dilaksanakan dengan menghangatkan tobong. Hal itu dilaksanakan selama tiga hari. Dari tiga hari tersebut, serbuk gergaji digunakan untuk menghangatkan tobong selama 2,5 hari. “satu tobong kira-kira menghabiskan 25 karung dengan harga Rp 6.000 per karung,” paparnya.
Saat ini lanjut Lutfi, harga genteng tengah merosot. Harga per biji berkisar Rp 1.200-1.400. Dengan turunnya harga tersebut maka diperlukan beberapa langkah penghematan , salah satunya dengan menggunakan bahan bakar alternatif. “Kini beberapa pengusaha telah menggunakan serbuk kayu sebagai pengganti bahan bakar kayu,” tuturnya.
Selain menghemat, penggunaan serbuk kayu juga memanjakan pekerja garang (penghangat tobong). Pasalnya serbuk gergaji terus menyala dan tidak cepat habis. Hal ini seperti yang dituturkan Adam (30) salah satu pekerja penghangat tobong.
Menurutnya, umumnya saat menghangatkan tobong, api harus dikontrol dua jam sekali. Jika tidak maka api dapat padam, dan hal itu akan mengurangi kualitas genteng. Namun dengan menggunakan serbuk gergaji api dapat di kontol 5-6 jam sekali. Dengan adanya rentang waktu yang panjang itu, petugas penghangat tobong dapat sedikit bersantai. “Ini kalau sudah menyala akan terus hidup hingga habis. Sekali mengisi satu tunggu diberi sekarung serbuk gergaji,” ucapnya. (mam)