Ngadu ke Babinsa Karena Tak Mampu Melanjutkan Sekolah
Garis kehidupan Wahyu Tri Pujiati (18), gadis remaja asal dukuh Diwek Desa Kaliputih Kecamatan Selomerto, Wonosobo memang tak semulus teman-teman sebayanya. Menyandang kelumpuhan sejak usia 2 tahun, Wahyu harus berjuang lebih keras demi mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pelukis profesional.
-------------------------
Agus Supriyadi, Selomerto
----------------------------
Gadis yang hobi bernyanyi itu memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata, serta bakat berkesenian yang cukup potensial. Saat dikunjungi jajaran perwira Kodim 0707/Wonosobo dan Koramil Selomerto, Jumat (19/5) Wahyu bahkan tak ragu menunjukkan kemampuannya menyanyikan sebuah lagu pop yang kini tengah digemari anak-anak muda.
Cemerlangnya daya pikir dan kemampuan olah vokal putri anak terakhir dari tiga bersaudara, buah cinta Mujiyono (54) dan Ningsih (47) itu, menurut sang ibu terlihat saat masuk ke sekolah dasar. “Masuk ke SD langsung kelas 2 karena menurut guru-gurunya kemampuan berpikir Wahyu sudah melebihi anak kelas 1,” tutur Ningsih.
Karena semangat putrinya untuk menuntut ilmu begitu tinggi, dirinya mengaku rela menggendong setiap kali berangkat dan pulang sekolah, bahkan hingga Wahyu masuk ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, di SMP PGRI Balekambang.
Jarak yang cukup jauh dari rumah ke sekolah, tak menyurutkan semangat Ningsih untuk mengantar sang anak, demi melihat ia kelak mampu menjadi orang sukses, melebihi kedua orangtuanya. Hal itu rupanya melecut semangat Wahyu untuk menunjukkan diri bahwa ia mampu berprestasi, dengan menyabet ranking pertama di kelas 1 dan 2.
“Pada waktu kelas 3 menurun prestasinya karena mungkin kelelahan akibat banyak les di luar jam pelajaran. Wahyu, memang tidak tahan duduk terlalu lama akibat kondisi tulang belakangnya yang menurut Dokter bengkok,” terangnya
Selepas kelas 3 SMP, atau sudah kurang lebih setahun terakhir ini Wahyu menganggur karena kedua orangtuanya tak sanggup membiayai kelanjutan pendidikannya di SMA. Hal itu mengundang keprihatinan dari Serda Sujarwo, Bintara Pembina Desa (Babinsa) Selomerto yang secara kebetulan tengah mendapat tugas pendataan anak-anak berkebutuhan khusus.
“Waktu saya datang kemari melaksanakan tugas pimpinan, untuk melakukan pendataan anak-anak penyandang disabilitas, Wahyu mengadukan keinginannya agar bisa dibantu sekolah lagi,” jelas Serda Sujarwo, yang turut hadir di kediaman Mujiyono, mendampingi perwira Seksi Teritorial Kodim, dan Danramil Selomerto. Mendengar pengaduan Wahyu, Sujarwopun melapor kepada Danramil, dan kemudian ke Dandim 0707 Wonosobo, Letkol CZI Dwi Hariyono.
Pihak Kodim, ditegaskan Letkol Dwi berupaya untuk menindaklanjuti anduan anak bangsa itu secara maksimal, agar Wahyu benar-benar bisa mengenyam kembali sekolah yang diidamkannya. “Prinsipnya kami akan berupaya untuk menghubungi pihak-pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinasi Sosial, atau lembaga sosial lain untuk bisa membantu Wahyu,” tegas Dandim saat ditemui di Makodim 0707/Wonosobo.
Semangat untuk bisa melanjutkan sekolah, menurut Dandim harus didukung, meski saat ini Wahyu tengah dalam kondisi serba terbatas. “Apabila memungkinkan di sekolah biasa, kami berharap agar ada dispensasi seperti waktu di SMP, namun kalau memang tidak memungkinkan, tentu ada solusi lain yang bisa kita tempuh untuk membantunya mewujudkan cita-cita,” tandas Dandim.(*)
Garis kehidupan Wahyu Tri Pujiati (18), gadis remaja asal dukuh Diwek Desa Kaliputih Kecamatan Selomerto, Wonosobo memang tak semulus teman-teman sebayanya. Menyandang kelumpuhan sejak usia 2 tahun, Wahyu harus berjuang lebih keras demi mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pelukis profesional.
-------------------------
Agus Supriyadi, Selomerto
----------------------------
Gadis yang hobi bernyanyi itu memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata, serta bakat berkesenian yang cukup potensial. Saat dikunjungi jajaran perwira Kodim 0707/Wonosobo dan Koramil Selomerto, Jumat (19/5) Wahyu bahkan tak ragu menunjukkan kemampuannya menyanyikan sebuah lagu pop yang kini tengah digemari anak-anak muda.
Cemerlangnya daya pikir dan kemampuan olah vokal putri anak terakhir dari tiga bersaudara, buah cinta Mujiyono (54) dan Ningsih (47) itu, menurut sang ibu terlihat saat masuk ke sekolah dasar. “Masuk ke SD langsung kelas 2 karena menurut guru-gurunya kemampuan berpikir Wahyu sudah melebihi anak kelas 1,” tutur Ningsih.
Karena semangat putrinya untuk menuntut ilmu begitu tinggi, dirinya mengaku rela menggendong setiap kali berangkat dan pulang sekolah, bahkan hingga Wahyu masuk ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, di SMP PGRI Balekambang.
Jarak yang cukup jauh dari rumah ke sekolah, tak menyurutkan semangat Ningsih untuk mengantar sang anak, demi melihat ia kelak mampu menjadi orang sukses, melebihi kedua orangtuanya. Hal itu rupanya melecut semangat Wahyu untuk menunjukkan diri bahwa ia mampu berprestasi, dengan menyabet ranking pertama di kelas 1 dan 2.
“Pada waktu kelas 3 menurun prestasinya karena mungkin kelelahan akibat banyak les di luar jam pelajaran. Wahyu, memang tidak tahan duduk terlalu lama akibat kondisi tulang belakangnya yang menurut Dokter bengkok,” terangnya
Selepas kelas 3 SMP, atau sudah kurang lebih setahun terakhir ini Wahyu menganggur karena kedua orangtuanya tak sanggup membiayai kelanjutan pendidikannya di SMA. Hal itu mengundang keprihatinan dari Serda Sujarwo, Bintara Pembina Desa (Babinsa) Selomerto yang secara kebetulan tengah mendapat tugas pendataan anak-anak berkebutuhan khusus.
“Waktu saya datang kemari melaksanakan tugas pimpinan, untuk melakukan pendataan anak-anak penyandang disabilitas, Wahyu mengadukan keinginannya agar bisa dibantu sekolah lagi,” jelas Serda Sujarwo, yang turut hadir di kediaman Mujiyono, mendampingi perwira Seksi Teritorial Kodim, dan Danramil Selomerto. Mendengar pengaduan Wahyu, Sujarwopun melapor kepada Danramil, dan kemudian ke Dandim 0707 Wonosobo, Letkol CZI Dwi Hariyono.
Pihak Kodim, ditegaskan Letkol Dwi berupaya untuk menindaklanjuti anduan anak bangsa itu secara maksimal, agar Wahyu benar-benar bisa mengenyam kembali sekolah yang diidamkannya. “Prinsipnya kami akan berupaya untuk menghubungi pihak-pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinasi Sosial, atau lembaga sosial lain untuk bisa membantu Wahyu,” tegas Dandim saat ditemui di Makodim 0707/Wonosobo.
Semangat untuk bisa melanjutkan sekolah, menurut Dandim harus didukung, meski saat ini Wahyu tengah dalam kondisi serba terbatas. “Apabila memungkinkan di sekolah biasa, kami berharap agar ada dispensasi seperti waktu di SMP, namun kalau memang tidak memungkinkan, tentu ada solusi lain yang bisa kita tempuh untuk membantunya mewujudkan cita-cita,” tandas Dandim.(*)