ANGGA PURENDA/RADAR SOLO |
Dia adalah RS, 23, warga Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan yang kedapatan membawa senjata tajam (sajam) jenis badik yang disimpan di dalam tas. Sedangkan belasan remaja lainnya dikenakan wajib lapor.
“Kita lakukan pemeriksaan secara maraton. RS terbukti memiliki dan membawa senjata tajam saat ikut konvoi. Dia bukan pelajar, melainkan buruh dan menyusup ikut konvoi. Kami terus mendalami apakah sajam yang dibawa RS juga digunakan melukai korban (tiga murid SMAN 1 Klaten,Red),” beber Kasat Reskrim Polres Klaten AKP David Widya Dwi Hapsoro.
Hasil penyelidikan polisi, RS tidak lulus SMP. Dan saat menyusup ke dalam konvoi pelajar, dia mengenakan seragam putih abu-abu dan ikut mencoret-coret seragamnya menggunakan cat semprot.
RS bakal dijerat pasal 2 ayat (1) Undang-Undang (UU) Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman maksimal sepuluh tahun penjara.
“Potensi tersangka lainnya masih kami kembangkan. Dari keterangan para saksi (keberadaan pelaku tindak kriminal, Red) mengarah ke berbagai tempat yang sudah kami ketahui lokasinya. Akan kami kejar. Pelaku mengarah ke beberapa siswa dari Sleman,” urai David.
Lebih lanjut diterangkannya, tidak semua peserta konvoi kelulusan yang terjaring razia polisi adalah pelajar. Sedikitnya enam orang merupakan warga biasa. “Terhadap RS belum mengarah kepada pelaku kekerasan. Sementara dia kita tetapkan tersangka karena membawa sajam saat konvoi. Tapi, yang pasti akan terus kita cari pelaku lainnya hingga 100 orang tersangka sekali pun,” tegas kasat reskrim.
Sementara itu, berdasar keterangan RS, saat konvoi kelulusan melintas, sepeda motornya mogok dan harus didorong rekannya. “Posisi saya sedang akan pulang ke rumah dan sama sekali tidak mengikuti konvoi itu. Karena kendaraan saya macet akhirnya didorong sama teman saya, tetapi di depan sudah banyak polisi,” bebernya. Lalu kenapa membawa badik? RS mengatakan hanya untuk berjaga-jaga.
Di sisi lain, informasi dari Polres Klaten, konvoi pelajar bergerak dari arah Jogja dan tidak melintasi pos polisi Prambanan. Sebelumnya mereka berkumpul di Pasar Sapi Prambanan Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan.
“Dari sana mereka mengarah ke perempatan Stasiun Prambanan lalu masuk ke Jalan Jogja-Solo. Hingga sampai ke daerah Bendogantungan bertemu patroli polisi sehingga rombongan terpancar ke arah Jogonalan dan Karangnongko. Lalu melintasi jalan-jalan tikus ke arah kota hingga akhirnya melintasi Jalan Merbabu,” papar KBO Satreskrim Polres Klaten Iptu Prawoto.
Di Jalan Merbabu itulah mereka menyerang anak-anak SMAN 1 Klaten yang sedang makan di angkringan seberang sekolah. Hingga kemarin, dari aksi brutal tersebut terjacatat delapan orang mengalami luka-luka. (ren/wa)