MAGELANG TENGAH - Tujuh dari 10 tersangka pengeroyokan berujung maut antara dua kelompok Kelurahan Cacaban dan Kelurahan Wates Kota Magelang ditangkap aparat Polres Magelang Kota. Ketujuh tersangka ini menjadi pelaku dan provokator terjadinya bentrok massal yang menewaskan satu korban jiwa, Bambang Suryono (27), di dekat minimarket Jalan Urip Sumoharjo, Magelang Utara, Minggu (16/4) dini hari lalu.
Kapolres Magelang Kota AKBP Hari Purnomo mengatakan tujuh tersangka ditangkap dari tempat yang berbeda. Bahkan, ada tiga tersangka yang sempat melarikan diri hingga ke Sumatera Selatan dan Jakarta.
”Selama dua pekan kami melakukan pendalaman, mereka teridentifikasi dan kami langsung melakukan pengejaran,” katanya dalam gelar perkara di Ruang Media Mapolres Magelang Kota, Senin (8/5).
Ia menjelaskan, kasus insiden ini bermula dari masalah sepele antara beberapa pemuda yang merasa sakit hati karena saling ledek. Kasus itu berkembang menjadi rasa dendam karena ada beberapa pemuda yang mengadu kepada teman-temannya.
”Ada dua tempat kejadian perkara sebelum akhirnya terjadi pembacokan di dekat minimarket Jalan Urip Sumoharjo. Sebelumnya, telah terjadi penyerangan oleh sekelompok orang di sekitar warung angkringan Jalan Diponegoro, Kelurahan Cacaban,” jelasnya.
AKibat penyerangan ini, seorang anak di bawah umur AW (16) mengalami luka berat. Lantaran tidak terima terhadap aksi penyerangan itu, lalu sejumlah pemuda asal Cacaban dan daerah lainnya bersekongkol untuk melakukan serangan balik ke Kelurahan Wates, hanya berselang beberapa jam setelah peristiwa pertama.
Sebelumnya, pihak kepolisian sempat menduga penyerangan terhadap dua orang warga Wates itu karena salah sasaran. Namun setelah dilakukan pengembangan, ternyata aksi tersebut ada kaitannya dengan konflik sebelumnya di Jalan Diponegoro, Kelurahan Cacaban, Sabtu (15/4) malam. Di mana para pelakunya tak lain adalah Bambang Suryono yang telah meninggal dunia, Dicki firmansyah (23), yang mengalami putus jari, Ahmad Zaenudin (23), Bintang Surya (22), Satria Eka (21), dan SM yang sampai saat ini masih buron.
”Nah, dari aksi penyerangan pertama oleh kelompok Wates ke Cacaban ini, sehingga membuat tersangka dari Kelurahan Cacaban dendam dan berencana melakukan aksi balasan,” jelasnya.
Beberapa pemuda asal Cacaban kemudian mendatangi dua pemuda yang tengah nonkrong di depan minimarket Jalan Urip Sumoharjo, Wates, Magelang Utara, Minggu (16/4) dini hari. Mereka langsung melakukan penganiayaan terhadap Bambang Suryono dan Dicki Firmansyah. Akibatnya, Dicki mengalami putus jari dan Bambang meninggal dunia karena luka bacokan.
”Kejadian di Jalan Urip Sumoharjo hanya berselang beberapa jam setelah aksi penyerangan yang pertama dilakukan di Cacaban. Tersangka di TKP Urip Sumoharjo ini antara lain, Syarif Maulana (23), Ragil alias Otong (34), Ivan, dan dua orang rekan mereka yang masih buron yakni FB dan AG,” jelasnya.
Syarif dan Otong menjadi eksekutor pembacokan terhadap Bambang dan Dicki. Syarif menggunakan golok, sedangkan Otong menggunakan pedang untuk membacok dua orang tersebut secara membabi-buta. Sedangkan kedua tersangka yang masih dalam pencarian itu, satu orang menjadi penyedia sarana transportasi dan satunya sebagai provokator aksi penganiayaan yang mengakibatkan satu nyawa melayang itu.
”Untuk pasal yang kita sangkakan yaitu Pasal 76 junto Pasal 60 ayat (2) UU 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak dan Pasal 351 jo 170 ayat (2) KUHP tentang penganiayaan menimbulkan meninggal dunia dengan ancaman hukuman 12 tahun pidana. Sedangkan pelaku yang membuat korban luka berat yang kita sangkakan adalah hukuman pidana 9 tahun,” katanya.
Hari juga menjelaskan untuk mengungkap kasus ini pihaknya telah meminta keterangan setidaknya 14 saksi. Dari belasan saksi tersebut, dua di antaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka.
”Dicki sebelumnya jadi saksi, ternyata dia juga terlibat makanya kami tetapkan sebagai tersangka. Jadi total tersangka ada 11 orang, satu tersangka meninggal dan tiga sisanya masuk daftar pencarian orang (DPO),” imbuhnya.
Setelah aksi ini, Hari berharap masyarakat tidak terpancing emosi dan tetap menjaga keamanan dan ketertiban. Jangan sampai, masalah sepele seperti ini bisa mengakibatkan bentrok antarsekelompok kampung.
”Ketika ada persoalan, selesaikan saja dengan kekeluargaan. Jangan termakan provokasi-provokasi dan ujungnya terjadi penyerangan. Saya harap masyarakat tetap dapat menahan diri,” tandasnya. (wid)
foto : wiwid arif/magelang ekspres
CIDUK. Tujuh tersangka kasus pengeroyokan yang menewaskan satu orang dan korban lain mengalami luka-luka, berhasil ditangkap aparat Polres Magelang Kota berikut barang buktinya dalam gelar perkara di mapolres setempat, kemarin.
PBSI Untidar Kejar Akreditasi A
MAGELANG UTARA - Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar bersiap mengejar akreditasi A. Sejumlah upaya dan inovasi terus dikembangkan sumber daya di PBSI untuk dapat meraih predikat tertinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Tahun 2012 lalu, ketika Universitas Tidar masih berstatus swasta, PBSI tetap menduduki peringkat terbaik dengan akreditasi B. Setelah lima tahun berjalan, begitu banyak perubahan dan pengembangan program studi tersebut sampai dengan tahun 2017 ini.
Rasa keyakinan memperoleh akreditasi A tahun 2017 hingga lima tahun mendatang pun dirasakan beberapa dosen PBSI. Drs Budiyono, salah satu dosen PBSI mengaku optimistis persiapan yang dilakukan akan menghasilkan nilai yang memuaskan.
”Persiapan ini sebenarnya tidak spontan karena ada akreditasi. Namun, kita senantiasa mengembangkan inovasi, kreasi, dan peningkatan pelayanan yang ujungnya kualitas pendidikan di Untidar semakin tinggi sesuai yang tertuang dalam visi dan misi universitas,” kata Budiyono, kemarin.
Ia mengatakan, PBSI sejak lima tahun lalu sudah meraih nilai akreditasi B, yang jumlah poinnya hanya membutuhkan beberapa poin lagi untuk mendapatkan nilai Akreditasi A.
”Tahun ini persiapan sudah tuntas dilakukan untuk memenuhi syarat akreditasi A dari BAN-PT. Selain peralatan, dosen, dan mahasiswa, kami juga sengaja undang alumni untuk memberikan penilaian objektif saat mereka menjadi mahasiswa di PBSI Untidar,” jelasnya.
Senada juga diutarakan Drs Hari Wahyono MPd, dosen PBSI FKIP Untidar bahwa selama ini pihaknya cukup getol dalam menerapkan inovasi dalam proses belajar mengajar. Terlebih sebagai latar ilmu pendidikan, sebutnya, diperlukan penularan ilmu agar strategi pengajaran calon guru dapat terasah dengan baik.
”Kami juga menyematkan unsur kejurnalistikan dalam kurikulum di PBSI. Jadi, PBSI tidak hanya jadi kelas pencetak guru, pengajar, dan pendidik saja, tetapi banyak alumni kami yang bekerja di bidang kejurnalistikan,” imbuhnya.
Menurut Hari, banyaknya alumnus yang terjun ke dunia jurnalistik membuktikan bahwa strategi pengajaran PBSI Untidar tidak mutlak mendidik menjadi seorang guru. Selain menjadi pengajar, mahasiswa bisa mengembangkan kemampuan komunikasi serta kualitas berbahasanya di berbagai profesi yang tersedia.
”Sejak dari semester awal mahasiswa diberikan ilmu tentang cara mewartakan sesuatu, kemudian berlanjut pembuatan foto jurnalistik, hingga cara membuat reportase, berita, dan features, yang biasa terdapat di media massa. Mereka juga magang ke perusahaan media massa, sehingga ketika lulus punya bekal ilmu kejurnalistikan maupun kehumasan,” ucapnya.
Menurutnya, pihaknya tidak akan berhenti dengan status akreditasi yang sudah didapat. PBSI akan berupaya untuk mendapatkan predikat yang lebih tinggi lagi pada masa penilaian lima tahun mendatang.
BAN-PT sendiri sengaja mengundang sebagian alumni PBSI FKIP Untidar untuk diwawancara seputar proses pengajaran dan ilmu yang didapat selama berkuliah. Tak sedikit mereka yang diundang itu merupakan alumni angkatan tahun 1990 hingga 2000-an yang kini sudah menjadi orang penting di instansi masing-masing.
”Kami ingin mengetahui bagaimana kesan para almuni, terkait keterlibatan PBSI FKIP Untidar ini. Bagaimana cara mereka membuat program pendidikannya dan dorongan setelah mereka lulus hingga mendapatkan pekerjaan,” ujar Asesor BAN-PT Prof Endri Boeriswati.
Menurut Endri, melalui jawaban alumni, dapat diketahui sejauh mana dorongan fakultas universitas peduli terhadap alumni. Hal itu menjadi poin penting sebagai salah satu indikator penilaian akreditasi, di samping aspek lainnya. (wid)
foto : wiwid arif/magelang ekspres
AKREDITASI. Alumni PBSI Untidar dan Asesor BAN-PT Prof Endri Boeriswati usai menggelar tanya jawab visitasi akreditasi PBSI FKIP Untidar, belum lama ini.
Narkoba Dipamerkan di Magelang Fair
MAGELANG TENGAH - Acara Magelang Fair 2017 dimanfaatkan jajaran Polres Magelang Kota sebagai sarana pemberi edukasi perihal tugas Polri dan pencegahan narkoba. Lewat pameran, polisi juga menyosialisasikan program baru berupa smile police dan aplikasi e-tilang yang telah diterapkan sejak bulan lalu.
Kapolres Magelang Kota AKBP Hari Purnomo mengatakan, keikutsertaannya dalam pameran ini selain memeriahkan HUT ke-1111 Kota Magelang, juga untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Di stand yang ditempati, para pengunjung bisa mengenal lebih dekat dengan kepolisian.
”Kami ingin menambah harmonisasi dengan masyarakat agar tidak ada lagi persepsi bahwa polisi itu galak, sangar, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat edukasi tentang aktivitas, prestasi, tupoksi di masing-masing satuan,” katanya saat meninjau gerai di lokasi pameran, Senin (8/5).
Banyak hal tentang kepolisian yang dipamerkan. Di antaranya seperti seragam, segala peralatan yang digunakan anggota Polri saat bertugas, dan lainnya. Beragam foto kegiatan yang sudah dilakukan selama ini baik oleh anggota maupun pimpinan sendiri juga ditampilkan.
”Kami hadirkan juga contoh beberapa narkoba, seperti sabu-sabu, ganja, dan lainnya beserta peralatan yang biasa digunakan pemakai. Hal ini agar masyarakat lebih mengerti tentang bahaya narkoba, sehingga mereka lebih waspada terhadap bahaya dan peredarannya,” imbuhnya.
Di stand itu juga dipajang motor besar yang digunakan untuk patroli jalan raya. Motor besar ini paling menyita perhatian para pengunjung dan oleh anak-anak sering dinaiki serta sebagai objek swafoto.
”Anggota juga menyosialisasikan aplikasi smile police agar masyarakat semakin memahami kegunaan teknologi ini. Termasuk sosialisasi e-tilang dan proses penerimaan anggota Polri, sehingga mereka paham betul tentang tilang elektronik dan bagaimana cara menjadi abdi negara,” jelasnya.
Kasatlantas Polres Magelang Kota, AKP Marwanto menambahkan, para pengunjung masih bisa mengunjungi stand Polres Magelang Kota hingga pameran berakhir, Selasa (9/5) hari ini. Masyarakat bebas bertanya banyak hal seputar Polri.
”Baru pertama kali ini kami ikut dalam sebuah pameran besar, mengingat kami juga ingin dekat dengan masyarakat. Di sini kita bisa saling berinteraksi dan menyampaikan banyak hal dari terkait lalu lintas hingga keamanan dan ketertiban masyarakat,” imbuhnya didampingi Kaur Reg Ident Polres Magelang Kota, Iptu Anas Syarifudin. (wid)
foto : wiwid arif/magelang ekspres
LAYANI MASYARAKAT. Kapolres Magelang Kota AKBP Hari Purnomo melayani warga yang ingin bertanya terkait tupoksi kepolisian dan saat diajak warga berswafoto, termasuk anak-anak di stand Magelang Fair, kemarin.
Krenova Tingkat OPD, Ajang Peningkatan Layanan Publik
MAGELANG SELATAN - Sukses penyelenggaraan kreativitas dan inovasi (krenova) umum, kini giliran organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Magelang yang akan jadi peserta lomba tahunan itu. Kompetisi OPD tersebut digelar dalam rangka memunculkan inovasi kreatif dalam kategori pengelolaan pemerintahan.
”Krenova tingkat umum sudah rutin digelar. Tapi khusus OPD baru kali ini,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Magelang, Arif Barata Sakti, Senin (8/5).
Ia menjelaskan, latar belakang dengan peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik hingga kini belum diimbangi dengan inovasi untuk memenuhi harapan masyarakat. Karena itu, katanya, diperlukan upaya percepatan peningkatan kualitas layanan publik.
”Krenova OPD juga senada dengan kebijakan Kementerian PAN RB dengan menetapkan gerakan Satu Instansi Satu Inovasi guna mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik yang berkelanjutan,” tandasnya.
Di Kota Magelang sendiri, rencana program tersebut akan ditambahi dengan kearifan lokal sesuai konteks visi misi Pemkot Magelang. Ini juga jadi bagian agar persaingan antar-instansi yang berlomba tetap berjalan sehat.
”Tujuannya supaya OPD bisa berkompetisi, berlomba-lomba untuk jadi yang terbaik dalam hal pelayanan publik, yang prima, dan inovatif. Maka dibutuhkan wadah atau ajang tertentu untuk mendukungnya,” tandasnya.
Tidak hanya itu, Krenova OPD, sebut Arif juga dalam rangka mendukung Kota Magelang sebagai Smart City untuk menjaring inovasi pelayanan publik dari OPD dan BUMD di lingkungan Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan, ada beberapa tahapan lomba ini. Tahap pertama pengajuan proposal serta penilaian I dan II (Mei-Juli), penilaian III dan IV (Juli). Dalam tahapan tersebut akan diambil Top 15 Krenova OPD dan BUMD.
Selanjutnya penilaian V dan VI (Agustus) yang akan mengambil lima besar. Sedangkan tahap terakhir yakni pengumuman dan penyerahan penghargaan Top 3 Krenova OPD dan BUMD pada Upacara HUT RI 17 Agustus mendatang.
”Ada empat kategori lomba Inovasi pelayanan publik, yaitu tata kelola pemerintahan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, perbaikan kesejahteraan sosial dalam penyelesaian masalah-masalah sosial, serta pelayanan langsung kepada masyarakat,” jelasnya.
Untuk pemenang yang memenuhi kriteria akan mendapat piagam dan uang pembinaan dari Walikota Magelang. Juara 1 (Rp5 juta), juara 2 (Rp3 juta) dan Juara 3 (Rp2 juta).
Semua peserta krenova OPD dan BUMD pada tahun berikutnya akan diikutsertakan dalam kompetisi Sistem Informasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemen PAN RB, dengan pendampingan penyusunan dari Balitbang Kota Magelang. (wid)
Kapolres Magelang Kota AKBP Hari Purnomo mengatakan tujuh tersangka ditangkap dari tempat yang berbeda. Bahkan, ada tiga tersangka yang sempat melarikan diri hingga ke Sumatera Selatan dan Jakarta.
”Selama dua pekan kami melakukan pendalaman, mereka teridentifikasi dan kami langsung melakukan pengejaran,” katanya dalam gelar perkara di Ruang Media Mapolres Magelang Kota, Senin (8/5).
Ia menjelaskan, kasus insiden ini bermula dari masalah sepele antara beberapa pemuda yang merasa sakit hati karena saling ledek. Kasus itu berkembang menjadi rasa dendam karena ada beberapa pemuda yang mengadu kepada teman-temannya.
”Ada dua tempat kejadian perkara sebelum akhirnya terjadi pembacokan di dekat minimarket Jalan Urip Sumoharjo. Sebelumnya, telah terjadi penyerangan oleh sekelompok orang di sekitar warung angkringan Jalan Diponegoro, Kelurahan Cacaban,” jelasnya.
AKibat penyerangan ini, seorang anak di bawah umur AW (16) mengalami luka berat. Lantaran tidak terima terhadap aksi penyerangan itu, lalu sejumlah pemuda asal Cacaban dan daerah lainnya bersekongkol untuk melakukan serangan balik ke Kelurahan Wates, hanya berselang beberapa jam setelah peristiwa pertama.
Sebelumnya, pihak kepolisian sempat menduga penyerangan terhadap dua orang warga Wates itu karena salah sasaran. Namun setelah dilakukan pengembangan, ternyata aksi tersebut ada kaitannya dengan konflik sebelumnya di Jalan Diponegoro, Kelurahan Cacaban, Sabtu (15/4) malam. Di mana para pelakunya tak lain adalah Bambang Suryono yang telah meninggal dunia, Dicki firmansyah (23), yang mengalami putus jari, Ahmad Zaenudin (23), Bintang Surya (22), Satria Eka (21), dan SM yang sampai saat ini masih buron.
”Nah, dari aksi penyerangan pertama oleh kelompok Wates ke Cacaban ini, sehingga membuat tersangka dari Kelurahan Cacaban dendam dan berencana melakukan aksi balasan,” jelasnya.
Beberapa pemuda asal Cacaban kemudian mendatangi dua pemuda yang tengah nonkrong di depan minimarket Jalan Urip Sumoharjo, Wates, Magelang Utara, Minggu (16/4) dini hari. Mereka langsung melakukan penganiayaan terhadap Bambang Suryono dan Dicki Firmansyah. Akibatnya, Dicki mengalami putus jari dan Bambang meninggal dunia karena luka bacokan.
”Kejadian di Jalan Urip Sumoharjo hanya berselang beberapa jam setelah aksi penyerangan yang pertama dilakukan di Cacaban. Tersangka di TKP Urip Sumoharjo ini antara lain, Syarif Maulana (23), Ragil alias Otong (34), Ivan, dan dua orang rekan mereka yang masih buron yakni FB dan AG,” jelasnya.
Syarif dan Otong menjadi eksekutor pembacokan terhadap Bambang dan Dicki. Syarif menggunakan golok, sedangkan Otong menggunakan pedang untuk membacok dua orang tersebut secara membabi-buta. Sedangkan kedua tersangka yang masih dalam pencarian itu, satu orang menjadi penyedia sarana transportasi dan satunya sebagai provokator aksi penganiayaan yang mengakibatkan satu nyawa melayang itu.
”Untuk pasal yang kita sangkakan yaitu Pasal 76 junto Pasal 60 ayat (2) UU 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak dan Pasal 351 jo 170 ayat (2) KUHP tentang penganiayaan menimbulkan meninggal dunia dengan ancaman hukuman 12 tahun pidana. Sedangkan pelaku yang membuat korban luka berat yang kita sangkakan adalah hukuman pidana 9 tahun,” katanya.
Hari juga menjelaskan untuk mengungkap kasus ini pihaknya telah meminta keterangan setidaknya 14 saksi. Dari belasan saksi tersebut, dua di antaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka.
”Dicki sebelumnya jadi saksi, ternyata dia juga terlibat makanya kami tetapkan sebagai tersangka. Jadi total tersangka ada 11 orang, satu tersangka meninggal dan tiga sisanya masuk daftar pencarian orang (DPO),” imbuhnya.
Setelah aksi ini, Hari berharap masyarakat tidak terpancing emosi dan tetap menjaga keamanan dan ketertiban. Jangan sampai, masalah sepele seperti ini bisa mengakibatkan bentrok antarsekelompok kampung.
”Ketika ada persoalan, selesaikan saja dengan kekeluargaan. Jangan termakan provokasi-provokasi dan ujungnya terjadi penyerangan. Saya harap masyarakat tetap dapat menahan diri,” tandasnya. (wid)
foto : wiwid arif/magelang ekspres
CIDUK. Tujuh tersangka kasus pengeroyokan yang menewaskan satu orang dan korban lain mengalami luka-luka, berhasil ditangkap aparat Polres Magelang Kota berikut barang buktinya dalam gelar perkara di mapolres setempat, kemarin.
PBSI Untidar Kejar Akreditasi A
MAGELANG UTARA - Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar bersiap mengejar akreditasi A. Sejumlah upaya dan inovasi terus dikembangkan sumber daya di PBSI untuk dapat meraih predikat tertinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Tahun 2012 lalu, ketika Universitas Tidar masih berstatus swasta, PBSI tetap menduduki peringkat terbaik dengan akreditasi B. Setelah lima tahun berjalan, begitu banyak perubahan dan pengembangan program studi tersebut sampai dengan tahun 2017 ini.
Rasa keyakinan memperoleh akreditasi A tahun 2017 hingga lima tahun mendatang pun dirasakan beberapa dosen PBSI. Drs Budiyono, salah satu dosen PBSI mengaku optimistis persiapan yang dilakukan akan menghasilkan nilai yang memuaskan.
”Persiapan ini sebenarnya tidak spontan karena ada akreditasi. Namun, kita senantiasa mengembangkan inovasi, kreasi, dan peningkatan pelayanan yang ujungnya kualitas pendidikan di Untidar semakin tinggi sesuai yang tertuang dalam visi dan misi universitas,” kata Budiyono, kemarin.
Ia mengatakan, PBSI sejak lima tahun lalu sudah meraih nilai akreditasi B, yang jumlah poinnya hanya membutuhkan beberapa poin lagi untuk mendapatkan nilai Akreditasi A.
”Tahun ini persiapan sudah tuntas dilakukan untuk memenuhi syarat akreditasi A dari BAN-PT. Selain peralatan, dosen, dan mahasiswa, kami juga sengaja undang alumni untuk memberikan penilaian objektif saat mereka menjadi mahasiswa di PBSI Untidar,” jelasnya.
Senada juga diutarakan Drs Hari Wahyono MPd, dosen PBSI FKIP Untidar bahwa selama ini pihaknya cukup getol dalam menerapkan inovasi dalam proses belajar mengajar. Terlebih sebagai latar ilmu pendidikan, sebutnya, diperlukan penularan ilmu agar strategi pengajaran calon guru dapat terasah dengan baik.
”Kami juga menyematkan unsur kejurnalistikan dalam kurikulum di PBSI. Jadi, PBSI tidak hanya jadi kelas pencetak guru, pengajar, dan pendidik saja, tetapi banyak alumni kami yang bekerja di bidang kejurnalistikan,” imbuhnya.
Menurut Hari, banyaknya alumnus yang terjun ke dunia jurnalistik membuktikan bahwa strategi pengajaran PBSI Untidar tidak mutlak mendidik menjadi seorang guru. Selain menjadi pengajar, mahasiswa bisa mengembangkan kemampuan komunikasi serta kualitas berbahasanya di berbagai profesi yang tersedia.
”Sejak dari semester awal mahasiswa diberikan ilmu tentang cara mewartakan sesuatu, kemudian berlanjut pembuatan foto jurnalistik, hingga cara membuat reportase, berita, dan features, yang biasa terdapat di media massa. Mereka juga magang ke perusahaan media massa, sehingga ketika lulus punya bekal ilmu kejurnalistikan maupun kehumasan,” ucapnya.
Menurutnya, pihaknya tidak akan berhenti dengan status akreditasi yang sudah didapat. PBSI akan berupaya untuk mendapatkan predikat yang lebih tinggi lagi pada masa penilaian lima tahun mendatang.
BAN-PT sendiri sengaja mengundang sebagian alumni PBSI FKIP Untidar untuk diwawancara seputar proses pengajaran dan ilmu yang didapat selama berkuliah. Tak sedikit mereka yang diundang itu merupakan alumni angkatan tahun 1990 hingga 2000-an yang kini sudah menjadi orang penting di instansi masing-masing.
”Kami ingin mengetahui bagaimana kesan para almuni, terkait keterlibatan PBSI FKIP Untidar ini. Bagaimana cara mereka membuat program pendidikannya dan dorongan setelah mereka lulus hingga mendapatkan pekerjaan,” ujar Asesor BAN-PT Prof Endri Boeriswati.
Menurut Endri, melalui jawaban alumni, dapat diketahui sejauh mana dorongan fakultas universitas peduli terhadap alumni. Hal itu menjadi poin penting sebagai salah satu indikator penilaian akreditasi, di samping aspek lainnya. (wid)
foto : wiwid arif/magelang ekspres
AKREDITASI. Alumni PBSI Untidar dan Asesor BAN-PT Prof Endri Boeriswati usai menggelar tanya jawab visitasi akreditasi PBSI FKIP Untidar, belum lama ini.
Narkoba Dipamerkan di Magelang Fair
MAGELANG TENGAH - Acara Magelang Fair 2017 dimanfaatkan jajaran Polres Magelang Kota sebagai sarana pemberi edukasi perihal tugas Polri dan pencegahan narkoba. Lewat pameran, polisi juga menyosialisasikan program baru berupa smile police dan aplikasi e-tilang yang telah diterapkan sejak bulan lalu.
Kapolres Magelang Kota AKBP Hari Purnomo mengatakan, keikutsertaannya dalam pameran ini selain memeriahkan HUT ke-1111 Kota Magelang, juga untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Di stand yang ditempati, para pengunjung bisa mengenal lebih dekat dengan kepolisian.
”Kami ingin menambah harmonisasi dengan masyarakat agar tidak ada lagi persepsi bahwa polisi itu galak, sangar, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat edukasi tentang aktivitas, prestasi, tupoksi di masing-masing satuan,” katanya saat meninjau gerai di lokasi pameran, Senin (8/5).
Banyak hal tentang kepolisian yang dipamerkan. Di antaranya seperti seragam, segala peralatan yang digunakan anggota Polri saat bertugas, dan lainnya. Beragam foto kegiatan yang sudah dilakukan selama ini baik oleh anggota maupun pimpinan sendiri juga ditampilkan.
”Kami hadirkan juga contoh beberapa narkoba, seperti sabu-sabu, ganja, dan lainnya beserta peralatan yang biasa digunakan pemakai. Hal ini agar masyarakat lebih mengerti tentang bahaya narkoba, sehingga mereka lebih waspada terhadap bahaya dan peredarannya,” imbuhnya.
Di stand itu juga dipajang motor besar yang digunakan untuk patroli jalan raya. Motor besar ini paling menyita perhatian para pengunjung dan oleh anak-anak sering dinaiki serta sebagai objek swafoto.
”Anggota juga menyosialisasikan aplikasi smile police agar masyarakat semakin memahami kegunaan teknologi ini. Termasuk sosialisasi e-tilang dan proses penerimaan anggota Polri, sehingga mereka paham betul tentang tilang elektronik dan bagaimana cara menjadi abdi negara,” jelasnya.
Kasatlantas Polres Magelang Kota, AKP Marwanto menambahkan, para pengunjung masih bisa mengunjungi stand Polres Magelang Kota hingga pameran berakhir, Selasa (9/5) hari ini. Masyarakat bebas bertanya banyak hal seputar Polri.
”Baru pertama kali ini kami ikut dalam sebuah pameran besar, mengingat kami juga ingin dekat dengan masyarakat. Di sini kita bisa saling berinteraksi dan menyampaikan banyak hal dari terkait lalu lintas hingga keamanan dan ketertiban masyarakat,” imbuhnya didampingi Kaur Reg Ident Polres Magelang Kota, Iptu Anas Syarifudin. (wid)
foto : wiwid arif/magelang ekspres
LAYANI MASYARAKAT. Kapolres Magelang Kota AKBP Hari Purnomo melayani warga yang ingin bertanya terkait tupoksi kepolisian dan saat diajak warga berswafoto, termasuk anak-anak di stand Magelang Fair, kemarin.
Krenova Tingkat OPD, Ajang Peningkatan Layanan Publik
MAGELANG SELATAN - Sukses penyelenggaraan kreativitas dan inovasi (krenova) umum, kini giliran organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Magelang yang akan jadi peserta lomba tahunan itu. Kompetisi OPD tersebut digelar dalam rangka memunculkan inovasi kreatif dalam kategori pengelolaan pemerintahan.
”Krenova tingkat umum sudah rutin digelar. Tapi khusus OPD baru kali ini,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Magelang, Arif Barata Sakti, Senin (8/5).
Ia menjelaskan, latar belakang dengan peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik hingga kini belum diimbangi dengan inovasi untuk memenuhi harapan masyarakat. Karena itu, katanya, diperlukan upaya percepatan peningkatan kualitas layanan publik.
”Krenova OPD juga senada dengan kebijakan Kementerian PAN RB dengan menetapkan gerakan Satu Instansi Satu Inovasi guna mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik yang berkelanjutan,” tandasnya.
Di Kota Magelang sendiri, rencana program tersebut akan ditambahi dengan kearifan lokal sesuai konteks visi misi Pemkot Magelang. Ini juga jadi bagian agar persaingan antar-instansi yang berlomba tetap berjalan sehat.
”Tujuannya supaya OPD bisa berkompetisi, berlomba-lomba untuk jadi yang terbaik dalam hal pelayanan publik, yang prima, dan inovatif. Maka dibutuhkan wadah atau ajang tertentu untuk mendukungnya,” tandasnya.
Tidak hanya itu, Krenova OPD, sebut Arif juga dalam rangka mendukung Kota Magelang sebagai Smart City untuk menjaring inovasi pelayanan publik dari OPD dan BUMD di lingkungan Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan, ada beberapa tahapan lomba ini. Tahap pertama pengajuan proposal serta penilaian I dan II (Mei-Juli), penilaian III dan IV (Juli). Dalam tahapan tersebut akan diambil Top 15 Krenova OPD dan BUMD.
Selanjutnya penilaian V dan VI (Agustus) yang akan mengambil lima besar. Sedangkan tahap terakhir yakni pengumuman dan penyerahan penghargaan Top 3 Krenova OPD dan BUMD pada Upacara HUT RI 17 Agustus mendatang.
”Ada empat kategori lomba Inovasi pelayanan publik, yaitu tata kelola pemerintahan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, perbaikan kesejahteraan sosial dalam penyelesaian masalah-masalah sosial, serta pelayanan langsung kepada masyarakat,” jelasnya.
Untuk pemenang yang memenuhi kriteria akan mendapat piagam dan uang pembinaan dari Walikota Magelang. Juara 1 (Rp5 juta), juara 2 (Rp3 juta) dan Juara 3 (Rp2 juta).
Semua peserta krenova OPD dan BUMD pada tahun berikutnya akan diikutsertakan dalam kompetisi Sistem Informasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemen PAN RB, dengan pendampingan penyusunan dari Balitbang Kota Magelang. (wid)