BOYOLALI- Hama tikus menjadi musuh bersama bagi petani. Berangkat dari keprihatinan inilah, sejumlah siswa dari SMK Bhineka Karya (BK) Simo berinovasi membuat rangkaian sederhana yang bisa mengusir tikus.
TIGA siswa kelas XI SMK BK Simo, Boyolali ini merasa prihatin akan nasib petani yang setiap tahun selalu dihadapkan masalah serangan tikus. Dari inilah, Muhammad Khoirul Imam, Muhammad Zulfadli dan Joni Evendi mencoba berinovasi untuk menciptakan alat pengusir tikus.
Alat yang mereka ciptakan itupun cukup mudah dan murah. Namun rangkaian elektronik ini cukup efektif untuk mengusir hama tikus khususnya di areal pertanian. “Dengan alat ini, tikus-tikus ini tidak akan bikin gaduh dan pusing lagi,” ujar Imam, sapaan Muhammad Khoirul Imam saat menjelaskan tentang kinerja alat pengusir tikus tersebut kepada koran ini.
Dia mengungkapkan, ide pembuatan alat sederhana pengusir tikus ini berawal dari rasa keprihatinan terhadap kondisi pertanian saat ini. Karena banyak petani yang merugi akibat serangan hama tikus. Sehingga produktivitas padi menurun drastis.
Selain itu, tikus juga berakibat langsung terhadap kesehatan manusia. Akibat kencing tikus ini bisa menimbulkan penyakit leptospirosis yang sangat berbahaya bagi manusia. Bahkan bisa juga pada kematian.
Dari ini kemudian mereka melakukan riset, baik secara langsung atau studi pustaka mengenai tikus tersebut. Ketiganya lalu melakukan pengamatan langsung, dan mencari sumber referensi mengenai seluk-beluk tikus.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa frekuensi pendengaran tikus itu sekitar 20 Khz-40 Khz. “Kalau pada frekuensi itu kita timbulkan suatu bunyi-bunyian aneh, tikus akan pergi,” ujar Muhammad Zulfadli.
Setelah diketahui bahwa tikus tak suka pada suara aneh pada gelombang ultrasonik atau frekuensi 20 Khz-40 Khz itu, mereka akhirnya membuat suatu rangkaian yang bisa menghasilkan gelombang ultrasonik itu.
Tak sulit untuk merangkai elektronik yang bisa menghasilkan gelombang itu. Sebab selain sedikit banyak mendapatkan materi elektronik, ketiganya juga bimbingan salah satu guru teknik mesin Indro Cahyono. “Semua ini juga berkat bantuan dari guru kami,” kata Evendi.
Dia lalu membeberkan bahwa agar dapat menghasilkan gelombang suara ultrasonik itu cukup dengan resistor, kapasitor, Ic 555, speaker tweeter saja. Sedangkan sebagai sumber energinya menggunakan listrik. “Tapi kalau di areal persawahan kita menggunakan panel sel surya dan baterai kering.
Kemudian, setelah dirangkai sedemikian rupa, bisa menghasilkan gelombang ultrasonic dan menjadi alat yang mampu membantu mengusir hama tikus. Dia berharap, hasil karya inovasi ini dapat disempurnakan oleh yang lebih ahli. Sehingga bisa benar-benar diterapkan untuk membantu masyarakat terhadap permasalahan hama tikus. (*/bun)
TIGA siswa kelas XI SMK BK Simo, Boyolali ini merasa prihatin akan nasib petani yang setiap tahun selalu dihadapkan masalah serangan tikus. Dari inilah, Muhammad Khoirul Imam, Muhammad Zulfadli dan Joni Evendi mencoba berinovasi untuk menciptakan alat pengusir tikus.
Alat yang mereka ciptakan itupun cukup mudah dan murah. Namun rangkaian elektronik ini cukup efektif untuk mengusir hama tikus khususnya di areal pertanian. “Dengan alat ini, tikus-tikus ini tidak akan bikin gaduh dan pusing lagi,” ujar Imam, sapaan Muhammad Khoirul Imam saat menjelaskan tentang kinerja alat pengusir tikus tersebut kepada koran ini.
Dia mengungkapkan, ide pembuatan alat sederhana pengusir tikus ini berawal dari rasa keprihatinan terhadap kondisi pertanian saat ini. Karena banyak petani yang merugi akibat serangan hama tikus. Sehingga produktivitas padi menurun drastis.
Selain itu, tikus juga berakibat langsung terhadap kesehatan manusia. Akibat kencing tikus ini bisa menimbulkan penyakit leptospirosis yang sangat berbahaya bagi manusia. Bahkan bisa juga pada kematian.
Dari ini kemudian mereka melakukan riset, baik secara langsung atau studi pustaka mengenai tikus tersebut. Ketiganya lalu melakukan pengamatan langsung, dan mencari sumber referensi mengenai seluk-beluk tikus.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa frekuensi pendengaran tikus itu sekitar 20 Khz-40 Khz. “Kalau pada frekuensi itu kita timbulkan suatu bunyi-bunyian aneh, tikus akan pergi,” ujar Muhammad Zulfadli.
Setelah diketahui bahwa tikus tak suka pada suara aneh pada gelombang ultrasonik atau frekuensi 20 Khz-40 Khz itu, mereka akhirnya membuat suatu rangkaian yang bisa menghasilkan gelombang ultrasonik itu.
Tak sulit untuk merangkai elektronik yang bisa menghasilkan gelombang itu. Sebab selain sedikit banyak mendapatkan materi elektronik, ketiganya juga bimbingan salah satu guru teknik mesin Indro Cahyono. “Semua ini juga berkat bantuan dari guru kami,” kata Evendi.
Dia lalu membeberkan bahwa agar dapat menghasilkan gelombang suara ultrasonik itu cukup dengan resistor, kapasitor, Ic 555, speaker tweeter saja. Sedangkan sebagai sumber energinya menggunakan listrik. “Tapi kalau di areal persawahan kita menggunakan panel sel surya dan baterai kering.
Kemudian, setelah dirangkai sedemikian rupa, bisa menghasilkan gelombang ultrasonic dan menjadi alat yang mampu membantu mengusir hama tikus. Dia berharap, hasil karya inovasi ini dapat disempurnakan oleh yang lebih ahli. Sehingga bisa benar-benar diterapkan untuk membantu masyarakat terhadap permasalahan hama tikus. (*/bun)