ISWARA BAGUS NOVIANTO/RADAR SOLO |
Artinya, ketika konsep andalalin meleset, bukan tidak mungkin, sejumlah jalan perkotaan Solo bertambah padat. Meskipun hanya sesaat. Yakni selama pembangunan dua proyek tersebut.
"Informasi yang saya terima, pemerintah pusat sudah melakukan lelang. (Flyover, Red) Purwosari dan (overpass, Red) Manahan sudah lelang semua. Nanti bareng itu pelaksanaannya," jelas Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo, Minggu (21/7).
Lelang tersebut, lanjut Rudy, dilakukan bersamaan dengan proyek insfrastruktur lainnya di sejumlah titik Kota Solo. Dalam paket lelang, selain flyover Purwosari dan overpass Manahan, ada jembatan depan Terminal Tirtonadi, serta proyek lainnya di luar Solo. "Nanti pelaksanaannya (pembangunan, Red) jalan bersamaan. Ya mumet (bingung,Red) apalagi untuk penataan lalu lintasnya," jelas wali kota.
Dalam proyek-proyek raksasa itu, pemkot bertugas melakukan pembebasan lahan, penataan jaringan listrik dan penataan drainase. Rudy menyatakan belum bisa melaksanakan pembebasan lahan selama anggaran dari pusat belum cair. "Ini masih nunggu koordinasi selanjutnya. Soal pembangunan itu urusannya pusat," katanya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Surakarta Budi Yulistianto mengatakan, anggaran pembebasan lahan overpass Manahan dan flyover Purwosari sudah dimintakan ke pusat. "Untuk overpass Manahan hanya bersinggungan denga Hotel Agas. Kalau untuk flyover Purwosari semuanya menggunakan lahan milik negara," ungkap dia.
Menurut Budi, pemerintah pusat tentunya memiliki pertimbangan tersendiri ketika memutuskan menggarap proyek-proyek raksasa secara bersamaan. Mengingat kebutuhan jalan layang sudah muncul sejak beberapa tahun lalu.
Namun, sekda belum mengetahui detail desain flyover Purwosari. "Kalau sesuai FS (feasibility study,Red) dari pusat, harusnya (flyover, Red) dari Kleco sampai Purwosari. Berarti titik naik turunnya, kemungkinan di pertigaan Kerten atau Faroka, hingga perempatan Purwosari," urai Budi.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta Hari Prihatno menuturkan, andalalin overpass Manahan belum menemukan kesepakatan, sekarang malah akan dibangun bersamaan dengan flyover Purwosari. Bisa dipastikan hal tersebut menambah beban jalan selama proses pengerjaan.
"Saya juga kaget dengan berita itu. Berarti kami juga harus gerak cepat menyiapkan antisipasinya. Tapi yang jelas kami masih menunggu kepastiannya (proses pembangunan, Red) dulu," terangnya.
Dipaparkan Hari, dalam pembahasan rencana pembangunan flyover di Balai Sujatmoko belum lama ini, perlu dibangun flyover atau overpass di lima titik simpang sebidang kereta api (KA), yakni di kawasan Purwosari, Manahan, Pasar Nongko, Joglo, dan Kadipiro. Itu karena lalu lintas semakin padat.
Dosen Teknik Sipil Transportasi UNS Budi Yulianto mengatakan, dirinya pernah menghadiri pertemuan dengan sejumlah dinas terkait untuk membahas overpass Manahan. Diterangkannya, Detail Engineering Design (DED) overpass Manahan dengan bentuk huruf Y justru berpotensi menimbulkan kemacetan.
“Sebagai akademisi kami memberi masukan kepada pemkot dan Pusjatan (Pusat Penelitian & Pengembangan Jalan dan Jembatan,Red) agar memerhatikan DED overpass Manahan dengan cermat. Yakni DED perlu diubah dan itu menjadi tanggung jawab pusjatan," urainya.
Budi juga pernah bertemu dengan staf Pusjatan dan mendapat informasi bahwa DED overpass Manahan yang baru belum tersedia. Budi menyayangkan jika DED yang dipaparkan pada 14 Februari lalu tetap dipakai. Sebab, desain tersebut tak akan mengurangi masalah, tapi justru memperparah kemacetan dan potensi kecelakaan lalu lintas lebih besar.
"Permasalahan lain terkait DED overpass Manahan adalah pergerakan arus kendaraan dari selatan ke utara. Lalu pengalihan lalu lintas dari Jalan Yosodipuro ke utara akan dilewatkan ke mana? Kalau ke Jalan Wora-Wwari dan Jalan Cipto Mangunkususmo, apa cukup?," tanya Budi.
Terkait rencana pembangunan flyover Purwosari, Budi belum berani memberikan komentar karena belum melihat secara langsung rancangannya.
Namun, dia mengkhawatirkan jika flyover Purwosari dan overpass Manahan dibanguan secara bersamaan, akan menambah kemacetan di sejumlah ruas jalan.
"Simpang sebidang KA Manahan merupakan akses pergerakan dari utara ke selatan dan sebaliknya. Kalau di simpang sebidang Purwosari merupakan akses dari barat ke timur dan sebaliknya. Dan ingat jalan itu juga diakses angkutan berat," tandasnya.
Senada dituturkan pakar transportasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Syafi'i. Dua proyek infrastruktur yang dikerjakan secara bersamaan itu akan menambah beban lalu lintas perkotaan.
"Dua proyek tersebut jaraknya berdekatan. Ketika dibangun bersamaan, pasti memberikan dampak bagi lalu lintas yang signifikan. Diperlukan manajemen rekayasa lalu lintas sistemik dan integratif guna megurangi dampak kemacetan yang ditimbulkan," pungkasnya. (ves/wa)