jawapos |
Mata Denanda Putri Pamungkas terbelalak melihat pesan WhatsApp pada Rabu lalu (25/5). Pesan yang diterimanya pukul 21.45 tersebut bertuliskan telah terjadi ledakan bom di Halte Transjakarta Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tiga petugas kepolisian meninggal dunia dalam insiden tersebut. Salah satunya adalah kakak tersayangnya. Yaitu Bripda Taufan Tsunami
-----------------------------
Laporan Wartawan Jawa Pos
--------------------------
Dalam pesan tersebut diinformasikan kalau Taufan berada di rumah sakit Primier Jatinegara. Bergegas bersama kedua orang tuanya bernama Heri Busono dan Aisjah, dirinya menuju ke rumah sakit tersebut. Tubuhnya itu terasa sangat lemas ketika tiba di lokasi. Tangisan histeris pun akhirnya pecah saat melihat jasad orang yang dicintainya itu telah tiada. "Masih nggak percaya mas. Kenapa begitu cepat kakak pergi meninggalkan kita," ucapnya dengan nada terbata -bata.
Denanda bercerita dua jam sebelum peristiwa itu terjadi Taufan menghubunginya. Pukul tujuh malam mereka melakukan video call. Dalam video call tersebut dia bersenda gurau. Saling becanda satu sama lain. Taufan mengingatkan dia untuk salat dan makan malam. Taufan pun meminta dirinya untuk membuatkan mi rebus ketika sudah sampai di rumah.
"Dia menyuruh saya jangan tidur dulu. Soalnya jam satu kakak pulang. Kakak minta saya untuk dimasakain indomie. Alasannya lagi pengen saja makan mi," ujar perempuan berusia 21 tahun di kediamannya kemarin (26/5).
Permintaan tersebut tak bisa ditolaknya. Dia menjanjikan akan membuat mi itu ketika sang kakak sudah pulang ke rumah. Sehingga makanan tersebut bisa langsung disantapnya. Video call tersebut berlangsung sekitar sepuluh menit. Selain membicarakan makanan, dirinya menanyakan keberadaan sang kakak. Taufan menjawab kalau sedang ada di kantor. Taufan tidak memberitahukan kepadanya kalau akan bertugas mengawal pawai obor. Namun kali ini dirinya marasa ragu atas jawaban Taufan.
Pasalnya di layar handphone kondisi di lokasi sangat gelap. Selain itu suara bising kenalpot kendaraan bermotor terdengar jelas di telinga. Dirinya pun mempertegas pertanyaan tersebut. Namun sang kakak tetap kekeh dengan jawabannya. "Emangnya di kantor nggak boleh berisik ya. Haha," ucapnya menirukan omongan Taufan.
Taufan sangat berharga dalam kehidupannya itu. Sang kakak selalu diandalkan di keluarga. Taufan sangat suka bereksperimen membuat makanan. Khususnya memasak bebek goreng. Biasanya Taufan memasak ketika libur. Hasil masakannya tersebut tidak lagi diragukan. Dijamin enak.
Selain itu Taufan sangat hobi bernyanyi. Setiap kali ada acara sang kakak selalu tampil. Suara yang merdu membuat para penontonnya merasa terhibut. Ditambah lagi dengan suara angklung yang dimainkan oleh sang kakak membuat pertunjukan tersebut menjadi sempurna. "Dia hobi nyanyi sejak SMA. Dia juga masuk ke dalam tim paduan suara sekolah. Yaitu SMA 11 Bekasi. Cukup banyak prestasi yang di dapat bersama tim paduan suaranya," paparnya.
Sebelum Taufan meninggal dunia. Sang kakak tiba - tiba menanyakan kapan dirinya lulus kuliah. Saat ini dirinya menjalani studi kebidanan semester akhir. Taufan sudah tidak sabar melihat dirinya di wisuda. Taufan berjanji akan memberikan bunga sebanyak mungkin, melebihi pemberian dari teman - temannya tersebut. Taufan meminta agar diri bisa lulus tepat waktu. Dengan alasanya takut tidak bisa hadir. "Suruh cepat lulus. Dia takut nggak bisa hadir ketika saya wisuda. Saya tidak tahu maksud omongan itu. Ternyata itu kalinya maksudnya," paparnya dengan tetesan air mata membasahi pipi.
Suasana pemakanan Bripda Taufan Tsunami di TPU Pondok Ranggon sangat shadu. Lantunan ayat suci alquran lailahailaillah menyelimuti proses pemakaman. Penghormatan terakhir tersebut dipimpin langsung oleh Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Suntana. Isak tangis menyelimuti saat jasad Bripda Taufan masuk ke liang kubur.
Suntana mengucapkan bangga atas sikap yang dilakukan prajuritnya tersebut. Dia menaikan pangkat Taufan menjadi Briptu. Selama bertugas sosok Taufan dinilai baik. Prajurit yang tegas, bertanggung jawab, dan pemberani. Sikap yang dilakukannya itu patut dijadikan contoh untuk seluruh anggota kepolisian. Jangan pernah takut dengan teroris atau oknum yang membuat negeri ini kacau balau.
"Saya tegaskan Taufan ini bukan meninggal, tetapi gugur saat bertugas. Almarhum rela mempertaruhkan nyawanya demi menolong seseorang. Membuat negeri ini aman. Sikap ini yang harus kita contoh. Polisi yang pemberani. Tidak takut dengan siapapun yang membuat negeri ini berantakan," tegasnya.
Meskipun berat, tetapi Heri Busono telah mengikhlaskan kepergian ?anak keduanya itu. Pria berusia 66 tahun tersebut merasa sangat bangga. Taufan gugur saat menjalankan tugasnya. Dirinya salut dengan keberanian anaknya tersebut. Heri berharap anggota kepolisian bisa mencotoh rasa kebaktian anaknya kepada negara.
Heri bercerita menjadi polisi merupakan cita - cita Taufansejak kecil. Taufan tidak pernah memberikan alasan terkait cita -citanya itu. Ketika ditanya menjadi polisi, dia hanya menjawab ingin membuat dirinya bangga. Padahal meskipun dia ingin Taufan jadi polisi, namun dirinya tak pernah menyuruh atau memaksa. Semua keingian anaknya itu akan selalu didukungnya. "Sebenarnya saya suka kalau Taufan jadi polisi. Tetap saya nggak pernah bilang ke dia. Biar dialah yang menentukan jalannya," ujarnya.
Setelah lulus SMA 2013, anaknya tersebut pun lolos Tes kepolisian. Taufan bertugas sebagai anggota Sabhara Polda Metro Jaya. Sikap anaknya itu semakin dewasa. Khususnya kebersihan. Taufan sangat tidak suka kalau rumahnya itu berantakan dan kotor. Tanpa disuruh Taufan pasti membersihkannya. "Dia emang sangat bawel kalau masalah kerapiahan. Kalau ada yang tidak rapih pasti dia rapihkan. Walaupun sendiri dan baru pulang dinas," ujarnya di kediamannya nomor 33 RT 2 RW 10, Jatirangga, Bekasi.
Dengan musibah yang dialaminya dirinya merasa adanya keanehan sedikitpun. Taufan bersikap dengan biasanya. Yaitu berangkat pagi, pulang sore atau malam. Dan langsung istirahat. Hanya saja kamis (26/5) dia ?seharusnya lepas dinas. Namun tiba - tiba Taufan mendapatkan tugas mendadak untuk mengawal pawai obor. Sebagai seorang polisi semua tugas yang diberikan harus terlaksana. Mau tidak mau Taufan berangkat menjalankan tugas tersebut. "Emang seharusnya hari ini libur (kamis 26/5). Cuma karena ada tugas jadi dia tetap masuk. Itu hal biasa. Jadi saya tidak curiga," paparnya.
Heri mengaku banyak sikap anaknya itu yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Seperti Taufan sangat suka memasak. Setiap libur Taufan sering mengajak keluarga untuk makan di luar. Satu per satu warung makan dimasukinya. Taufan melakukan hal itu hanya untuk membahagiakan kedua orang tuanya itu senang. "Dia sangat dekat sekali sama kami semua. Apalagi sama umminya. Jadi kalau libur yang dirumah saja. Main sama saudara- saudaranya," kenangnya. (ian)