IMAM/EKSPRES |
Ya kurang lebih sekitar tiga bulan yang lalu, WC Umum Alun-alun Kebumen telah tutup karena belum ada pengelola baru. Padahal keberadaan WC tersebut sangat diperlukan pengunjung, untuk menghilangkan hajatnya. Tutupnya WC umum membuat beberapa pengunjung harus membuang hajat di masjid atau ditempat lainnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, beban retribusi WC Umum Alun-alun Kebumen 2016 mencapai Rp 5,8 juta per bulan. Retribusi itu meningkat nyaris dua kali lipat dari tahun sebelumnya yakni Rp 3 juta per bulan.
Salah satu mantan pengelola WC Umum Alun-alun Kebumen Djunaidi Prastio (39) mengatakan, jika retribusi masih Rp Rp 5,8 juta per bulan, dapat dipastikan pengelola akan rugi. Sebab pendapatan yang didapat tidak imbang dengan pengeluaran yang diterima. “Jika retribusinya masih segitu, saya yakin akan rugi,” tuturnya, yang juga merupakan pengusaha rental mobil di Kebumen.
Djunaidi yang juga merupakan pengusaha tambak udang tersebut mengungkapkan, jika pendapatan pengelola hanya dari pengunjung WC maka akan sangat sedikit. Pendapatan pengelola harus ditambah dengan adanya usaha kantin. “Dalam mengelola WC Umum, harus mempekerjakan orang, selain itu juga harus melakukan pemeliharaan serta perbaikan kecil. Jika retribusinya tinggi ya tidak ketemu,” katanya.
Berdasar pada pengalamannya saat mengelola WC umum, Menurut Djunaidi dengan keharusan membayar retribusi R 3 juta per bulan, sebenarnya penghasilan pihak pengelola sangat mepet. Tarif yang dikenakan kepada pengunjung untuk buang air besar Rp 2.000, dan mandi Rp 3000 mandi. Pendapatan WC umum juga tidak menentu dan ditentukan oleh banyak tidaknya pengunjung di Alun-alun Kebumen. “Bila alun-alun ada event, WC umum ikut ramai, namun pada hari biasa, pengunjung pun sepi,” terangnya.
Terpisah Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) mengatakan Dra Dyah Woro Palupi mengatakan, saat ini WC Umum sedang tutup sebab masih dalam proses lelang. Saat ini pesertanya telah ada beberapa dan masih ada peluang peserta baru. “Saat kondisinya berbeda tentu harganya juga berbeda, saat ini tanah di depan WC tidak termasuk dalam perhitungan retribusi,” ucapnya. (mam)