WONOSOBO – Wonosobo sudah seharusnya memiliki stadion sepak bola. Mengingat olah raga sepak bola telah menjamur dan menjadi olahraga favorit di Wonosobo. Terlebih, hanya Wonosobo yang belum memiliki stadion dibanding dengan Kabupaten tetangga, seperti Banjarnegara, Temanggung dan Magelang yang telah memiliki stadion.
Hal tersebut dikatakan Ketua DPRD Wonosobo, Afif Nur Hidayat ketika ikut serta menjamu Tim veteran PSSI All Stars yang tengah berkunjung di Wonosobo, (30/4) . Afif mengatakan stadion sepakbola perlu dibangun atas dasar keinginan dan keperluan sebagian besar masyarakat.
“Dibutuhkan dana yang cukup besar untuk membangun sebuah stadion. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan penghambat dalam mewujudkan keinginan masyarakat, hanya saja negara perlu menanggarkan kesitu,” ungkap Afif, Rabu (3/5).
Afif menambahkan bahwa masyarakat juga perlu melakukan dorongan kepada pemerintah sekaligus memberikan dukungan secara maksimal untuk mewujudkan impian tersebut. Karena menurutnya, permintaan masyarakat untuk membangun stadion harus diimbangi oleh peran serta masyarakat itu sendiri. Afif mengaku pihaknya akan mendorong pemerintah daerah untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan hajat pecinta sepakbola tersebut..
“Contohnya saja pembangunan GOR olah raga yang ada di Wonolelo, itu saja dari pihak warga sendiri minim dalam memberikan dukungan, sehingga menyebabkan akses jalan masuk ke GOR susah, dan kami tidak ingin hal itu terjadi. Sebenarnya negara bisa membangun stadion, hanya saja butuh kebersamaan dalam komitmen dan support yang kuat dari berbagai pihak, baik itu pihak Pemkab, pihak swasta maupun dari masyarakat,” ungkapnya.
Hal itu juga disinggung Wakil Ketua Asosiasi Fusal (Askab) Wonosobo, Suseno yang turut menyuarakan aspirasi tersebut dan mengaku prihatin dengan kondisi saat ini. Hal tersebut dinilainya menghambat upaya untuk memajukan olah raga, khususnya sepak bola. Hal itu, lanjut Suseno, berimbas pada minimnya prestasi dan juga bibit pemain sepakbola Wonosobo.
“Sudah 3 kali kami tidak bisa mengikuti program persepak-bolaan dari asosiasi propinsi (Asprov), dan itu sesuai regulasinya, yakni tidak punya stadion. Maka keanggotaan Askab Wonosobo di coret dari Asprov. Terbukti dalam ajang piala Soeratin 2017, kita peringkat terakhir. Dari 8 kali bermain, belum pernah sekalipun menang. Selain itu, terakhir kita punya atlet sepakbola berbakat, eh malah diambil sama Kabupaten lain, kan miris sekali,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pegiat sepak bola, Wahyu Tri menyebut perayaan ajang sepakbola tahunan di Wonosobo yakni Liga Wonosobo juga terlihat miris. Pasalnya, lapangan bertanding yang digunakan dalam ajang bergengsi tersebut seperti kubangan kerbau. Dengan dukungan semua pihak, Wahyu berharap stadion bisa lekas dibangun.
“Tim kami saat bertanding terakhir kali di liga Wonosobo (2/5) di lapangan sepakbola yang tidak bisa disebut lapangan. Bola menggelinding saja tidak bisa, karena main diatas lumpur. Apalagi kalau hujan, bisa seperti kolam lapangannya,“ pungkas Wahyu. (win)
Hal tersebut dikatakan Ketua DPRD Wonosobo, Afif Nur Hidayat ketika ikut serta menjamu Tim veteran PSSI All Stars yang tengah berkunjung di Wonosobo, (30/4) . Afif mengatakan stadion sepakbola perlu dibangun atas dasar keinginan dan keperluan sebagian besar masyarakat.
“Dibutuhkan dana yang cukup besar untuk membangun sebuah stadion. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan penghambat dalam mewujudkan keinginan masyarakat, hanya saja negara perlu menanggarkan kesitu,” ungkap Afif, Rabu (3/5).
Afif menambahkan bahwa masyarakat juga perlu melakukan dorongan kepada pemerintah sekaligus memberikan dukungan secara maksimal untuk mewujudkan impian tersebut. Karena menurutnya, permintaan masyarakat untuk membangun stadion harus diimbangi oleh peran serta masyarakat itu sendiri. Afif mengaku pihaknya akan mendorong pemerintah daerah untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan hajat pecinta sepakbola tersebut..
“Contohnya saja pembangunan GOR olah raga yang ada di Wonolelo, itu saja dari pihak warga sendiri minim dalam memberikan dukungan, sehingga menyebabkan akses jalan masuk ke GOR susah, dan kami tidak ingin hal itu terjadi. Sebenarnya negara bisa membangun stadion, hanya saja butuh kebersamaan dalam komitmen dan support yang kuat dari berbagai pihak, baik itu pihak Pemkab, pihak swasta maupun dari masyarakat,” ungkapnya.
Hal itu juga disinggung Wakil Ketua Asosiasi Fusal (Askab) Wonosobo, Suseno yang turut menyuarakan aspirasi tersebut dan mengaku prihatin dengan kondisi saat ini. Hal tersebut dinilainya menghambat upaya untuk memajukan olah raga, khususnya sepak bola. Hal itu, lanjut Suseno, berimbas pada minimnya prestasi dan juga bibit pemain sepakbola Wonosobo.
“Sudah 3 kali kami tidak bisa mengikuti program persepak-bolaan dari asosiasi propinsi (Asprov), dan itu sesuai regulasinya, yakni tidak punya stadion. Maka keanggotaan Askab Wonosobo di coret dari Asprov. Terbukti dalam ajang piala Soeratin 2017, kita peringkat terakhir. Dari 8 kali bermain, belum pernah sekalipun menang. Selain itu, terakhir kita punya atlet sepakbola berbakat, eh malah diambil sama Kabupaten lain, kan miris sekali,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pegiat sepak bola, Wahyu Tri menyebut perayaan ajang sepakbola tahunan di Wonosobo yakni Liga Wonosobo juga terlihat miris. Pasalnya, lapangan bertanding yang digunakan dalam ajang bergengsi tersebut seperti kubangan kerbau. Dengan dukungan semua pihak, Wahyu berharap stadion bisa lekas dibangun.
“Tim kami saat bertanding terakhir kali di liga Wonosobo (2/5) di lapangan sepakbola yang tidak bisa disebut lapangan. Bola menggelinding saja tidak bisa, karena main diatas lumpur. Apalagi kalau hujan, bisa seperti kolam lapangannya,“ pungkas Wahyu. (win)