KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Satpol PP Kabupaten Kebumen dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memutuskan untuk menunda sementara pencarian keberadaan buaya di Sungai Lukulo.
Keputusan menunda ini dilakukan setelah berkonsultasi dengan Bupati Kebumen, HM Yahya Fuad yang meminta, agar buaya sebisa mungkin tetap dipertahankan lantaran bisa menjadi daya tarik wisata.
"Pak Bupati berharap adanya buaya di Sungai Lukulo bisa menjadi destinasi wisata baru. Namun tentunya dengan disertai sikap penuh kewaspadaan."
"Dengan adanya kebijakan dari Pak Bupati tersebut, maka rencana penangkapan buaya di Sungai Lukulo kami tunda dulu," kata Kepala Satpol PP Kebumen, Tri Widagni SSos seperti dituturkan Kasie Penanggulangan Kebakaran, Arif Rahmadi, Senin (5/6/2017).
Namun demikian, Arief mengatakan, pihaknya tetap bersikap waspada. Bilamana diperlukan, mereka tetap akan melakukan penanganan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan menggandeng pawang buaya. "Bila nanti ada perintah dari pimpinan, kami siap (mengamankan buaya)," tegas Arif.
Sebelumnya, Satpol PP Kabupaten Kebumen dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mempersiapkan diri untuk menangkap Buaya yang berkeliaran di Sungai Lukulo dalam sepekan terakhir. Itu setelah sejumlah warga mulai merasa takut dengan keberadaan buaya tersebut.
Sementara itu, sejumlah warga mengaku kembali melihat penampakan buaya Lukulo pada Senin siang (5/6). Buaya masih terpantau di Sungai Kedungbener persisnya di Desa Maduretno, Kecamatan Buluspesantren atau sekitar 500 meter sebelah barat penampakan pada hari sebelumnya, Minggu (6/6). Kuat dugaan, buaya yang sama.
Kemunculan buaya dalam dua hari berturut-turut dengan jarak berdekatan membuat warga khawatir dan meminta petugas atau dinas terkait segera melakukan penanganan. Bukan tak mungkin, buaya yang diduga kelaparan tersebut akan mengganggu warga. "Lagi pula banyak anak kecil di daerah sini. Sebagai orang tua, wajar kami takut," ujar Wasit (38) diamini Yoyo (38) salah satu warga.
Terpisah, Ketua Orari Kebumen, Halim Dani mengatakan, buaya yang ada di Sungai Lukulo kemungkinan adalah bua muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus). Mengutip dari sejumlah sumber, Halim Dani mengatakan, disebut buaya muara karena jenis ini terutama hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara).
"Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama Saltwater crocodile, Indo-Australian crocodile, dan Man-eater crocodile,"ujarnya
Bila benar dugaannya, maka Buaya yang ada di Lukulo adalah jenis buaya yang paling berbahaya di dunia. Dengan ukurannya yang bisa memiliki panjang 2,5 sampai 3,3 meter, buaya ini bisa mencapai 12 meter bila sudah dewasa. Bahkan, pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur bobotnya bisa mencapai 200 kg.
Buaya ini aktif pada siang dan malam hari. Buaya ini memangsa siapapun yang memasuki wilayahnya. Mangsanya adalah Ikan, Amfibi, Reptilia, Burung, dan Mamalia ,termasuk mamalia besar.
Buaya ini adalah salah satu dari buaya-buaya yang berbahaya bagi Manusia. Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. "Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin). Selain terbesar dan terpasang buaya ini juga ganas," kata Halim. (cah)
Keputusan menunda ini dilakukan setelah berkonsultasi dengan Bupati Kebumen, HM Yahya Fuad yang meminta, agar buaya sebisa mungkin tetap dipertahankan lantaran bisa menjadi daya tarik wisata.
"Pak Bupati berharap adanya buaya di Sungai Lukulo bisa menjadi destinasi wisata baru. Namun tentunya dengan disertai sikap penuh kewaspadaan."
"Dengan adanya kebijakan dari Pak Bupati tersebut, maka rencana penangkapan buaya di Sungai Lukulo kami tunda dulu," kata Kepala Satpol PP Kebumen, Tri Widagni SSos seperti dituturkan Kasie Penanggulangan Kebakaran, Arif Rahmadi, Senin (5/6/2017).
Namun demikian, Arief mengatakan, pihaknya tetap bersikap waspada. Bilamana diperlukan, mereka tetap akan melakukan penanganan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan menggandeng pawang buaya. "Bila nanti ada perintah dari pimpinan, kami siap (mengamankan buaya)," tegas Arif.
Sebelumnya, Satpol PP Kabupaten Kebumen dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mempersiapkan diri untuk menangkap Buaya yang berkeliaran di Sungai Lukulo dalam sepekan terakhir. Itu setelah sejumlah warga mulai merasa takut dengan keberadaan buaya tersebut.
Sementara itu, sejumlah warga mengaku kembali melihat penampakan buaya Lukulo pada Senin siang (5/6). Buaya masih terpantau di Sungai Kedungbener persisnya di Desa Maduretno, Kecamatan Buluspesantren atau sekitar 500 meter sebelah barat penampakan pada hari sebelumnya, Minggu (6/6). Kuat dugaan, buaya yang sama.
Kemunculan buaya dalam dua hari berturut-turut dengan jarak berdekatan membuat warga khawatir dan meminta petugas atau dinas terkait segera melakukan penanganan. Bukan tak mungkin, buaya yang diduga kelaparan tersebut akan mengganggu warga. "Lagi pula banyak anak kecil di daerah sini. Sebagai orang tua, wajar kami takut," ujar Wasit (38) diamini Yoyo (38) salah satu warga.
Terpisah, Ketua Orari Kebumen, Halim Dani mengatakan, buaya yang ada di Sungai Lukulo kemungkinan adalah bua muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus). Mengutip dari sejumlah sumber, Halim Dani mengatakan, disebut buaya muara karena jenis ini terutama hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara).
"Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama Saltwater crocodile, Indo-Australian crocodile, dan Man-eater crocodile,"ujarnya
Bila benar dugaannya, maka Buaya yang ada di Lukulo adalah jenis buaya yang paling berbahaya di dunia. Dengan ukurannya yang bisa memiliki panjang 2,5 sampai 3,3 meter, buaya ini bisa mencapai 12 meter bila sudah dewasa. Bahkan, pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur bobotnya bisa mencapai 200 kg.
Buaya ini aktif pada siang dan malam hari. Buaya ini memangsa siapapun yang memasuki wilayahnya. Mangsanya adalah Ikan, Amfibi, Reptilia, Burung, dan Mamalia ,termasuk mamalia besar.
Buaya ini adalah salah satu dari buaya-buaya yang berbahaya bagi Manusia. Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. "Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin). Selain terbesar dan terpasang buaya ini juga ganas," kata Halim. (cah)